Perang Ternate–Portugal: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Mengembalikan suntingan oleh 125.166.13.3 (bicara) ke revisi terakhir oleh AABot Tag: Pengembalian |
||
(37 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Military Conflict
|conflict= Perang
|image=https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fhistoria.id%2Fpolitik%2Farticles%2Fakhir-tragis-sultan-ternate-di-tangan-portugis-Dnwor&psig=AOvVaw1XOqmWIVq9655Yq4tEgnKu&ust=1624080288232000&source=images&cd=vfe&ved=0CAoQjRxqFwoTCICWrtu4oPECFQAAAAAdAAAAABAT
|caption=
|date= 1550–1588<ref name="encyclopedia of war"/>
|place= [[Kesultanan Ternate]]
|territory=
|result=
|combatant1={{flagicon image|Flag Portugal (1640).svg}} [[Imperium Portugal]]{{br}}
|combatant2= {{flagicon image|Bendera-kesultanan-ternate.jpg}} [[Kesultanan Ternate]]<br />[[
|commander1= *[[Lopez de Mesquita]]{{KIA}}
*[[
*[[Antonio Pimental]]
*[[Sancho Nasconcellos]]
*[[Pareira Marramaque]]
|commander2= *[[Khairun Jamil dari Ternate|Sultan Khairun]]{{KIA}}
*[[Sultan Baabullah]]
*[[
*[[
*[[Kapita Kapalaya]]
*[[Kaicil Toro]]
|strength1= *Pasukan sekitar 500 sampai 900 orang, tersebar di berapa benteng di kepulauan
* Tidak diketahui berapa jumlah total pasukan pribumi
|strength2=
|casualties1=Hampir tidak tersisa
|casualties2=Tidak diketahui
}}
'''Perang
== Latar Belakang ==
Untuk mencukupi kebutuhan di
Ternate yang merupakan pusat utama [[Perdagangan rempah|perdagangan]] [[cengkeh]] memiliki ketergantungan erat pada bangsa Portugis sejak mereka mendirikan benteng di sana pada tahun 1522. Pada awalnya, elit Ternate menganggap bahwa orang-orang Portugis yang memegang kuasa atas bandar persinggahan di [[Melaka Portugis|Melaka]] serta memiliki persenjataan yang relatif lebih unggul dapat dijadikan sebagai sekutu yang berguna. Namun, setelah beberapa waktu, perilaku para serdadu Portugis yang tidak disukai masyarakat setempat memicu penolakan. Hubungan antara Sultan Khairun dan kapten-kapten Portugis tidak begitu mulus, walaupun mereka tetap membantunya mengalahkan negeri-negeri lain di Maluku, seperti [[Kesultanan Tidore]] dan [[Jailolo]].<ref>{{Cite book|last=Andaya|first=BW|last2=Andaya|first2=LY|date=2017|url=http://dx.doi.org/10.1057/978-1-137-60515-3_5|title=‘A New World is Created’, 1819–74|location=London|publisher=Macmillan Education UK|pages=122–164}}</ref>
Konflik antara Ternate dan pasukan Portugis pecah pada tahun 1560-an, ketika Muslim di [[Pulau Ambon|Ambon]] meminta bantuan dari Sultan untuk mencegah orang-orang Eropa yang mencoba mengkristenkan daerah tersebut. Sultan Khairun pun mengirimkan sebuah armada di bawah pimpinan ''Kaicili'' Baab untuk mengepung desa Kristen Nusaniwi pada tahun 1563. Namun, pengepungan ini dibatalkan setelah tiga kapal Portugis datang.<ref>{{Cite journal|last=Hermentrude|date=1887-11-19|title=“Way” in Shakspeare|url=http://dx.doi.org/10.1093/nq/s7-iv.99.405e|journal=Notes and Queries|volume=s7-IV|issue=99|pages=405–405|doi=10.1093/nq/s7-iv.99.405e|issn=1471-6941}}</ref> Selama beberapa waktu setelah tahun 1564, orang-orang Portugis terpaksa meninggalkan Ambon secara keseluruhan, walaupun mereka kembali menetap di sana pada tahun 1569. Baab juga ikut andil dalam sebuah ekspedisi ke bagian utara Sulawesi pada 1563 untuk membawa wilayah tersebut ke dalam kuasa kesultanan pimpinan ayahnya. Petinggi Portugis memahami bahwa penaklukan semacam ini akan diikuti dengan penyebaran agama Islam yang dapat menggoyahkan posisi mereka di Nusantara, sehingga mereka pun berusaha mendahuluinya dengan usaha pengkristenan penduduk [[Manado]], [[Pulau Siau]], Kaidipang, dan Toli-Toli, antara lain.<ref>{{Cite book|last=Momann|first=Imke|date=2018-02-06|url=http://dx.doi.org/10.3917/herm.oster.2018.01.0139|title=IV. Les cités HLM – lieux de flâneurs ?|publisher=Hermann|pages=139–144}}</ref>
