Agroindustri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>") |
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 20:
# IJSP Perdagangan, yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan serta penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri pengolahan [[pertanian]].
# IJSP Konsultasi, meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan mutu serta evaluasi dan penilaian proyek.
# IJSP Komunikasi, menyangkut teknologi [[perangkat lunak]] yang melibatkan penggunaan [[komputer]] serta alat [[komunikasi]] modern lainya.
Dengan pertanian sebagai pusatnya, agroindustri merupakan sebuah sektor [[ekonomi]] yang meliputi semua perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan segala kebutuhan [[pertanian]] dan mengambil komoditas dari [[pertanian]] untuk diolah dan didistribusikan kepada [[konsumen]].<ref name=Soewono>Soewono, L. 2005. Pemanfaatan Teknologi Pascapanen dalam Pengembangan Agroindustri. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengambangan Industri Berbasis Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.</ref> Nilai strategis agroindustri terletak pada posisinya sebagai [[jembatan]] yang menghubungkan antar sektor [[pertanian]] pada kegiatan hulu dan sektor industri pada kegiatan hilir. Dengan pengembangan agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan, jumlah tenaga kerja, pendapatan [[petani]], volume [[ekspor]] dan [[devisa]], pangsa [[pasar]] domestik dan [[mancanegara|internasional]], nilai tukar produk hasil pertanian dan penyediaan [[bahan|bahan baku]] [[industri]].<ref name=Sailah/>
Baris 28:
[[Berkas:Pengolahan lanjut.jpg|jmpl|210px|ka|proses pengolahan lanjut pada kegiatan agroindustri]]
Salah satu kendala dalam pengembangan agroindustri di [[Indonesia]] adalah kemampuan mengolah [[produk]] yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar komoditas pertanian yang diekspor merupakan [[bahan]] mentah dengan indeks retensi pengolahan sebesar 71-75%. Angka tersebut menunjukkan bahwa hanya 25-29% produk pertanian Indonesia yang diekspor dalam bentuk olahan. Kondisi ini tentu saja memperkecil nilai tambah yang diperoleh dari [[ekspor]] produk [[pertanian]], sehingga pengolahan lebih lanjut menjadi tuntutan bagi perkembangan agroindustri
# [[Kakao]] ; [[lemak]] [[kakao]],bubuk kakao, produk [[coklat]].
# [[Kopi]] ; [[Kopi]] bakar, produk-produk kopi, [[minuman]], [[kafeina]].
Baris 117:
[[Berkas:Pabrik pembuatan biodisel.jpg|jmpl|210px|ka|Pabrik pembuatan biodisel jarak pagar sebagai pengembangan produk agroindustri non pangan]]
Pengembangan Agroidustri di Indonesia terbukti mampu membentuk pertumbuhan [[ekonomi]] [[nasional]]. Di tengah krisis [[ekonomi]] yang melanda [[Indonesia]] pada tahun 1997-1998, agroindustri ternyata menjadi sebuah aktivitas ekonomi yang mampu berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selama masa krisis, walaupun sektor lain mengalami kemunduran atau pertumbuhan negatif, agroindustri mampu bertahan dalam jumlah unit usaha yang beroperasi. Kelompok agroindustri yang tetap mengalami pertumbuhan antara lain yang berbasis [[kelapa sawit]], pengolahan ubi kayu dan industri pengolahan [[ikan]]. Kelompok agroindustri ini dapat berkembang dalam keadaan krisis karena tidak bergantung pada bahan baku dan bahan tambahan impor serta peluang pasar ekspor yang besar. Sementara kelompok agroindustri yang tetap dapat bertahan pada masa krisis adalah [[industri]] [[mi]], pengolahan [[susu]] dan industri [[tembakau]] yang disebabkan oleh peningkatan permintaan di dalam negeri dan sifat industri yang [[padat karya]].<ref name=Sailah/> Kelompok agroindustri yang mengalami penurunan adalah industri [[pakan]] [[ternak]] dan [[minuman ringan]]. Penurunan industri pakan ternak disebabkan ketergantungan [[impor]] [[bahan|bahan baku]] ([[kedelai|bungkil kedelai]], [[tepung]] [[ikan]] dan [[obat|obat-obatan]]). Sementara penurunan pada industri [[makanan ringan]] lebih disebabkan oleh penurunan daya beli [[masyarakat]] sebagai akibat [[krisis ekonomi]]. Berdasarkan data perkembangan [[ekspor]] tiga tahun setelah [[krisis moneter]] 1998-2000, terdapat beberapa kecenderungan komoditas mengalami pertumbuhan yang positif antara lain, [[kelapa sawit|minyak sawit]] dan turunannya, [[lateks|karet alam]], hasil [[laut]], bahan penyegar seperti [[kakao]], [[kopi]] dan [[teh]], [[hortikultuta|holtikultura]] serta [[makanan ringan]]/kering.<ref>Anonim. 2000. Perkembangan Ekspor Produk Industri Kimia, Hutan dan Agro. Direktorat Jendral Industri Kimia, Hutan dan Agro. Depperindag. Jakarta</ref> Berdasarkan potensi yang dimiliki, beberapa komoditas dan produk agroindustri yang dapat dikembangkan pada masa mendatang antara lain, produk berbasis [[pati]], hasil [[hutan]] non [[kayu]], [[kelapa]] dan turunannya, minyak [[atsiri]] dan flavor alami, bahan [[polimer]] non [[karet]] serta hasil laut non ikan.<ref>Mangunwidjaja, D. 1993. Pengembangan Teknologi Proses Untuk Agroindustri. Makalah pada Forum Teknologi, Dikti, Depdikbud, 12 November. Bogor.</ref> Dengan demikian, agroindustri merupakan langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian melalui pemanfaatan dan penerapan teknologi, memperluas lapangan pekerjaan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.<ref>Apriyantono, A. 2005. Sambutan Mentri Pertanian Republik Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengambangan Industri Berbasis Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.</ref>
Pada kenyataannya, perkembangan nilai [[ekspor]] agroindustri masih relatif lambat dibandingkan dengan subsektor industri lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:<ref name=Sailah/>
# Kurang cepatnya pertumbuhan sektor [[pertanian]] sebagai unsur utama dalam menunjang agroindustri, di pihak lain juga disebabkan oleh kurangnya pertumbuhan sektor industri yang mendorong sektor pertanian.
Baris 124:
# Kurangnya minat para [[investor]] untuk menanamkan [[modal]] pada bidang agroindustri.
Tantangan dan harapan bagi pengembangan agroindustri di [[Indonesia]] adalah bagaimana meningkatkan [[Teori keunggulan komparatif|keunggulan komparatif]] produk pertanian secara kompetitif menjadi produk unggulan yang mampu bersaing di [[pasar]] [[dunia]]. Dalam lingkup [[perdagangan]], pengolahan hasil [[pertanian]] menjadi produk agroindustri ditunjukkan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut. Pengolahan produk dapat meningkatkan nilai mutu suatu produk sehingga nilai jualnya tinggi dengan meraup keuntungan yang tinggi pula. Semakin tinggi nilai produk olahan, diharapkan devisa yang diterima oleh negara juga meningkat serta keuntungan yang diperoleh oleh para pelaku agoindustri juga relatif tinggi. Untuk dapat terus mendorong kemajuan agroindustri di Indonesia antara lain diperlukan:<ref name=Soewono/>
# Kebijakan-kebijakan serta insentif yang mendukung pengembangan agroindustri.
|