Beji, Taman, Pemalang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Bahasa: Perbaikan :) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
+ tag Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(16 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{tempat lain|Beji}}
{{Multiple issues|
{{Cleanup rewrite}}
{{noref}}
{{Riset asli|date=Agustus 2024}}}}
{{kelurahan
|peta =
Baris 19 ⟶ 23:
== Letak dan Keadaan Alam ==
Beji adalah sebuah kelurahan yang secara administratif termasuk dalam [[Taman, Pemalang|Kecamatan Taman]], [[Kabupaten Pemalang]]. Kelurahan ini letaknya 3 kilometer dari ibu kota kabupaten ke arah timur. Dari [[Semarang]] jaraknya 120 kilometer ke arah barat. Sedangkan, dari [[Jakarta]] jaraknya 235 kilometer ke arah timur. Kelurahan yang luasnya 335,122 hektare ini
Daerahnya merupakan [[dataran rendah]] dengan ketinggian 6 meter [[altitudo|dari permukaan air laut]]. [[Curah hujan]] pada setiap tahunnya rata-rata 0,22 milimeter. Sedangkan,
Letaknya yang cukup strategis (tidak jauh dari ibu kota kabupaten dan dilalui oleh jalur [[Pantura]]), membuat kelurahan tersebut relatif mudah dicapai, baik dengan menggunakan
{{Batas USBT
|Utara= [[Kabunan, Taman, Pemalang|Desa Kabunan]]
|Selatan= [[Taman, Taman, Pemalang|Desa Taman]] dan [[Pedurungan, Taman, Pemalang|Desa Pedurungan]]
|Barat= [[Wanarejan Utara, Taman, Pemalang|Desa Wanarejan Utara]]
|Timur= [[Kedungbanjar, Taman, Pemalang|Desa Kedungbanjar]] dan [[Serang, Petarukan, Pemalang|Desa Serang]]}}.
== Sejarah nama ==
Arti kata
== Struktur Pemerintahan ==
Sejak tahun 2001 berstatus sebagai
== Kependudukan ==
Kelurahan Beji berpenduduk 12.355 jiwa. Jumlah tersebut jika dilihat berdasarkan jenis kelaminnya, maka komposisinya terdiri atas 6.168 jiwa laki-laki dan 6.187 jiwa perempuan. Sedangkan, jumlah kepala keluarganya (KK) ada 2.631 jiwa. Mereka tersebar di 7
Seiring dengan perkembangan desa menjadi kota, maka jenis mata pencaharian yang digeluti oleh penduduknya semakin bervariasi, tetapi sebagian besar (44,51%) bergerak di bidang wiraswata/pedagang. Sektor pertanian (petani pemilik, buruh tani, dan nelayan) yang mulanya merupakan mata pencaharian yang digeluti oleh sebagian besar penduduknya, kini menempati urutan ke dua (26,91%). Hal itu disebabkan di samping lahan pertanian (sawah) semakin menciut karena digunakan untuk berbagai keperluan, seperti: jalan, perumahan, dan perkantoran, juga karena adanya kecenderungan generasi mudanya enggan untuk bergelut dengan lumpur (bersawah). Urutan yang ke tiga (20,29%) adalah penduduk yang bekerja di sektor jasa, seperti: makelaran, buruh pasar, dan penarik becak. Sementara, pegawai negeri sipil dan militer walau dalam persentase menempati urutan yang terakhir, tetapi sebenarnya persentase itu menunjukkan perkembangan yang berarti jika dibandingkan dengan masa lalu. Pada tahun
Data tentang komposisi penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang dicapai oleh warganya tidak ditemukan dalam monografi Kelurahan Beji. Namun, keadaannya tidak jauh berbeda dari jenjang pendidikan yang dicapai oleh masyarakat Pemalang pada umumnya, yaitu sebagian besar hanya tamat sekolah dasar (SD).
Baris 40 ⟶ 50:
Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan agama, Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar (99,8%) penduduk Kelurahan Beji. Nasrani (Katolik dan Kristen) kurang dari 0,15%, sementara Hindu 0,05%. Sarana peribadatan yang ada hanya masjid (enam buah) dan langgar atau surau (33 buah). Untuk itu, bagi kaum Nasrani jika akan ke gereja, maka mereka pergi ke Pemalang.
