Ibnu Batutah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
tanggal lahir ibnu batutah dari 25 februari menjadi 24 februari yakni tanggal lahirnya yang benar
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20231010)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 21:
| publisher = Oxford University Press
| year = 1989
| page = [https://archive.org/details/glimpsesofworldh0000nehr_e2c1/page/752 752]
| page = 752
| isbn = 0-19-561323-6}} Setelah mencermati rute perjalanan Ibnu Batutah yang begitu panjang, Pandit Jawaharlal Nehru menulis: "Inilah catatan perjalanan yang sudah cukup langka di masa kini yang penuh dengan berbagai kemudahan.... Bagaimanapun juga, Ibnu Batutah sudah tentu adalah salah seorang musafir besar sepanjang masa."</ref> Dalam jangka waktu tiga puluh tahun, Ibnu Batutah menjelajahi sebagian besar [[Dunia Islam]] dan banyak negeri non-Muslim, termasuk [[Afrika Utara]], [[Tanduk Afrika]], [[Afrika Barat]], [[Timur Tengah]], [[Asia Tengah]], [[Asia Tenggara]], [[Asia Selatan]], dan [[Tiongkok]]. Menjelang akhir hayatnya, ia meriwayatkan kembali pengalaman-pengalamannya menjelajahi dunia untuk dibukukan dengan judul ''Hadiah Bagi Para Pemerhati Negeri-Negeri Asing dan Pengalaman-Pengalaman Ajaib'' ({{lang-ar|تحفة النظار في غرائب الأمصار وعجائب الأسفار}}, ''Tuḥfatun Nuẓẓār fī Gharāʾibil Amṣār wa ʿAjāʾibil Asfār''),<ref name="M-S hlm. ix">M-S hlm. ix.</ref> yang lazim disebut ''[[Rihlah|Lawatan]]'' ({{lang-ar|الرحلة}}, ''Ar-Rihlah'').<ref name="9–10 Jld. 1">{{harvnb|Dunn|2005|pp=310–311}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1853|pp=[https://books.google.com/books?id=mdQOAAAAQAAJ&pg=PA9 9–10 Jld. 1]}}</ref> Riwayat perjalanan Ibnu Batutah menyajikan gambaran tentang peradaban Abad Pertengahan yang sampai sekarang masih dijadikan sumber rujukan.
{{anchor|Biografi|Sejarah}}
Baris 55:
Selepas berziarah, Ibnu Batutah tidak melanjutkan perjalanan bersama kafilah haji menuju [[Bagdad]], dan malah berkelana selama enam bulan menjelajahi negeri [[Iran|Persia]]. Dari Najaf, ia bertolak menuju [[Wasith, Irak|Wasit]], kemudian menyusuri aliran Sungai [[Tigris]] ke arah selatan menuju [[Basra]]. Kota berikutnya yang ia kunjungi adalah [[Isfahan]], yang terletak di balik [[Pegunungan Zagros]] di Persia. Selanjutnya ia bertolak ke arah selatan menuju [[Syiraz]], sebuah kota besar lagi makmur yang beruntung luput dari aksi penghancuran bala tentara Mongol, tidak seperti banyak kota lain yang terletak lebih ke utara. Ibnu Batutah akhirnya kembali melintasi pegunungan menuju Bagdad, dan tiba di kota itu pada bulan Juni 1327.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|p=97}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1854|p=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA100 100 Jld. 2]}}</ref> Berbagai kawasan di Kota Bagdad masih dipenuhi puing-puing reruntuhan, sisa-sisa aksi bumi hangus yang dilakukan oleh bala tentara [[Hulagu Khan]] ketika menyerang kota itu pada 1258.{{sfn|Dunn|2005|pp=41, 97}}
 
