#ALIH[[Sriwijaya]]
Kerajaan yang bersifat mitos ini tidak dapat dijejak catatan dari luar seperti China, Portugis, Arab , Majapahit dan sebagainya. Malah tidak ada pengajian ilmiah dari sumber yang dapat disahkan. Bahkan kedatangan Dayak Iban ke Sarawak hanya dari abad ke 16. Karajaan Ini bernama asli Kerajaan Panggau Libau yang berdiri sekitar abad ke 6 masehi. Kerajaan ini adalah milik Dayak Iban Saribas dengan ibukota bernama "Panggau Libau Lendat Dibiau Takang Satu" yaitu suatu negeri yang memiliki banyak rawa-rawa dan penuh dengan pohon kelapa. Kota ini berlokasi didekat muara sungai Rajang, tepatnya diantara kota Sarikei, kota Bintangor dan Kota Sibu Sarawak Malaysia dimasa sekarang, yang sejak dahulu penduduknya mayoritas adalah Dayak Iban Saribas.
Dayak Iban adalah salah-satu rumpun bangsa Dayak yang wilayah teritorial atau wilayah penyebaran aslinya adalah meliputi sebagian besar tanah Sarawak. Mereka bermukim dari pesisir barat Sarawak menyebar sampai ke timur didekat perbatasan antara Sarawak dengan Sabah dan sampai ke kabupaten Melawi Kalimantan Barat. Sejak zaman dulu suku Dayak Iban terkenal sering suka mengembara untuk mencari kepala kayau, disamping itu mereka mengembara ke berbagai wilayah di pulau Borneo juga dikarena untuk mencari komoditas yang bernilai ekonomi seperti sarang burung walet, damar, beras ladang dan lain-lain. Semua komoditas tersebut oleh mereka untuk memenuhi permintaan dari para mitra barter mereka yaitu para pedagang dari China dan Indochina. Salah satu kebiasaan masyarakat Dayak Iban zaman dulu adalah mengolah bahan makanan yang terbuat dari sarang burung walet. Kebiasaan mereka ini akhirnya diperkenalkan kepada para mitra dagang mereka yang berasal dari Tiongkok, dan oleh para pedagang Tiongkok diperkenalkan kepada kaisar mereka. Setelah dikenal oleh Kaisar, kemudian bangsa China mempopulerkannya diseluruh dunia.
Orang-orang India dan orang-orang di nusantara menyebuti kerajaan Panggau Libau dengan nama sanskerta “wijaya pura” yang menurut ejaan India tertulis sebagai “Vijay pur” yang bearti “negeri atau kota kemenangan”, yang kemudian disebut oleh orang-orang eropa terutama orang Spanyol dan orang Portugis dengan sebutan “Pucha Varao”. Kata Pucha ini bermaksud untuk menyebutkan Vijay dalam bahasa sanskerta menurut ejaan versi India, sementara arti kata Varao dalam bahasa Spanyol dan Portugis adalah “manusia atau orang”, jadi Puchavarao berarti “orang-orang yang berjaya”. Dalam sejarah, banyak kerajaan Dayak lain baik di Sarawak sendiri, di Kalimantan Barat, di Kalimantan Timur, di Kalimantan Utara maupun di Sabah yang diserang bahkan beberapa kerajaan tersebut hancur oleh prajurit kayau Dayak Iban dari kerajaan Panggau Libau (Wijayapura) ini, Karena mereka selalu menang ketika perang Kayau dengan kerajaan Dayak lain, maka oleh orang luar kerajaan Panggau Libau disebut "Wijayapura".
Kerajaan ini didirikan oleh Panggau Libau, seorang pria Dayak Iban Saribas. Raja Patih Libau dengan istrinya melahirkan tujuh orang anak laki-laki. Karena berdasarkan kepada tuntutan adat lama bangsa Dayak, bahwa apabila terdapat seorang ayah yang memiliki anak, dari anak yang pertama sampai anak yang ke-tujuh memiliki jenis kelamin yang sama, maka ayah tersebut harus diangkat menjadi raja pada wilayah dimana dia tinggal atau di wilayah lain yang belum memiliki raja. Setelah melahirkan anak ketujuh yang juga berkelamin laki-laki, tuan Libau kemudian diangkat menjadi raja oleh masyarakat Dayak Iban Saribas. Tujuh orang putra raja Patih Libau tersebut adalah Sengalang Burong, Menjaya, Selempandai, Semerugah, Ini Andan, Anda Mara dan Sabunsu.
Kerajaan Panggau Libau (Wijayapura) mulai berhubungan dengan pedagang dan penyebar agama Hindu pada masa pemerintahan raja Patih Gemuring Gading. Sehingga sebagai pengingat akan peristiwa pertemuan pertama kali antara suku Dayak Iban dengan bangsa Kelieng India, maka sang Raja Patih Gemuring Gading menamai anaknya dengan nama "Kelieng", yaitu sebutan salahsatu suku bangsa Tamil India yang menyebarkan agama hindu di kerajaan Panggau Libau (Wijayapura) dahulu. Bukti kuat keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya benda-benda arkeologis berupa gerabah, patung dari masa Hindu, menurut perkiraan para ahli arkeologi, benda- benda itu berasal sekitar pada abad ke-6 M atau 7 M. Kerajaan Panggau Libau (Wijayapura) berakhir setelah kematian raja Patih Sumbang Lawing pada saat berperang dengan Dayak Benuag Kalimantan
<br />
== Daftar Raja-Raja Kerajaan Panggau Libau (Wijayapura) Yang Diketahui ==
1.Raja Patih Libau
2. Raja Patih Sengalang Burong
3. Raja Patih Telichay
4. Raja Patih Gemuring Gading
5. Raja Patih Kelieng
6. Raja Patih Landai
7. Raja Patih Romuyan
8. Raja Patih Beday
9. Raja Patih Laja anak Beday
10. Raja Patih Peshampang
11. Raja Patih Manok Babari
12. Raja Patih Xeniba
13. Raja Patih Sumbang Lawing
== Catatan kaki ==
{{reflist}}Sumber info Kerajaan Wijayapura: [https://elegansipikiran.blogspot.com/2019/06/kerajaan-wijayapura.html]{{Kerajaan di Kalimantan}}
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
|