Argumentum ad naturam: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up |
Anangyb001 (bicara | kontrib) Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{orphan|Oktober 2022}}
'''''Argumentum ad naturam''''' merupakan sebuah [[Argumen (disambiguasi)|argumen]] atau [[Retorika|taktik retoris]] yang menyatakan bahwa "suatu hal itu baik karena hal itu ‘alami’, atau buruk karena hal itu ‘tidak alami’”.<ref>{{Cite book|last=George Edward Moore|date=1922|url=http://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.201602|title=Principia Ethica}}</ref> Umumnya ini dianggap sebagai argumen yang buruk karena anggapan implisit (yang tidak disebutkan) utama bahwa "sesuatu yang alami itu baik" itu tidak relevan, tidak memiliki makna yang jelas secara praktis, atau merupakan sebuah opini dan bukan fakta. Dalam beberapa kerangka filsafat yang mendefinisikan sifat alami dan baik secara jelas dalam konteks yang spesifik, argumen ini mungkin valid dan jelas.
Baris 14 ⟶ 15:
<ref name=":0">{{Cite web|title=Logical Fallacy: Appeal to Nature|url=https://www.fallacyfiles.org/adnature.html|website=www.fallacyfiles.org|access-date=2021-06-04}}</ref>
Dalam beberapa konteks, istilah "[[alam]]" dan "alami" bisa jadi tidak jelas, sehingga menimbulkan asosiasi yang tidak diinginkan dengan konsep lain. Kata "alami" juga bisa memiliki banyak [[konotasi]] – sama halnya dengan kata "normal". Dalam beberapa konteks, ini bisa menghakimi suatu nilai secara implisit. Dengan demikian, argumen berdasarkan alam memiliki premis yang menganggap kesimpulannya benar.<ref name=":0" />
Ada berbagai pendapat tentang posisi argumen berdasarkan alam sebagai argumen yang rasional. Pada pandangan yang lebih permisif, ini terkadang bisa jadi panduan yang praktis dalam keadaan tertentu yang terbatas meski mengakui kekurangannya. Ketika prinsip seperti itu diterapkan sebagai sekadar panduan praktis, fakta alami dianggap memberikan penghakiman nilai yang bisa diandalkan tentang hal apa yang baik sebelum ada bukti sebaliknya dan fakta tidak alami memberikan penilaian tentang hal apa yang buruk. Dalam keadaan terbatas, menggunakan panduan praktis, seperti "jika segala hal lain sama, Anda sebaiknya memakan makanan yang alami" seakan ia merupakan prinsip yang tidak terkecuali dapat menimbulkan kesesatan berpikir yang mengabaikan pengecualian.<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|last=Groarke|first=Leo|title=Informal Logic|url=https://plato.stanford.edu/archives/fall2008/entries/logic-informal/#Fal|website=plato.stanford.edu|language=en|access-date=2021-06-04}}</ref>
Baris 21 ⟶ 22:
== Sejarah ==
Makna dan kepentingan berbagai pemahaman dan konsep tentang “alam” telah menjadi topik diskusi yang hangat sepanjang sejarah, baik dalam sains maupun filsafat. Pada [[Yunani Kuno]], “hukum alam tidak [hanya] dipandang sebagai deskripsi yang digeneralisasi tentang apa yang nyata terjadi di dunia… tapi juga sebagai norma yang patut dituruti orang… Maka argumen berdasarkan alam cenderung bermaksud mengikuti sifat manusia yang diperlakukan sebagai sumber norma perilaku. Bagi orang Yunani, ini… menunjukkan penjelajahan secara sadar pada area, yang menurut seluruh tradisi pemikiran mereka, merupakan tempat sumber norma perilaku yang asli."<ref>{{Cite web|date=2011-05-27|title=Western Philosophical Schools and Doctrines: ANCIENT AND MEDIEVAL SCHOOLS: Sophists: PARTICULAR DOCTRINES: Theoretical issues.|url=
Pada zaman modern, filsuf-filsuf telah menantang anggapan bahwa status manusia sebagai makhluk alami harus menentukan keberadaan normatif mereka. Sebagai contoh, [[Jean-Jacques Rousseau|Rousseau]] menyatakan, "Kita tidak tahu apa yang dimungkinkan oleh sifat alami kita."<ref>{{Cite book|last=1712-1778.|first=Rousseau, Jean-Jacques,|url=http://worldcat.org/oclc/1238087822|title=Emile : or, On education|isbn=978-0-465-01931-1|pages=62|oclc=1238087822|url-status=live}}</ref> Lebih terkini lagi, [[Nikolas Kompridis]] menerapkan [[aksioma]] Rousseau untuk berdebat tentang intervensi genetik (atau intervensi lainnya) dalam dasar biologis kehidupan manusia. Ia menulis
{{Quote|Ada bagian kebebasan manusia yang tidak diatur oleh sifat biologis kita, tapi ini agak menakutkan karena ia membuka kemungkinan manusia akan menjadi makhluk seperti apa… Dengan kata lain: Apa yang kita bolehkan menjadi sifat kita? Dan berdasarkan apa kita sepatutnya memberikan izin itu?}}
<ref name=":2">{{Cite journal|last=Kompridis|first=Nikolas|date=2009|title=Technology's Challenge to Democracy: What of the human?|url=https://www.parrhesiajournal.org/parrhesia08/parrhesia08_kompridis.pdf|journal=Parrhesia|volume=8|pages=20-33}}</ref>
Kompridis menulis bahwa pandangan [[makhluk hidup]] yang naturalistis, yang diutarakan oleh seorang ilmuwan sebagai "mesin yang komponennya merupakan [[biokimia]]"<ref>{{Cite journal|last=Brooks|first=Rodney|date=2010|title=The relationship between matter and life|journal=Nature|volume=409|pages=410}}</ref> ([[Rodney Brooks]]), mengancam akan membuat pemahaman manusia normatif yang tunggal sebagai satu-satunya pemahaman yang mungkin. Dia menulis, “Saat kita menganggap diri kita sendiri sebagai ‘mesin yang komponennya merupakan biokimia,’ kita tidak hanya menganggap kita tahu apa yang dimungkinkan oleh sifat kita, tapi juga bahwa pengetahuan ini membolehkan kita menjawab pertanyaan kita harus menjadi apa… Ini bukan pertanyaan yang kita harus jawab, melainkan kita harus senantiasa bisa bertanggung jawab kepada pertanyaan ini."<ref name=":2" />
== Contoh ==
Baris 51 ⟶ 52:
== Referensi ==
{{Uncategorized|date=Februari 2023}}
|