Ketika berada di Bagdad, Ibnu Batutah mendapati bahwa [[Abu Sa'id Bahadur Khan|Abu Said]], pemimpin Mongol terakhir atas segenap wilayah Ilkhanan sebelum negeri itu terpecah-belah, akan berangkat ke arah utara meninggalkan Bagdad diiringi serombongan besar anak buahnya.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|pp=98–100}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1854|p=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA125 125 Vol. 2]}}</ref> Ibnu Batutah mula-mula berangkat bersama-sama dengan rombongan Abu Said, namun kemudian memisahkan diri dan menyusuri [[Jalur Sutra]] menuju [[Tabriz]], kota besar pertama di wilayah itu yang membuka gerbangnya bagi orang Mongol. Kota Tabriz kala itu merupakan sebuah pusat niaga penting, karena kota-kota pesaing di sekitarnya telah hancur diserang bala tentara [[Mongolia|Mongol]].<ref>{{harvnb|Dunn|2005|pp=100–101}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1854|pp=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA128 128–131 Jld. 2]}}</ref>
 
Ibnu Batutah kembali bertolak menuju Bagdad, kemungkinan besar pada bulan Juli, namun terlebih dahulu berpesiar ke arah utara, menyusuri aliran Sungai Tigris. Ia berkunjung ke [[Mosul]] dan dijamu oleh gubernur, pejabat pemerintah Ilkhanan di kota itu,{{sfn|Defrémery|Sanguinetti|1854|pp = [https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA134 134-139 Jld. 2]}} kemudian berkunjung pula ke Kota [[Cizre]] (Jazirat Ibnu Umar) dan Kota [[Mardin]] yang kini berada dalam wilayah negara Turki. Ketika sampai ke sebuah pertapaan di gunung dekat [[Sinjar]], ia bertemu dengan seorang ahli tasawuf [[bangsa Kurdi|Kurdi]] yang menghadiahinya beberapa keping uang perak.{{efn|Sebagian besar uraian Ibnu Batutah tentang kota-kota yang terletak di sepanjang tepian Sungai Tigris disalin dari ''Ar-Rihlah'' [[Ibnu Jubair]] yang ditulis pada 1184.{{sfn|Mattock|1981}}{{sfn|Dunn|2005|p=102}}}}<ref>{{harvnb|Dunn|2005|p=102}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1854|p=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA142 142 Jld. 2]}}</ref> Sekembalinya ke Mosul, ia bergabung dengan serombongan jemaah haji dan berangkat ke Bagdad. Rombongan ini bergabung dengan kafilah haji di Bagdad dan berangkat melintasi [[Gurun Arab]] menuju Mekah. Akibat terserang diare dalam perjalanan, Ibnu Batutah tiba di Mekah untuk menunaikan ibadah haji kali kedua dengan tubuh lemah dan letih lesu.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|pp=102–103}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1854|p=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA149 149 Jld. 2]}}</ref>
Baris 120:
 
==== Asia Tenggara ====
Pada 1345, Ibnu Batutah melanjutkan pelayarannya dan menyinggahi Kesultanan [[Kesultanan Samudera Pasai|Samudra Pasai]] (disebut "al-Jawa") di kawasan utara Pulau [[Sumatra]] yang kini termasuk dalam wilayah [[Aceh|Provinsi Aceh]], setelah 40 hari perjalanan dari Sunarkawan.{{sfn|Yule|1916|p=91-92}}{{sfn|Gibb|Beckingham|1994|p=873–-874 Vol. 4}} Ia meriwayatkan bahwa penguasa Samudra Pasai adalah seorang Muslim saleh yang bernama Sultan Al-Malikul Zahir Jamaludin. Sultan ini rajin beribadah dengan tingkat ketekunan yang tinggi, dan kerap memerangi kaum penyembah berhala di kawasan itu. Ibnu Batutah meriwayatkan bahwa Pulau Sumatra kaya akan [[kapur barus]], [[Pohon Pinang|biji pinang]], [[cengkih]], dan [[timah]]. Mazhab yang dianut di negeri itu adalah mazhab [[Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i|Imam Syafi‘i]], dan amalan-amalan umat Muslim Samudra Pasai mirip dengan amalan-amalan yang pernah ia lihat di kawasan [[pesisir India]], khususnya di kalangan umat Muslim [[Mappila]], yang juga menganut mazhab Imam Syafi‘i. Pada masa itu, Samudra Pasai adalah pelosok terjauh [[Pembagian dunia menurut Islam#Darul Islam|Darul Islam]] (wilayah berpemerintahan Islam), karena tidak ada lagi wilayah lain di sebelah timur Samudra Pasai yang diperintah penguasa Muslim. Di Samudra Pasai, Ibnu Batutah tinggal sekitar dua pekan lamanya di dalam kota berpagar kayu sebagai tamu sultan. Sang Sultan mencukupi perbekalan yang diperlukan untuk berlayar, dan memberangkatkan Ibnu Batutah ke Negeri Tiongkok dengan salah satu [[jung]] pribadinya.