Kesultanan Sumbawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib) |
BayuAjisaka (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(49 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
|common_name = Kerajaan Samawa
|continent = Asia
|region = [[Asia Tenggara]]
|country = [[Indonesia]]
|religion = [[Islam]] dan [[Hindu]]
|image_flag = Bendera_Kesultanan_Sumbawa.png
|image_coat =
|symbol_type =
|p1 = Kerajaan
|p2 =
|s1 = Indonesia
|s2 =
Baris 17:
|flag_p2 =
|flag_s1 = Flag of Indonesia.svg
|capital = [[Sumbawa Besar]]
|year_start = 1674
|year_end = sekarang
|date_start =
|date_end = 1950
|event_start = Berdirinya Dinasti Dewa Dalam Bawa
|event_end = Bergabung dengan [[Indonesia]]
|image_map =
|image_map_caption = Istana Dalam Loka Samawa di [[Sumbawa Besar|Kota Sumbawa Besar]]
|capital = [[Sumbawa Besar]]
Baris 53:
}}</ref> Keberadaan ''Tana Samawa'' atau wilayah Sumbawa, mulai dicatat oleh sejarah sejak zaman Dinasti Dewa Awan Kuning, tetapi tidak banyak sumber tertulis yang bisa dijadikan bahan acuan untuk mengungkapkan situasi dan kondisi pada waktu itu. Sebagaimana masyarakat di daerah lain, sebagian rakyat [[Suku Sumbawa|Sumbawa]] masih menganut [[animisme]] dan sebagian sudah menganut agama [[Hindu]]. Baru pada kekuasaan raja terakhir dari Dinasti Awan Kuning, yaitu Dewa Maja Purwa, ditemukan catatan tentang kegiatan pemerintahan kerajaan, antara lain bahwa Dewa Maja Purwa telah menandatangani perjanjian dengan [[Kesultanan Gowa|Kerajaan Gowa]] di [[Sulawesi]]. Perjanjian itu baru sebatas perdagangan antara kedua kerajaan kemudian ditingkatkan lagi dengan perjanjian saling menjaga keamanan dan ketertiban. [[Kesultanan Gowa|Kerajaan Gowa]] yang pengaruhnya lebih besar saat itu menjadi pelindung Kerajaan Samawa.
Kerajaan-kerajaan: Seran, Taliwang, dan Jereweh masing-masing merupakan kerajaan vasal dari kerajaan Sumbawa. Raja Samawa yang pertama dari kerajaan (kecil) Sampar Kemulan bernama Maja Paruwa, dari dinasti Dewa Awan Kuning yang telah memeluk agama [[Islam]]. Setelah meninggal, Maja Paruwa diganti oleh Mas Cini (Dewa Mas Pemayam) putra raja selaparang.
Kemudian Mas Cini di ganti oleh Mas Goa. Mas Goa tidak lama memerintah karena pola pikir dan pandangan hidupnya masih dipengaruhi ajaran [[Hinduisme]]. Pada tahun 1637 Mas Goa digantikan oleh putera dari saudara perempuannya, bernama [[Mas Bantan]]. Lama pemerintahannya, dari tahun 1675 s.d. 1701. Mas Bantan adalah putera [[Raden Subangsa]], seorang [[pangeran]] dari [[Banjarmasin]].<ref name="Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat"> |first=
|last=
|author=
|url=https://www.google.co.id/books/edition/Peninggalan_sejarah_dan_kepurbakalaan_Nu/2QJwAAAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Banjermassin-sumbawa&pg=PA124&printsec=frontcover
|title=Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat
|location=Indonesia
Baris 64 ⟶ 68:
|page=
|isbn=
}}</ref> hasil pernikahan dengan saudari perempuan Mas Goa yaitu Amas Penghulu
Setelah Dewa
== Sejarah Kesultanan Sumbawa ==
=== Kedatangan Islam ===
Diperkirakan agama [[Hindu]]-[[Budha]] telah berkembang pesat di kerajaan-kerajaan kecil di [[Pulau Sumbawa]] sekitar 200 tahun sebelum [[invasi]] [[Kerajaan Majapahit]] ke wilayah ini. Beberapa kerajaan itu antara lain Kerajaan Dewa Mas Kuning di Selesek (Ropang), Kerajaan Airenung (Moyo Hulu), Kerajaan Awan Kuning di Sampar Semulan (Moyo Hulu), Kerajaan Gunung Setia (Sumbawa), Kerajaan Dewa Maja Paruwa (Utan), [[Kerajaan Seran]] (Seteluk), [[Kerajaan Taliwang]], dan [[Kerajaan Jereweh]].