Profesi yang banyak digeluti masyarakat Beji dewasa ini adalah kerajinan tenun khususnya sarung byur, banyak juragan tenun muda yang bermunculan. Masyarakat Beji yang menjadi juragan tenun umumnya belajar menenun di
Potensi Kelurahan Beji ke depanya masih sangat bagus untuk investasi, itu karena letak geografisnya yang berada di
Pendidikan di bidang agama ada TK
▲Potensi Kelurahan Beji ke depanya masih sangat bagus untuk investasi, itu karena letak geografisnya yang berada di jalur Pantura (Gandulan), di kawasan tersebut sekarang telah berdiri rumah sakit tulang standar internasional dan UKM konveksi baru, Texmaco sudah mulai dilelang, itu berarti tak lama lagi akan buka industri baru, apalagi kalau benteng jadi diaspal akan menjadi taman bermain yang bagus yang bisa mendatangkan para wisatawan, karena di Kali Elon bisa dibuat wahana bermain yang menyenangkan.
▲Pendidikan di bidang agama ada TK MUSLIMAT, TPQ Alhikmah, PONDOK PESANTREN yang baru saja dibuka khusus untuk para penghafal Alquran (JL. Belitung rt 02 rw 14 lingkungan 6 (belakang masjid At Tahmid).
== Sosial Budaya ==
Masyarakat Beji adalah pendukung kebudayaan Jawa. Sebagaimana masyarakat pendukung kebudayaan Jawa lainnya, mereka dalam berkomunikasi juga menggunakan
Prinsip keturunan yang dianut oleh masyarakat Beji adalah bilateral, yaitu suatu sistem penarikan garis keturunan melalui nenek-moyang laki-laki dan perempuan secara serentak. Artinya, yang dianggap sebagai kerabatnya adalah kerabat dari pihak laki-laki dan pihak perempuan. Sedangkan, istilah yang digunakan untuk menyebut dan atau menyapa kerabatnya antara lain: bapak (istilah untuk menyebut orang tua laki-laki), sima (istilah untuk menyebut orang tua perempuan), side lanang (istilah yang digunakan untuk menyebut orang tua laki-laki ayah dan ibu), side wadon (istilah yang digunakan untuk menyebut orang tua perempuan ayah dan ibu), lek atau paman (istilah yang digunakan untuk menyebut adik laki-laki ayah dan ibu), bibi (istilah yang digunakan untuk menyebut adik perempuan ayah dan ibu), kakang (istilah yang digunakan untuk menyebut saudara tua laki-laki), mbakyu (istilah yang digunakan untuk menyebut saudara tua perempuan), dan edi (istilah yang digunakan untuk menyebut saudara muda baik laki-laki maupun perempuan).
Sistem perkawinan yang mereka anut adalah “bebas”. Artinya, tidak hanya membatasi pada daerah sendiri (indogami-daerah), tetapi juga membolehkan orang kawin dengan gadis atau jejaka dari daerah lain. Sedangkan, tempat tinggal yang dianut setelah perkawinan adalah matrilokal (pengantin baru tinggal
Di kelurahan ini terdapat
Banyaknya karyawan dari daerah lain di samping menambah suasana kelurahan semakin
Ada satu hal yang menarik pada warung ini karena ada menu spesialnya, yaitu grombyang. Menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat Pemalang, grombyang (sejenis sayur-daging) dan kupat dekem adalah makanan tradisional khas Pemalang yang hanya diusahakan oleh sebuah keluarga secara turun-temurun.
Pada masa lalu orang-orang yang status sosialnya tinggi adalah yang memiliki harta benda yang berlimpah dan orang-orang yang pengetahuan agamanya (Islam) dalam. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada masa lalu banyak orang tua yang mengirim anaknya ke pesantren, seperti: [[Kaliwungu, Pemalang|Kecamatan Kaliwungu ([[Kota Semarang|Semarang]]), Kraprak (Yogyakarta), dan [[Lasem, Rembang|Kecamatan Lasem (
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Beji masih mempercayai adanya makhluk-makhluk halus yang menempati tempat-tempat tertentu, seperti: sawah, pohon beringin, pohon gayam, jembatan, dan rumah kosong (rumah yang lama tidak dihuni). Sebutan memedi (makhluk-makhluk halus yang menakutkan) bermacam-macam. Ada yang disebut jim, gendruwo, tetekan, banaspati, kalong wewe, kuntilanak, dan lain sebagainya. Ini artinya, budaya yang ditumbuhkembangkan oleh masyarakat Beji, di samping merupakan tanggapan aktif terhadap kondisi geografisnya dan kontak-kontak dengan kebudayaan lain (akulturasi), tetapi juga diwarnai kepercayaan dan agama yang dianutnya. Hal itu tercermin dari kesenian tradisional yang mereka tumbuh kembangkan. Dalam konteks ini ada yang berbau magis seperti: lais, sintren, dan jaran eblek, krangkeng; dan ada yang berbau agamis (Islam) seperti samproh, madjruran, jipin, terbang jawa, dan terbang kencer.