<ref name="Berkeley">{{cite web
|url=http://ibnbattuta.berkeley.edu/9china.html
|archive-url=https://web.archive.org/web/20130317035650/http://ibnbattuta.berkeley.edu/9china.html
Baris 133:
}}</ref>
 
Ibnu Batutah pertama kali berlayar selama 21 hari ke sebuah tempat yang disebut "Mul Jawa" (pulau Jawa) yang merupakan pusat [[Majapahit|sebuah kekaisaran Hindu]]. Kekaisaran membentang sebesar 2 bulan perjalanan, dan memerintah negara Qaqula dan Qamara. Dia tiba di kota bertembok bernama Qaqula/Kakula, dan mengamati bahwa kota itu memiliki kapal perang untuk bajak laut yang merampok dan mengumpulkan tol dan gajah dipekerjakan untuk berbagai tujuan. Dia bertemu dengan penguasa Mul Jawa dan tinggal sebagai tamu selama tiga hari.{{sfn|Yule|1916|p=96-97}}{{sfn|Gibb|Beckingham|1994|p=880–-883 Vol. 4}}{{sfn|Waines|2010|p=61}}
Dari Samudra Pasai, Ibnu Batutah mula-mula berlayar ke Bandar [[Malaka]] di [[Semenanjung Malaya]] yang ia sebut "Mul Jawi". Ia berjumpa dengan Raja Malaka, dan menginap sebagai tamu raja selama tiga hari.
 
Dari Malaka, Ibnu Batutah berlayar ke sebuah kerajaan bernama Kailukari di Negeri [[Tawalisi]], tempat ia berjumpa dengan [[Urduja]], seorang putri pribumi. Urduja adalah seorang srikandi pemberani, dan rakyatnya memusuhi [[dinasti Yuan|wangsa Yuan]]. Ibnu Batutah meriwayatkan bahwa Urduja adalah seorang "penyembah berhala", namun pandai menuliskan [[Basmalah|Kalimat Basmalah]] sesuai [[kaligrafi Islam|kaidah seni menyurat Islam]]. Lokasi Kailukari maupun Tawalisi masih menjadi pokok perdebatan. Kailukari mungkin saja adalah [[Po Klong Garai]] di [[Campa]] (sekarang kawasan selatan Vietnam), dan Urduja boleh jadi adalah salah seorang bangsawati Campa dari [[wangsa Trần]]. Masyarakat Filipina meyakini bahwa Kailukari adalah daerah yang kini menjadi [[Pangasinan|Provinsi Pangasinan]] di negara [[Filipina]].<ref>{{cite web|last=Balmaceda Guiterrez|first=Chit|title=In search of a Princess |url=http://www.urduja.com/princess.html|publisher=Filipinas Magazine|accessdate=26 September 2013|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20130927233532/http://www.urduja.com/princess.html|archivedate=27 September 2013|df=dmy-all}}</ref> Kemenangan atas Mongol menunjukkan 2 kemungkinan lokasinya: Jepang dan Jawa ([[Majapahit]]).{{sfn|Gibb|Beckingham|1994|p=884–885 Vol. 4}} Pada zaman modern, sosok Urduja ditampilkan dalam buku-buku bacaan dan film-film Filipina sebagai salah seorang pahlawan nasional perempuan negara itu. Banyak tempat lain yang juga diperkirakan sebagai lokasi kerajaan ini, mulai dari Pulau [[Jawa]] sampai ke [[Provinsi Guangdong]] di Tiongkok. Meskipun demikian, Sir [[Henry Yule]] dan [[William Henry Scott (sejarawan)|William Henry Scott]] beranggapan bahwa seluruh riwayat tentang Negeri Tawalisi maupun Putri Urduja hanya khayalan belaka (untuk keterangan lebih lanjut, baca [[Tawalisi]]).