Menurut Zolinger, agama [[Islam]] masuk ke [[Pulau Sumbawa]] lebih dahulu daripada [[Pulau Lombok]] antara tahun [[1450]]–[[1540]] yang dibawa oleh para pedagang Islam dari [[Jawa]] dan [[Sumatra]], khususnya [[Kesultanan Palembang|Palembang]]. Selanjutnya runtuhnya [[Kerajaan Majapahit]] telah mengakibatkan kerajaan-kerajaan kecil di wilayah Sumbawa menjadi kerajaan-kerajaan yang merdeka. Kondisi ini justru memudahkan bagi proses pengenalan ajaran Islam oleh para mubaligh tersebut, kemudian pada tahun-tahun awal pada abad ke-16, [[Sunan Prapen]] yang merupakan keturunan [[Sunan Giri]] dari Jawa datang untuk menyebarkan Islam pada kerajaan-kerajaan Hindu di Sumbawa, dan terakhir penaklukan Karaeng Moroangang dari [[Kesultanan Gowa|Kerajaan Gowa]] tahun [[1618]] atas Kerajaan Dewa Maja Paruwa (Utan) sebagai kerajaan terakhir yang bersedia masuk Islam sehingga menghasilkan sumpah: “Adat dan ''rapang Samawa'' (contoh-contoh kebaikan) tidak akan diganggu gugat sepanjang raja dan rakyatnya menjalankan syariat [[Islam]]”.
Baris 77 ⟶ 81:
=== Dinasti Dewa Dalam Bawa ===
[[Berkas:Prosesi-Nginring-Perpindahan-Sultan-Sumbawa-ke-16-YM.-Dewa-Masmawa-Sultan-Muhammad-Kaharuddin-lll-dari-Istana-Dalam-loka-ke-Istana-Bala-Puti-pada-tahun-1934..jpg|jmpl|280px|ka|Prosesi ''Nginring'' atau perpindahan Sultan Sumbawa ke-16, Sultan Muhammad Kaharuddin III, dari Istana Dalam Loka Samawa ke Istana Bala Puti pada tahun [[1934]].]]
[[Berkas:
Pemberhentian Mas Goa secara paksa pada tahun [[1673]] mengakhiri pengaruh Dinasti Dewa Awan Kuning di Sumbawa. Satu tahun berikutnya, pada [[1674]] Dinasti baru terbentuk dan diberi nama Dinasti Dewa Dalam Bawa. Saat itu rakyat Sumbawa sudah mulai memeluk agama [[Islam]]. Dinasti Dewa Dalam Bawa ini berkuasa hingga tahun [[1958]], saat Kesultanan Sumbawa bergabung dengan [[Republik Indonesia]].
Baris 93 ⟶ 97:
}}</ref>
Sultan Sumbawa yang berkuasa setelah Maja Puruwa adalah Amas Cini (Dewa Mas Pamayam) Putra Raja Selaparang yang dilantik sebagai Raja Selaparang dan Sumbawa, setelah itu kekuasaan kembali di pegang oleh keturunan Maja Paruwa yaitu Amas Goa Putra dari Maja Paruwa.
Kekerabatan [[Sultan Banjar]] dengan [[Sultan Sumbawa]] yang memerintah pada tahun 1700 diberitakan dalam laporan pelaut [[Inggris]] dalam buku "Notices of the Indian archipelago & adjacent countries: being a collection of papers relating to Borneo, Celebes, Bali, Java, Sumatra, Nias, the Philippine islands", menyebutkan:<ref>{{en icon}} {{cite journal
Baris 118 ⟶ 111:
{{cquote|About the year 1700, the English fixed themselves in Banjar, with about 46 English and 100 Bugis, at which time the chief of Banjar had the title of [[Panambahan]], and of the family of Sumbawa.}}
Sultan Banjar sekitar tahun 1700 adalah
Tahun 1673, Kompeni (Belanda) mendarat di Sumbawa. Tahun 1674, 12 Juni 1674, Kerajaan Sumbawa terpaksa menanda tangani perjanjian dengan Kompeni Belanda dan melepaskan haknya atas Selaparang. Tahun 1702, Raja Mas Bantan menyerahkan Kerajaan kepada puteranya Amas Madina yang bergelar Muhammad Jalaluddin Syah. Tahun 1723, Sultan Muhammad Jalaluddin dari Sumbawa menyerang kekuasaan Bali di Selaparang.
Amas Bantan Datu Loka (Sultan Harunurrasyid I) menikah dengan salah satu puteri dari Raja Tallo ke-10 bernama I Mappaijo Daeng Manjauru Sultan Harun Alrasyid (Halimah Karaeng Tanisanga), melahirkan
Amas Madina ini menikah dengan I Rakia Karaeng Agangjene (Addatuwang Sidenreng), melahirkan puteri yang menjadi Sultanah (sultan Wanita pertama) bernama I Masugi Ratu Karaeng Bonto Parang.