Selepas perselisihan mengenai kepemilikan Pulau Ambon, Khairun semakin meningkatkan kekuatan Ternate hari demi hari. Perkembangan ini membuat pemimpin-pemimpin Portugis khawatir. Wilayah pengaruh Portugal di [[Halmahera]] diserang oleh pasukan-pasukannya. Sebagai penguasa jalur laut, Khairun juga dapat menghentikan pengiriman suplai bahan pangan yang vital dari Moro di Halmahera ke pemukiman Portugis di Ternate.<ref>{{Cite book|last=Frank|first=Gisela|date=1990|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-3-322-84373-9_17|title=Netzwerküberwachungungsprogramme|location=Wiesbaden|publisher=Vieweg+Teubner Verlag|pages=86–87}}</ref> Pada tahun 1570 Kapten Diogo Lopes de Mesquita (1566-1570) secara resmi melakukan rekonsiliasi dengan sang Sultan, tetapi hal ini tidak menurunkan ketegangan antar kedua pihak.<ref name="Marconot 1990 68–81">{{Cite journal|last=Marconot|first=Jean-Marie|date=1990|title=Le français parlé dans un quartier HLM|url=http://dx.doi.org/10.3406/lfr.1990.6178|journal=Langue française|volume=85|issue=1|pages=68–81|doi=10.3406/lfr.1990.6178|issn=0023-8368}}</ref>
== Peperangan ==
Kematian Sultan Khairun memicu kemurkaan orang-orang Ternate serta raja-raja Maluku lainnya. Dewan diraja Ternate, yang didukung oleh para ''kaicili'' dan ''sangaji'' (penguasa daerah), mengadakan musyawarah di Pulau Hiri dan menetapkan ''Kaicili'' Baab sebagai Sultan Ternate berikutnya, dengan gelar ''Sultan Baabullah Datu Syah''. Menurut satu riwayat yang tercatat di kemudian hari, pada pertemuan itu mereka berikrar: "Apa yang mesti kita segani dari orang Portugis jika kita menyadari kekuatan kita sendiri? Apa yang mesti kita takuti, apa yang dapat membuat kita putus asa? Bangsa Portugis memuliakan orang yang merampok paling banyak, dan yang bergelimang kejahatan serta dosa-dosa besar ... Negeri kita adalah tanggungan kita, dan begitu pula perlindungan akan orang tua, istri, anak-anak dan kemerdekaan kita.<ref>{{Cite journal|date=2011-10-31|title=Leonardo de Argensola, Agustin|url=http://dx.doi.org/10.1093/benz/9780199773787.article.b00107842|journal=Benezit Dictionary of Artists|publisher=Oxford University Press}}</ref> Sultan bermaksud untuk berperang demi menegakkan kembali agama [[Islam]] di Maluku, membawa Kesultanan Ternate menjadi kekuatan utama, dan mengusir orang-orang Portugis dari negerinya."<ref>{{Cite book|last=Fraassen|first=Bas C. van|date=1980-12-11|url=http://dx.doi.org/10.1093/0198244274.003.0002|title=Arguments Concerning Scientific Realism|publisher=Oxford University Press|pages=6–40}}</ref><ref name="Andaya 2017">{{Cite journal|last=Andaya|first=BW|last2=Andaya|first2=LY|date=2017|title=A History of Malaysia|url=http://dx.doi.org/10.1057/978-1-137-60515-3|doi=10.1057/978-1-137-60515-3}}</ref>