 
Dari Kailukari, Ibnu Batutah bertolak menuju Bandar [[Quanzhou]] di Provinsi [[Fujian]], Negeri Tiongkok.
Baris 196:
Tidak ada indikasi bahwa Ibnu Batutah mencatat sendiri pengalaman-pengalaman selama dua puluh sembilan tahun bertualang.{{efn|Meskipun ia pernah meriwayatkan bahwa beberapa catatannya hilang dirampok orang<ref name=Picador>{{cite book|last1=Battutah|first1=Ibn|title=The Travels of Ibn Battutah|date=2002|publisher=Picador|location=London|isbn=9780330418799|pages=141}}</ref>}} Manakala meriwayatkan kembali petualangan-petualangannya untuk dicatat oleh Ibnu Juzay, Ibnu Batutah hanya mengandalkan ingatannya, dibantu naskah-naskah yang dihasilkan oleh para musafir terdahulu. Ibnu Juzay tidak menyebutkan sumber-sumber rujukannya, dan menyajikan sejumlah keterangan yang dikutip dari naskah-naskah lain seakan-akan ia dengar langsung dari mulut Ibnu Batutah. Manakala menuliskan uraian tentang Damaskus, Mekah, Madinah, dan beberapa tempat lain di Timur Tengah, ia jelas-jelas menyalin ayat-ayat dari catatan musafir [[Andalusia]], [[Ibnu Jubair]], yang ditulis lebih dari 150 tahun sebelumnya.<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|pp=313–314}}; {{harvnb|Mattock|1981}}</ref> Demikian pula sebagian besar uraian Ibnu Juzay tentang tempat-tempat di Palestina sebenarnya disalin dari catatan perjalanan seorang musafir abad ke-13 yang bernama [[Muhammad al-Abdari al-Hihi|Muhammad Al-Abdari]].<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|pp=63–64}}; {{Harvnb|Elad|1987}}</ref>
 
[[Kajian oriental|Para pengkaji]] tidak percaya bahwa Ibnu Batutah benar-benar pernah berkunjung ke tempat-tempat yang diriwayatkannya. Mereka berpendapat bahwa Ibnu Batutah mengandalkan kabar angin dan mengutip riwayat-riwayat perjalanan para musafir terdahulu dalam menyajikan gambaran komprehensif dari tempat-tempat di Dunia Islam. Sebagai contoh, sangat mustahil Ibnu Batutah melakukan perjalanan memudiki [[Sungai Volga]] dari [[Sarai (kota)|Kota Sarai Baru]] menuju [[Bolgar]],<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|p=179}}; {{Harvnb|Janicsek|1929}}</ref> dan sejumlah perjalanan lain yang ia riwayatkan sangat diragukan kebenarannya, misalnya perjalanan ke [[Sana'a|Kota Sana]] di Yaman,<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|p=134 Keterangan 17}}</ref> perjalanan dari [[Balkh]] menuju [[Bistam]] di [[Khorasan Raya|Khorasan]]<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|p=180 Keterangan 23}}</ref> dan perjalanan keliling Anatolia.<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|p=157 Note 13}}</ref> Riwayat Ibnu Batutah tentang seorang tokoh [[Orang Magribi|Magribi]] bernama "Abu Al-Barakat Si Orang Berber" yang menyebarkan agama Islam di Maladewa bertentangan dengan riwayat dalam "Tarikh", catatan sejarah resmi Maladewa, bahwasanya [[Islam di Maladewa|masyarakat Maladewa masuk Islam]] setelah menyaksikan mukjizat yang diperbuat oleh seorang tokoh [[Tabriz]]i bernama Maulana Syekh Yusuf Syamsudin.