Majelis Ulama Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(33 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{lindungidarianon2|small=yes}}
{{Infobox Organization
| name = Majelis Ulama Indonesia
| image = Logo
| size =
| alt =
|
|
|
|
| formation = {{start date and age|1975|7|26}}
| native name = مجلس العلماء الإندونيسي
| native_name_lang = ar
|
| purpose = Keagamaan Islam
| headquarters = Jalan Proklamasi No.51 [[Menteng]], [[Jakarta Pusat]], [[DKI Jakarta]], [[Indonesia]]
| region_served = [[Indonesia]]
| membership =
| leader_name = [[Anwar Iskandar|K.H. Muhammad Anwar Iskandar]]
| website = {{url|https://mui.or.id}}
}}
{{Islam}}
'''Majelis Ulama Indonesia''' (
MUI tersusun dari beberapa perwakilan ulama dari [[Daftar organisasi massa Islam di Indonesia|organisasi massa Islam]] ([[Sunni]]) yang aktif di Indonesia seperti [[Nahdlatul Ulama]] (NU), [[Muhammadiyah]], [[LDII]], [[Syarikat Islam]], [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah|Perti]], [[Al Washliyah]], [[Mathla'ul Anwar]], GUPPI, PTDI, DMI, dan Al Ittihadiyyah. Organisasi Syiah seperti [[Ahlulbait Indonesia]] (ABI) dan [[Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia]] (Ijabi) ditolak untuk ikut serta dalam majelis, dan status Syiah [[Islam Syiah di Indonesia#Persekusi|menuai kontroversi]].<ref>{{Cite web|last=Pruwanto|date=2013-12-20|title=Muhammadiyah dan NU Tolak MUI Fatwakan Sesat Syiah|url=https://nasional.tempo.co/read/538851/muhammadiyah-dan-nu-tolak-mui-fatwakan-sesat-syiah|website=Tempo|language=en|access-date=2023-09-12}}</ref><ref>{{Cite web|last=Hasugian|first=Maria Rita|date=2015-11-20|title=MUI Masih Menganggap Syiah Aliran Sesat|url=https://nasional.tempo.co/read/720729/mui-masih-menganggap-syiah-aliran-sesat|website=Tempo|language=en|access-date=2023-09-12}}</ref> Pada tahun 2005, MUI melontarkan [[fatwa]] mengenai [[Bid'ah|kesesatan dan kebid'ahan]] [[Ahmadiyah]] dan meminta pemerintah untuk melarang gerakan tersebut.<ref>{{Cite journal|last=Nugroho|first=Agung Yudistira|date=September 2017|title=Case Study on Violence Against Ahmadiyya Adherents in Indonesia in the Reign of President Susilo Bambang Yudhoyono|url=https://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JurnalPIPSI/article/view/310|journal=Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia|volume=2|issue=2|pages=38|via=Researchgate}}</ref>
== Peran ==
MUI berdiri sebagai hasil musyawarah para ulama, cendekiawan, dan zu’ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air, antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 [[provinsi]] di Indonesia pada tahun 1975. Sepuluh orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam nasional, yaitu, [[NU]], [[Muhammadiyah]], [[Perti]], [[Syarikat Islam]], [[Al Washliyah]], [[Mathla'ul Anwar]], [[Al Ittihadiyah]], GUPPI, PTDI, dan [[Dewan Masjid Indonesia|DMI]], 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Polri serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan. MUI kala itu dibentuk dengan tujuan:
# Memperkuat agama dengan cara yang dijelaskan [[Pancasila]] untuk memastikan ketahanan nasional.
# Partisipasi Ulama dalam pembangunan nasional.
# Mempertahankan keharmonisan antar umat beragama di Indonesia.<ref name="Abera-Verlag 1996, pp. 19-34">“Islamic state or state Islam? Fifty years of state-Islam relations in Indonesia”, in:
Ingrid Wessel (Hrsg.), Indonesien am Ende des 20. Jahrhunderts. Hamburg:
Abera-Verlag, 1996, pp. 19-34.</ref>
MUI bertindak sebagai antarmuka antara [[pemerintah Indonesia]]
Perubahan dalam masyarakat sipil setelah jatuhnya Suharto telah memperluas peran MUI dan membuatnya semakin kompleks. MUI
MUI (khususnya sejak [[
== Tugas ==
Majelis Ulama Indonesia telah menjadi wadah para ulama lintas organisasi massa Islam seperti NU, Muhammadiyah, Perti, dan organisasi Islam lainnya. Berbagai karakter yang menjadi ciri khas masing-masing organisasi ini bertemu dalam wadah MUI yang kemudian secara bersama-sama merumuskan solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam di Indonesia.
Pengabdian Majelis Ulama Indonesia tertuang dalam tujuh tugas MUI, yaitu:<ref name="republika.co.id_TujuhTugasMUIun">{{Cite web |title=Tujuh Tugas MUI untuk Mengawal Umat dan Bangsa |last=Hafidhudin |first=Didin |work=Republika Online |date=6 September 2015 |accessdate={{date|2016-12-05}} |url=http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/15/09/06/nu96cb313-tujuh-tugas-mui-untuk-mengawal-umat-dan-bangsa |language= |quote= |archivedate= |archiveurl= |dead-url=no}}</ref>▼
▲Pengabdian
# sebagai pengawal bagi penganut agama Islam
# sebagai pemberi edukasi dan pembimbing bagi penganut agama Islam
Baris 49 ⟶ 54:
== Ketua Umum ==
{{utama|Daftar Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia}}
▲{{:Daftar Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia}}
== Konflik ==
MUI adalah organisasi yang didanai pemerintah yang bertindak secara independen. Namun dalam beberapa kasus, MUI diminta untuk melegitimasi kebijakan pemerintah. Contoh dari kasus ini (yang akhirnya menyebabkan gesekan dalam tubuh MUI sendiri) adalah permintaan pemerintah agar MUI mendukung program [[Keluarga Berencana]]. Pemerintah terpaksa meminta dukungan dari MUI karena banyak kalangan keagamaan menolak beberapa aspek dari program ini.<ref
== Fatwa-fatwa MUI ==
Baris 71 ⟶ 73:
* [[NU]]
* [[Muhammadiyah]]
* [[Majelis Tafsir Al Quran|Majlis Tafsir Al-Quran (MTA)]]
* [[LDII]]
Baris 84 ⟶ 87:
[[Kategori:Majelis Ulama Indonesia| ]]
[[Kategori:Lembaga swadaya masyarakat]]
[[Kategori:Organisasi
|