<!--[[Benteng]]-[[benteng]] [[Portugis]] di [[Ternate]] yakni Tolucco, Santo Lucia dan Santo Pedro jatuh dalam waktu singkat, dan hanya menyisakan Benteng Sao Paulo kediaman [[De Mesquita]]. Atas perintah Baabullah pasukan Ternate mengepung benteng Sao Paulo dan memutuskan hubungannya dengan dunia luar, suplai makanan dibatasi hanya sekadar agar penghuni benteng bisa bertahan. Sultan Baabullah bisa saja menguasai benteng itu dengan kekerasan namun ia tak tega karena cukup banyak [[rakyat]] [[Ternate]] yang telah menikah dengan orang [[Portugis]] dan mereka tinggal dalam benteng bersama keluarganya.{{fact}} Karena tertekan, [[Portugis]] terpaksa memecat Lopez de Mesquita dan menggantinya dengan [[Alvaro de Ataide]], namun langkah ini tidak berhasil meluluhkan Baabullah. Meskipun bersikap agak sedikit lunak terhadap [[Portugis]] di Sao Paulo, [[Sultan Baabullah]] tidak melupakan sumpahnya. Ia mencabut segala fasilitas yang diberikan [[Sultan Hairun]] kepada [[Portugis]] terutama menyangkut misi [[Yesuit]]. Kedudukan [[Portugis]] di berbagai tempat digempur habis–habisan. Pada tahun tahun 1571, pasukan [[Ternate]] dibawah pimpinan Kapita Kalakinka menyerbu [[Ambon]] dan berhasil mendudukinya. Pasukan [[Portugis]] dibawah [[kapten]] Sancho de Vasconcellos yang dibantu pribumi Kristen berhasil memukul mundur pasukan Ternate di pulau Buru untuk sementara namun segera jatuh setelah [[Ternate]] memperbaharui serangannya kembali dibawah pimpinan Kapita Rubuhongi.▼
Di Ternate, terjadi pertempuran antara tentara Portugis melawan tentara [[Sultan Hairun]] dari tahun 1550. Pada tahun 1570, Sultan Khairun dibunuh oleh pasukan Portugis.<ref name="encyclopedia of war" /> Akibatnya, pengganti Sultan Hairun, yaitu [[Sultan Baabullah]], bersumpah akan terus memusuhi orang Portugis<ref name="encyclopedia of war" /> Sebagai balasan atas pembunuhan Khairun, Baabullah meminta agar Lopes de Mesquita dibawa ke hadapannya untuk diadili. Benteng-benteng Portugis di Ternate, yaitu [[Benteng Tolukko|Tolucco]], [[Benteng Kalamata|Santa Lucia]], dan [[Benteng Kota Janji|Santo Pedro]] jatuh dalam waktu singkat, menyisakan São João Baptista (kediaman Mesquita) sebagai pertahanan terakhir. Di bawah komando Baabullah, pasukan Ternate mengepung São João Baptista dan memutuskan hubungan benteng tersebut dengan dunia luar; suplai makanan dari luar tidak diperbolehkan masuk kecuali sejumlah kecil sagu yang hampir-hampir tidak dapat membantu penduduk benteng bertahan hidup. Walaupun begitu, pasukan Ternate sesekali memperbolehkan pertemuan antara penduduk benteng yang dikepung dengan masyarakat pulau lainnya—sebab banyak penduduk asli Ternate kala itu yang memiliki hubungan kekerabatan dengan orang Portugis melalui pernikahan. Dalam kondisi tertekan seperti ini, orang-orang Portugis mengangkat Alvaro de Ataide sebagai kapten baru mereka menggantikan Lopes de Mesquita. Namun, pergantian kepemimpinan ini tidak menggoyahkan niat Baabullah untuk mengusir orang-orang Eropa<ref name="Marconot 1990 68–81"/> Tersisa hanya 400 orang dengan keadaan mengenaskan. Orang Portugis tidak dapat mengirim bala bantuan karena Malaka sedang dikepung oleh [[Kesultanan Aceh]].<ref name="encyclopedia of war" /> Sultan Baabullah tidak membantai dan menyiksa para tawanan Portugis, tetapi ia memberikan kesempatan selama 24 jam untuk pergi ke Malaka dan Ambon. Bila masih ada orang Portugis di Ternate, mereka akan dijadikan budak.<ref>{{Cite web|last=Raditya|first=Iswara N.|title=Keruwetan Perang Ternate-Portugis vs Tidore-Spanyol|url=https://tirto.id/keruwetan-perang-ternate-portugis-vs-tidore-spanyol-czsX|website=tirto.id|language=id|access-date=2021-06-18}}</ref>