Pada masa lalu berbagai kesenian itu tumbuh subur dalam masyarakat Beji. Namun, dewasa ini mulai tergeser kesenian lainnya, khususnya kesenian yang berbau populer seperti
== Kesenian ==
Baris 72 ⟶ 79:
=== Terbang Kencer Kesenian Masyarakat Kelurahan Beji ===
==== Asal usul ====
Terbang adalah salah satu peralatan musik tradisional yang cukup dikenal oleh masyarakat Pemalang, khususnya masyarakat Beji dan Mlaki (Wanarejan). Alat ini terbuat dari kayu yang dibentuk sedemikian rupa (melingkar), kemudian bagian atasnya diberi kulit. Jadi, hampir serupa dengan bedug atau gendang. Bedanya, jika bedug badannya besar dan panjang, kemudian gendang badannya kecil dan sedikit panjang, tetapi terbang badannya sedang (lebih kecil dari bedug tetapi lebih besar dari gendang pada umumnya) dan pendek. Pada badan terbang ada tiga pasang logam (besi putih) yang oleh masyarakat setempat disebut kecrek atau genjring atau kencer, sehingga jika terbang tersebut dibunyikan, tidak hanya mengeluarkan suara yang berasal dari kulit, tetapi juga suara
Sedikitnya ada dua versi yang berkenaan dengan asal usul terbang kencer. Versi pertama adalah yang mengatakan bahwa terbang kencer berasal dari suatu daerah yang ada di [[Jawa Timur]]. Versi ini sangat erat kaitannya dengan seorang yang bernama Gari
Versi lain mengatakan bahwa terbang kencer berasal dari desa tetangga (Wanarejan), sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang guru terbang yang berasal dari Kelurahan Beji, yaitu Kambali. Berbeda dengan Yasin, ia belajar terbang kencer bukan pada guru terbang yang ada di desanya, tetapi guru yang ada di lain desa lainnya (Wanarejan) yang bernama Kurdi. Sayangnya ia tidak tahu di mana gurunya belajar terbang kencer, sehingga yang ia tahu terbang kencer berasal dari Wanarejan (Mlaki). Sementara, Kurdi sendiri sudah
Lepas dari berbagai versi itu yang jelas bahwa ajaran dari Kurdilah yang kemudian dijadikan sebagai standar untuk terbang kencer yang berada di Kelurahan Beji.
==== Peralatan ====
Sesuai dengan namanya, kesenian terbang kencer hanya memerlukan satu jenis alat musik yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai
Bahan pembuatan terbang kencer yang hanya berupa kayu sawo, kulit kambing, paku jamur, dan rotan memang relatif mudah diperoleh. Namun, di Kelurahan Beji tidak ada ahlinya, sehingga mau tidak mau harus memesan atau membeli di daerah Tegal. Demikian juga, jika permukaan terbang yang terbuat dari kulit kambing rusak, maka mau tidak mau juga ke tempat yang sama, sebagaimana telah disinggung sebelumnya. Sedangkan, bagian bawah terbang bergaris tengah sekitar 35
Sebuah terbang kencer beratnya kurang lebih 2
Pada masa lalu peralatan terbang kencer hanya sejumlah terbang (empat buah). Kemudian, biar kelihatan lebih semarak ditambah dengan bedug, khususnya ketika arak-arakan. Bedug tersebut diboncengkan sepeda karena ukurannya lebih besar (kurang lebih garis tengahnya 60
▲Pada masa lalu peralatan terbang kencer hanya sejumlah terbang (empat buah). Kemudian, biar kelihatan lebih semarak ditambah dengan bedug, khususnya ketika arak-arakan. Bedug tersebut diboncengkan sepeda karena ukurannya lebih besar (kurang lebih garis tengahnya 60 cm), sehingga jika dibawa dengan tangan relatif berat. Jadi, ada orang yang menuntun sepeda dan ada orang yang berperan sebagai penabuh. Dewasa ini bedug tersebut telah diganti bedug drumband. Alasannya adalah di samping praktis membawanya (tidak perlu dengan sepeda), tetapi biar kelihatan lebih canggih (modern).