<ref name="Visweswaran2011">{{cite book|author=Kamala Visweswaran|title=Perspectives on Modern South Asia: A Reader in Culture, History, and Representation|url=https://books.google.com/books?id=m-EYXNnvMugC&pg=PA164&dq=candles+ships+jinn&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjUl5DJyuPOAhUGXR4KHZmrBLEQ6AEIPTAG#v=onepage&q=candles%20ships%20jinn&f=false|date=6 Mei 2011|publisher=John Wiley & Sons|isbn=978-1-4051-0062-5|pages=164–|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170119120452/https://books.google.com/books?id=m-EYXNnvMugC&pg=PA164&dq=candles+ships+jinn&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjUl5DJyuPOAhUGXR4KHZmrBLEQ6AEIPTAG#v=onepage&q=candles%20ships%20jinn&f=false|archivedate=19 Januari 2017|df=dmy-all}}</ref> Beberapa pengkaji juga malah meragukan apakah ia benar-benar pernah berkunjung ke Tiongkok.<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|pp=253 and 262 Keterangan 20}}</ref> Seluruh pengalaman dan penggambaran tentang Negeri Tiongkok mungkin saja dijiplak Ibnu Batutah dari karya-karya pujangga lain seperti "Masalikul Absar fi Mamalikul Amsar" karya [[Syihab Al-Umari]], karya tulis [[Sulaiman At-Tajir]], dan mungkin pula dari karya-karya [[Ata-Malik Juwaini|Al-Juwaini]], [[Rashid-al-Din Hamadani|Rasyidudin]], dan dari salah satu [[Romansa Aleksander|hikayat Aleksander Agung]]. Selain itu, riwayat Ibnu Batutah dan catatan perjalanan Marco Polo memiliki kemiripan bagian dan tema, bahkan beberapa ulasannya pun mirip. Agaknya mustahil pula bahwasanya ada seorang tokoh dengan nama yang persis sama dengan nama khalifah ketiga, yakni [[Utsman bin Affan]], pernah bertemu dengan Ibnu Batutah di Negeri Tiongkok, sebagaimana yang diriwayatkannya.<ref name="ElgerKöse2010">{{cite book|author1=Ralf Elger|author2=Yavuz Köse|title=Many Ways of Speaking about the Self: Middle Eastern Ego-documents in Arabic, Persian, and Turkish (14th-20th Century)|url=https://books.google.com/books?id=7xMDvp2ypVcC&pg=PA79#v=onepage&q&f=false|year=2010|publisher=Otto Harrassowitz Verlag|isbn=978-3-447-06250-3|pages=79–82|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20171211081104/https://books.google.com/books?id=7xMDvp2ypVcC&pg=PA79#v=onepage&q&f=false|archivedate=11 Desember 2017|df=dmy-all}}</ref> Namun andaikata tidak sepenuhnya disusun berdasarkan pengalaman pribadinya, ''Ar-Rihlah'' Ibnu Batutah tetap saja merupakan sebuah karya tulis yang berisi keterangan-keterangan penting mengenai keadaan dunia pada abad ke-14. Ibnu Batutah pernah menikmati layanan budak-budak pemuas syahwat, misalnya ketika ia masih tinggal di Delhi.<ref name=Picador/>{{rp|111-113,137,141,238}}<ref name="Gordon2009">{{cite book|author=Stewart Gordon|title=When Asia was the World|url=https://books.google.com/books?id=sSn_AgAAQBAJ&pg=PA114&dq=battuta+slave+girl+damascus&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjOvaee78zQAhVE4oMKHdA6B7wQ6AEILzAD|year=2009|publisher=Perseus Books Group|isbn=978-0-306-81739-7|pages=114–}}</ref> Ia pernah menikahi dan menceraikan sejumlah perempuan, serta menghasilkan keturunan dengan budak-budak pemuas syahwat di Malabar, Delhi, dan Bukhara.<ref name="Pearson2003">{{cite book|author=Michael N. Pearson|title=The Indian Ocean|url=https://books.google.com/books?id=deL2XkY8YeoC&pg=PT133&dq=battuta+slave+girl+damascus&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj6293jxc3QAhVGQCYKHYhNBag4ChDoAQghMAE|date=2 September 2003|publisher=Routledge|isbn=978-1-134-60959-8|pages=}}</ref> Ibnu batutah mencela orang-orang Yunani sebagai "musuh Allah", "pemabuk", dan "pemakan babi", namun ketika berada di Efesus, ia justru membeli dan meniduri seorang gadis Yunani, salah seorang dari sekian banyak budak pemuas syahwat miliknya yang tersebar di seluruh Bizantium, Khorasan, Afrika, dan Palestina.