Dukuhseti, Dukuhseti, Pati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k ~ merapikan, salin-tempel dari situs web luar
 
(12 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 7:
|kecamatan =Dukuhseti
|kode pos =59158
|nama pemimpin =-Ahmad Rifa'i, M.H.
|luas =... km²
|penduduk =... jiwa
Baris 14:
'''Dukuhseti''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Dukuhseti, Pati|Dukuhseti]], [[Kabupaten Pati|Pati]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].
 
== SejarahDestinasi wisata ==
Destinasi atau tujuan wisata di Desa Dukuhseti beragam, yaitu:
Desa ini pada mulanya didirikan oleh seseorang yang dikenal dengan sebutan simbah "Brojo Sekti" yang konon berasal dari [[Kerajaan Mataram]]. Hingga saat ini, masyarakat setempat masih mengadakan peringatan hari wafatnya dia yang bertepatan pada tanggal 12 [[mulud]] / [[rabi'ul awal]] sebagai rasa syukur dan ucapan terima kasih atas jasa jasa dia di samping untuk meningkatkan semangat para pemuda agar bisa meniru pengabdian dia.
 
# Pantai Cinta<ref>{{Cite web|last=TIC|first=PATI|date=20|title=Pantai Cinta Dukuhseti|url=https://tic.patikab.go.id/halaman/detail/pantai-cinta-dukuhseti-|website=tic.patikab.go.id|access-date=26 Mei 2021}}</ref> di Dukuh Purbo Selempung
Cikal-bakal dan nama "Dukuhseti" diambil dari nama "Brojo Seti" atau "Brojo Sekti". Karena itulah, legenda dan sejarah Mbah Brojo Seti menjadi kajian menarik bagi warga setempat bahkan mahasiswa saat melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) maupun penelitian di Dukuhseti.
# Wisata Religi Makam Mbah Brojoseti Singo Barong<ref>{{Cite web|last=Jateng|first=Harian|date=25 April 2015|title=Makam Mbah Brojo Seti Singo Barong Wisata Rohani Warga Dukuhseti Pati|url=https://www.harianjateng.com/read/2015/04/25/makam-mbah-brojo-seti-singo-barong-wisata-rohani-warga-dukuhseti-pati/|website=www.harianjateng.com|access-date=26 Mei 2021}}</ref> di Dukuh Sepande
# Wisata Mistis Situs / Pantai Congot<ref>{{Cite web|last=Jateng|first=Harian|date=19 Mei 2015|title=Menjamah Situs Congot di Selempung Dukuhseti Pati|url=https://www.harianjateng.com/read/2015/05/19/menjamah-situs-congot-di-selempung-dukuhseti-pati/|website=www.harianjateng.com|access-date=25 Mei 2021}}</ref> di Dukuh Selempung
 
== Referensi ==
Perjuangan Mbah Brojo Seti Singo Barong, dari info yang dihimpun, memang simpang siur. Akan tetapi, secara legenda, Ngalimun SPdI Ketua Pengurus Makam Mbah Brojo Seti Singo Barong, kepada Koranpati.com menandaskan bahwa sejarah Mbah Brojo Seti Singo Barong berawal dari sosok Brojo Seti saat nyantri dan berguru dengan KH. Ahmad Mutamakkin Kajen Pati, seorang waliyullah yang kondang yang dikenal warga Pantura selain sosok Saridin atau Syekh Jangkung.
<references />
 
Konon, kata Ngalimun, dulu setelah nyantri di Mbah Mutamakkin Kajen, Mbah Brojo Seti pulang ke asalnya dan menyebarkan agama Islam. Akan tetapi, ia mendapat tantangan seorang siluman bernama Ki Gede Tualang yang konon adalah siluman celeng dan bisa berubah menjadi ular dan batu besar di kali.
 
Saat itu, Ki Gede Tualang sering mengganggu warga, bahkan pernah memerkosa istri Mbah Brojo Seti yang bersama Wasilah Surgi. Karena nama Mbah Brojo Seti juga dikenal dengan sebutan "Mbah Surgi". Akan tetapi, kelakuan nakal Ki Gede Tualang diketahui oleh murid Mbah Brojo Seti bernama Mbah Anggur atau Syekh Hamim.
 
Syekh Hamim ini, menurut Ngalimun adalah murid Mbah Brojo Seti yang tugasnya menggembala atau "angon" ternak milik Mbah Brojo Seti. Nama "anggur" karena pekerjaan Mbah Anggur adalah "bocah nggur-ngguran" yang pekerjaannya mengaji dan menggembali ternak.
 
Lalu, belum sempat dilaporkan oleh Mbah Anggur ke Mbah Brojo, justru ia dibunuh oleh Ki Gede Tualang. Akan tetapi, karena ternak kerbau milik Mbah Brojo Seti itu sakti, si kerbau pun melapor ke Mbah Brojo bahwa Mbah Anggur dibunuh oleh Ki Gede Tualang. Kemudian, darah Mbah Anggur yang mengalir di sekitar sawah itu dinamakan "sawah sebleber" oleh warga setempat karena darahnya "mbleber".
 