Sebagai catatan, pada masa lalu terbang kencer dipentaskan bersamaan dengan terbang jawa. Akan tetapi, sekarang hanya cukup sendirian karena terbang Jawa telah punah (tidak ada penerusnya). Sebenarnya ketuanya (Serye) berusaha keras mengkader generasi muda agar kelak dapat menggantikannya. Namun, usaha itu sia-sia. Anak-cucunya tak ada satu pun yang berminat. Hal itu disebabkan adanya anggapan bahwa terbang jawa adalah terbang-nya orang-orang tua. Selain itu, lebih rumit ketimbang terbang kencer sebagaimana yang dikemukakan Kambali ketika mempelajarinya.
==== Pemain ====
Pemain terbang kencer minimal berjumlah empat orang. Jumlah ini ada kaitannya dengan peranan pemain dalam kesenian terbang kencer itu sendiri. Dalam konteks ini ada yang berperan sebagai: telon, banggen, kapat, dan pajek. Masing-masing mangkon terbang tersendiri. Oleh karena itu, dalam suatu pelatihan atau pertunjukan yang hanya dilakukan oleh empat orang pemain disebut sepangkon. Demikian juga terbang-nya yang berjumlah empat buah itu disebut terbang sepangkon. Disebut demikian karena pada saat terbang itu tidak dibunyikan (ditabuh dengan telapak tangan), ia ditaruh di atas pangkuan. Grup kesenian terbang kencer Keluarahan Beji memiliki delapan buah terbang (rong pangkon). Jika dalam suatu pelatihan dan atau pergelaran kedelapan terbang tersebut digunakan, maka disebut rong pangkon. Meskipun pemainnya ada delapan orang bukan berarti bahwa ketukan yang dilakukan oleh setiap orang berbeda, tetapi sama seperti sepangkon. Jadi, setiap peran dilakukan oleh dua orang (telon, banggen, kapat, dan pajeg dilakukan oleh dua orang pemain). Selain pengetuk terbang, ada tiga orang lagi yang berperan sebagai penjawab (pelantun lagu) dan sekaligus sebagai pengganti jika ada salah seorang pengetuk terbang yang karena satu dan lain hal harus diganti (capai misalnya). Lagu-lagu yang dilantunkan bersumber pada kitab Barzanji yang berbahasa Arab. Dengan demikian, secara keseluruhan jumlah pemainnya ada sebelas orang. Rangkaian dan ketukan antarpemain yang berbeda itu pada gilirannya membuat satuan bunyi yang khas. Bunyi ini tidak akan terwujud jika ada ketukan yang tidak pas (keliru). Untuk itu, setiap pemain harus betul-betul menguasainya.
Baris 126 ⟶ 128:
==== Lagu-lagu yang Dilantunkan ====
Lagu-lagu yang dilantunkan dalam pergelaran terbang kencer bersumber pada kitab Barzanji. Ada 7 pasal yang dilantunkan, yaitu: (1) Ashola tuala nabi, (2) Salatun, (3) Subhanama, (4) Sayidi, (5) Shola alaika, (6) Budad, dan (7) Sakratul ya nabi. Ke-7 pasal itu dilantunkan oleh 3 orang secara bersama-sama dan bersamaan dengan pengetukan terbang. Di kalangan mereka para pelantun itu disebut sebagai penjawab. Adakalanya pengetuk terbang juga ikut melantunkannya, terutama bagi yang sudah ahli (biasanya ketuanya). Selain ke-7 pasal tersebut ada pasal-pasal lain yang tidak dilantunkan, tetapi cukup hanya dibaca. Pada saat-saat seperti itu terbang tidak diketuk, sehingga yang terdengar hanya suara si pembaca. Pembacaan tidak dilakukan secara bersama-sama, tetapi salah seorang yang ditugasi oleh ketuanya (biasanya orang fasih pengucapannya dan suaranya bagus).
== Pranala luar ==
* {{id}} [https://pemalangkab.bps.go.id/ BPS Kabupaten Pemalang]
* {{id}} [https://www.pemalangkab.go.id/ Situs resmi Kabupaten Pemalang] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211026155959/https://www.pemalangkab.go.id/ |date=2021-10-26 }}
{{Taman, Pemalang}}
{{Authority control}}
|