<ref name="Dalrymple2003">{{cite book|author=William Dalrymple|title=City of Djinns: A Year in Delhi|url=https://books.google.com/books?id=GVvUJVmVr8kC&printsec=frontcover&dq=battuta+slave+girl+damascus&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiu6bPHys3QAhVDSyYKHZPgAQU4FBDoAQhKMAg|date=25 Maret 2003|publisher=Penguin Publishing Group|isbn=978-1-101-12701-8}}</ref> Dua dasawarsa telah berlalu sebelum ia kembali dan menelisik kabar tentang salah seorang istri beserta anaknya di Damaskus.<ref name="Hammer1999">{{cite book|author=Kate S. Hammer|title=The Role of Women in Ibn Battuta's Rihla|url=https://books.google.com/books?id=KTceAQAAMAAJ&q=battuta+slave+girl+damascus&dq=battuta+slave+girl+damascus&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj6293jxc3QAhVGQCYKHYhNBag4ChDoAQgnMAI|year=1999|publisher=Indiana University|page=45}}</ref>
 
Ibnu Batutah sering kali mengalami [[kejutan budaya|guncangan budaya]] di negeri-negeri yang ia kunjungi, manakala adat-istiadat dari masyarakat pribumi yang baru saja masuk Islam tidak selaras dengan adab masyarakat Muslim ortodoks yang telah mendarah daging dalam dirinya. Ketika berada di tengah-tengah masyarakat Turki dan Mongol, ia takjub melihat kebebasan dan penghormatan yang dinikmati kaum perempuan. Ia mengungkapkan pendapatnya dalam ''Ar-Rihlah'' bahwa bilamana melihat sepasang suami istri Turki di sebuah bazar, orang akan keliru menyangka bahwa si lelaki adalah pelayan si perempuan, bukan suaminya.<ref>{{harvnb|Gibb|1958|pp=480–481}}; {{harvnb|Dunn|2005|p=168}}</ref> Ia juga merasa bahwa bahwa cara berbusana di Maladewa dan beberapa kawasan [[Afrika sub-Sahara|Sub-Sahara]] di Afrika terlalu terbuka.
Baris 284:
* {{Citation | last=Elad | first=Amikam | year=1987 | title= The description of the travels of Ibn Baṭūṭṭa in Palestine: is it original? | journal= Journal of the Royal Asiatic Society | volume=119 | pages=256–272 | doi=10.1017/S0035869X00140651 }}.
<!-- -->
* {{Citation |title=Ibn Battuta Travels in Asia and Africa (selections) |year=1929 |editor-last=Gibb |editor-first=H.A.R. |place=London |publisher=Routledge}}. Reissued several times. Extracts are available on the [http://www.fordham.edu/halsall/source/1354-ibnbattuta.html Fordham University site].
* {{Citation
* {{Citation |title=The Travels of Ibn Baṭṭūṭa, A.D. 1325–1354 (Volume 1) |year=1958 |editor-last=Gibb |editor-first=H.A.R. |place=London |publisher=[[Hakluyt Society]] |url=https://archive.org/details/travels-of-ibn-battuta/The%20Travels%20of%20Ibn%20Battuta-1325%E2%80%931354-Volume-I/page/ii/mode/2up }}.
| last = Gibb
* {{Citation |title=The Travels of Ibn Baṭṭūṭa, A.D. 1325–1354 (Volume 2) |year=1962 |editor-last=Gibb |editor-first=H.A.R. |place=London |publisher=Hakluyt Society |url=https://archive.org/details/travels-of-ibn-battuta/The%20Travels%20of%20Ibn%20Battuta-1325%E2%80%931354-Volume-II/page/ii/mode/2up }}.
| first = H.A.R. trans. and ed.