Kemudian, Mbah Brojo Seti marah dan berubah menjadi singa besar dan mendatangi Ki Gede Tualang. Akan tetapi, Ki Gede Tualang berubah menjadi ular dan celeng besar dan kejar-kejaran di suatu desa terpencil di sebelah barat Desa Dukuhseti. Tiap kali dikejar oleh Mbah Brojo, Ki Gede Tualang pun dengan sigap menghilang. Dalam bahasa setempat, "njebol" sana, tiap kali dikejar "njebol" atau menghilang lagi sampai beberapa kali. Sampai saat ini, warga setempat menamakan dusun tersebut menjadi Dusun Jebolan yang secara administratif dibagi antara Desa Ngagel dan Desa Dukuhseti.
 
Lantaran kalah dan tidak bisa menangkap Ki Gede Tualang, akhirnya Mbah Brojo Seti lapor ke KH. Ahmad Mutamakkin Kajen dan diberi pecut atau "dhuk" dari aren. Setelah pulang, pecut itu disabetkan kepada Ki Gede Tualang dan akhirnya kalah dan dibawa ke hadapan KH. Ahmad Mutamakkin. Karena mogok di tengah jalan, tepatnya di Kali Guno Ngagel, dan berhenti pas di tengah-tengah kali, Mbah Brojo pun tidak bisa menyeret Ki Gede Tualang dan laporan ke KH. Ahmad Mutamakkin Kajen. Kemudian, Mbah Mutamakkin bilang bahwa tidak usah dibawa ke sini, dibiarkan saja untuk jembatan warga.
 
Konon, jembatan itu adalah Ki Gede Tualang yang berubah menjadi kayu. Akan tetapi kalau musim banjir atau hujan, jembatan itu berubah menjadi ular dan sering memakan korban. Dari informasi warga Ngagel, saat ini ada yang bilang bahwa jembatan itu sudah menghilang dan pindah di Jawa Timur.
 
Setelah musuhnya kalah, Mbah Brojo Seti Pun kembali berjuang menyebarkan ajaran Islam yang haulnya selalu diperingati tiap bulan Maulud.
 
Informasi lain yang disampaikan Mbah Amar Ma'ruf, guru ketoprak Ruslan pemilik Ketoprak Wahyu Budoyo Pati, mengatakan sebenarnya babad Desa Dukuhseti sudah menjadi salah satu lakon di dalam pentas ketoprak, salah satunya adalah tragedi mistis dengan Ki Gede Tualang.
 
Menurut Amar, Ki Gede Tualang itu siluman yang bisa berubah-ubah. Nama "tualang" itu diambil dari kata "watu malang" karena Ki Gede Tualang sering berubah menjadi batu besar yang menutupi sungai di dekat area persawahan tualang di sebelah barat Desa Dukuhseti. Nama sawah tualang itu juga diambil dari nama "Ki Gede Tualang" tersebut. Mbah Amar juga mengatakan bahwa Brojo Seti Singo Barong itu sosok wali Jawa yang kulitnya hitam, karena pekerjaannya bertani dan memiliki banyak ternak.
 
Sementara itu, pendapat lain disampaikan K. Muslim Assalamy, kiai yang mendirikan Pondok Pesantren di Dukuh Kedawung Desa Dukuhseti yang lokasinya tidak jauh dari makam Mbah Brojo Seti mengatakan bahwa menurut dia, sejarah babad tanah Dukuhseti tidak sebombastis dengan sejarah yang dipercaya oleh warga setempat.
 
Menurut dia, adanya perang darah dan mistis itu hanya kiasan yang dikarang oleh orang-orang tua zaman dulu untuk memudahkan pemahaman. Hal itu menurut dia dilakukan karena sulitnya mencari informasi valid atas keluarga, sejarah dan asal-usul siapa sebenarnya sosok Brojo Seti Singo Barong atau yang sering disebut Mbah Surgi.
 
Terlepas dari itu semua, jasa Brojo Seti terhadap penyebaran Islam di Dukuhseti Pati sangat besar. Bahkan, di Dukuhseti saat ini banyak masjid dan musholla serta pondok pesantren berdiri. Tak hanya itu, banyak pula sekolah Islam mulai dari RA, MI, MTs dan MA serta SMK juga banyak berdiri di [http://www.koranpati.com/2016/10/mbah-brojo-seti-singo-barong-pahlawan.html?m=1 Dukuhseti].
 
== Tokoh Desa ==
Banyak tokoh yang lahir dari Desa Dukuhseti.esa ini pada mulanya didirikan oleh seseorang yang dikenal dengan sebutan simbah "Brojo Sekti" yang konon berasal dari [[Kerajaan Mataram]]. Hingga saat ini,{{Dukuhseti, Pati}}
 
{{Authority control}}
 
{{Kelurahan-stub}}