Selagi pengepungan tersebut berlangsung, pasukannya menyerang wilayah-wilayah yang menjadi pusat misi [[Yesuit]] di [[Pulau Halmahera|Halmahera]], dan memaksa penguasa Bacan yang sudah dibaptis untuk beralih kembali ke Islam pada sekitar tahun 1571.<ref name="Andaya 2017"/> Pada tahun 1571 sebuah armada Ternate dengan enam ''kora-kora'' besar di bawah pimpinan Kapita Kalasinka menyerbu Ambon.<ref>{{Cite journal|last=Westphal|first=E.|date=1958-04|title=Temas de linguística Banta: dos cliques em geral. By Rodrigo de Sá Nogueira. Lisboa: Agência Geral do Ultramar, 1957. Pp. 230, ill.|url=http://dx.doi.org/10.2307/1157143|journal=Africa|volume=28|issue=2|pages=177–178|doi=10.2307/1157143|issn=0001-9720}}</ref> Pasukan Ternate juga berhasil menaklukkan wilayah Hoamoal (di [[Pulau Seram|Seram]]), [[Ambelau]], [[Manipa]], [[Kelang]] dan [[Boano]]. Tentara Portugis yang dikomandoi Sancho de Vasconcellos berusaha dengan susah payah untuk mempertahankan benteng-benteng mereka, dan kehilangan kuasa mereka di laut atas perdagangan cengkeh.<ref>{{Cite book|last=Knaap|first=Gerrit|date=2004-01-01|url=http://dx.doi.org/10.1163/9789004454477|title=Kruidnagelen en christenen|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-45447-7}}</ref>
Pada tahun 1575 sebagian besar tanah milik orang Portugis di Maluku telah diambil alih oleh Ternate, dan suku-suku serta negeri-negeri yang mendukung orang Portugis telah benar-benar tersudut. Hanya São João Baptista saja yang masih dalam pengepungan. Selama lima tahun sebelumnya orang Portugis beserta keluarga mereka mengalami kesulitan hidup di dalam benteng yang terputus dari dunia luar tersebut. Sultan Baabullah menuntut agar orang-orang Portugis di dalam benteng segera menyerahkan diri untuk meninggalkan Ternate, dan berjanji akan memberikan kapal serta suplai agar mereka dapat mencapai Ambon. Sementara itu penduduk benteng yang berasal dari Ternate diperbolehkan tinggal selama mereka mengakui pemerintahan kesultanan. Kapten Nuno Pereira de Lacerda menerima persyaratan tersebut.<ref name="Marconot 1990 68–81"/><ref name="Andaya 2017"/>
▲<!--[[Benteng]]-[[benteng]] [[Portugis]] di [[Ternate]] yakni Tolucco, Santo Lucia dan Santo Pedro jatuh dalam waktu singkat, dan hanya menyisakan Benteng Sao Paulo kediaman [[De Mesquita]]. Atas perintah Baabullah pasukan Ternate mengepung benteng Sao Paulo dan memutuskan hubungannya dengan dunia luar, suplai makanan dibatasi hanya sekadar agar penghuni benteng bisa bertahan. Sultan Baabullah bisa saja menguasai benteng itu dengan kekerasan namun ia tak tega karena cukup banyak [[rakyat]] [[Ternate]] yang telah menikah dengan orang [[Portugis]] dan mereka tinggal dalam benteng bersama keluarganya.{{fact}} Karena tertekan, [[Portugis]] terpaksa memecat Lopez de Mesquita dan menggantinya dengan [[Alvaro de Ataide]],
Tahun 1575, seluruh kekuasaan [[Portugis]] di Maluku telah jatuh dan suku-suku atau kerajaan pribumi yang mendukung mereka telah berhasil ditundukkan dan hanya tersisa benteng Sao Paulo yang masih dalam pengepungan. Selama lima tahun, orang-orang [[Portugis]] dan keluarganya hidup menderita dalam benteng, terputus dari dunia luar. [[Sultan Baabullah]] akhirnya memberi ultimatum agar mereka meninggalkan [[Ternate]] dalam waktu 24 jam. Mereka yang telah beristrikan pribumi [[Ternate]] diperbolehkan tetap tinggal dengan syarat menjadi kawula kerajaan. Menurut Buya Hamka, kemenangan rakyat Ternate ini sangat penting karena menunda penjajahan barat atas nusantara selama 100 tahun.{{fact}}-->
== Lihat pula ==
* [[Sultan Hairun]]
Baris 50 ⟶ 56:
* [[Kesultanan Ternate]]
== Catatan kaki ==
{{Reflist}}
{{Sejarah konflik di Nusantara}}▼
[[Kategori:▼
▲{{Sejarah konflik di Nusantara}}
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Perang yang melibatkan Portugal]]
▲[[Kategori:
|