* {{Citation |title=The Travels of Ibn Baṭṭūṭa, A.D. 1325–1354 (Volume 3) |year=1971 |editor-last=Gibb |editor-first=H.A.R. |place=London |publisher=Hakluyt Society |url=https://archive.org/details/travels-of-ibn-battuta/The%20Travels%20of%20Ibn%20Battuta-1325%E2%80%931354-Volume-III/page/iii/mode/2up }}.
| authorlink = Hamilton Alexander Rosskeen Gibb
* {{Citation |title=The Travels of Ibn Baṭṭūṭa, A.D. 1325–1354 (Volume 4) |year=1994 |editor-last=Gibb |editor-first=H.A.R. |place=London |publisher=Hakluyt Society |isbn=978-0-904180-37-4 |editor-last2=Beckingham |editor-first2=C.F. |url=https://archive.org/details/travels-of-ibn-battuta/The%20Travels%20of%20Ibn%20Battuta-1325%E2%80%931354-Volume-IV/page/ii/mode/2up }}. Jilid ini diterjemahkan oleh Beckingham setelah Hamilton Gibb wafat pada 1971. Sebuah Indeks terpisah diterbitkan pada 2000.
| title = Ibn Battuta Travels in Asia and Africa (selections)
| place = London
| year = 1929
| publisher = Routledge
}}. Reissued several times. Extracts are available on the [http://www.fordham.edu/halsall/source/1354-ibnbattuta.html Fordham University site].
* {{Citation
| last = Gibb
| first = H.A.R. trans. and ed.
| last2 =
| first2 =
| title = The Travels of Ibn Baṭṭūṭa, A.D. 1325–1354 (Volume 1)
| place = London
| year = 1958
| publisher = [[Hakluyt Society]]
}}.
* {{Citation
| last = Gibb
| first = H.A.R. trans. and ed.
| title = The Travels of Ibn Baṭṭūṭa, A.D. 1325–1354 (Volume 2)
| place = London
| year = 1962
| publisher = Hakluyt Society
}}.
* {{Citation
| last = Gibb
| first = H.A.R. trans. and ed.
| title = The Travels of Ibn Baṭṭūṭa, A.D. 1325–1354 (Volume 3)
| place = London
| year = 1971
| publisher = Hakluyt Society
}}.
* {{Citation
| last = Gibb
| first = H.A.R.
| last2 = Beckingham
| first2 = C.F. trans. and eds.
| title = The Travels of Ibn Baṭṭūṭa, A.D. 1325–1354 (Volume 4)
| place = London
| year = 1994
| publisher = Hakluyt Society
| isbn = 978-0-904180-37-4
}}. Jilid ini diterjemahkan oleh Beckingham setelah Hamilton Gibb wafat pada 1971. Sebuah Indeks terpisah diterbitkan pada 2000.
<!-- -->
* {{Citation
Baris 400 ⟶ 359:
* Teks Prancis dari Defrémery dan Sanguinetti (1853–1858) disertai pengantar dan catatan kaki oleh Stéphane Yérasimos, diterbitkan pada 1982: [http://classiques.uqac.ca/classiques/ibn_battuta/voyages_tome_I/ibn_battuta_t1.pdf Jilid 1], [http://classiques.uqac.ca/classiques/ibn_battuta/voyages_tome_II/ibn_battuta_t2.pdf Jilid 2], [http://classiques.uqac.ca/classiques/ibn_battuta/voyages_tome_III/ibn_battuta_t3.pdf Jilid 3].
* {{Librivox author |id=11324}}
* [https://surau.co/biografi-ibnu-batutah-1304-1369-m/ Biografi Ibnu Batutah 1304-1369 M]
{{Sastra Arab}}
{{Tokoh Penjelajah Laut}}