Penguasa pertama dari Dinasti Dalam Bawa ini adalah Mas Bantan bergelar Sultan Harunnurrasyid I ([[1674]]–[[1702]]) Putra Raden Subangsa (Pangeran Banjar) hasil pernikahannya dengan amas penghulu binti Maja Paruwa.
Pada tahun [[1732]] kekuasaan atas Kesultanan Sumbawa kembali dipegang oleh keturunan [[Mas Bantan]] (Sultan Harunurrasyid) yaitu Sultan Muhammad Kaharuddin I ([[1732]]-[[1758]]) anak dari Dewa Maja Jereweh.
Kekuasaan [[Belanda]] pun semakin merajalela. Belanda ikut mengatur keadaan politik di dalam istana, dan ikut menentukan jalannya pemerintahan. [[Pulau Sumbawa]] dan [[Pulau Sumba]] dijadikan satu dalam bentuk ''afdeling'' dengan ibu kota di [[Sumbawa Besar]]. Asisten ''Resident'' yang pertama adalah Janson van Ray. Kesultanan Sumbawa dibagi dalam dua ''onderafdeeling'', yaitu Sumbawa Barat dan Sumbawa Timur.
Baris 138 ⟶ 131:
== Setelah Kemerdekaan dan Bergabung dengan Republik Indonesia ==
{{utama|Kabupaten Sumbawa}}
[[Berkas:Foto-Bersama-YM.Sultan-Muhammad-Kaharuddin-lll-beserta-Dewa-Bini-Pembesar-Kesultanan-Sumbawa-dan-Petinggi-Belanda.jpg|jmpl|280px|kiri|Foto bersama Sultan Muhammad Kaharuddin III beserta Dewa Bini, pembesar-pembesar Kesultanan Sumbawa, Sultan Bima beserta rombongan dan para petinggi [[Hindia Belanda|Belanda]] di Istana Bala Puti.]]
[[Agresi Militer Belanda]] di Indonesia mengakibatkan Sultan Sumbawa, Sultan Muhammad Kaharuddin III menandatangani sebuah perjanjian politik baru dengan Belanda pada tanggal [[14 Desember]] [[1948]]. Isinya antara lain menjelaskan tentang sisa-sisa kekuasaan yang masih dikuasai oleh Belanda di Sumbawa. Kekuasaan tersebut ada tiga, yaitu bidang pertahanan, hubungan luar negeri, dan monopoli atas candu dan garam. Setahun kemudian, pemerintah [[Negara Indonesia Timur]] dengan berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 tahun 1949 membentuk pemerintahan Federasi Pulau Sumbawa, yang ditetapkan oleh Dewan Raja-Raja pada tanggal [[6 September]] [[1949]].
Baris 146 ⟶ 139:
== Daftar Raja & Sultan Kesultanan Sumbawa ==
[[Berkas:
[[Berkas:Sultan-Muhammad-Kaharuddin-IV.jpg|jmpl|230px|ka|Sultan Muhammad Kaharuddin IV, Sultan Sumbawa ke-17.]]
* '''Dewa Maja Paruwa''' (Dinasti Dewa Awan Kuning) - Sebelum 1618 – 1632 Raja Samawa yang pertama dari kerajaan (kecil) Sampar Kemulan dari dinasti Dewa Awan Kuning yang telah memeluk agama Islam.
Baris 171 ⟶ 164:
|volume=23
|isbn=
}}</ref><ref name="Bima en Sumbawa">{{nl}}{{cite book|last=|author=J. Noorduyn|first=|year=1987|url=https://books.google.co.id/books?id=hUgbAAAAIAAJ&q=soelthan+mas+banten+datu+loka&dq=soelthan+mas+banten+datu+loka&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjyope90qjeAhUVaI8KHVMfAp4Q6AEIPzAF|title=Bima en Sumbawa (Volume 129 dari Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde)|location=Indonesia|publisher=BRILL|isbn=9067652296|editor=J. Noorduyn|volume=129|page=155|issn=1572-1892}}ISBN 9789067652292</ref>
Menurut [[Arsip Nasional Republik Indonesia]], korespondensi antara [[Sultan Sumbawa]] Dewa Mas Gowa kepada VOC-Belanda terjadi sejak tanggal 10 Oktober 1674 sampai 3 Februari 1681.<ref name="Treasures from the the 17th and 18th VOC archive">{{cite web
| title= Mencari Surat-Surat :: Sejarah Nusantara
| website= Arsip Nasional Republik Indonesia
| url= https://sejarah-nusantara.anri.go.id/id/search_letters/?ruler=Dewan%20Mas%20Goa
| language= id
| access-date= 2020-12-18
| archive-date= 2021-11-29
| archive-url= https://web.archive.org/web/20211129104624/https://sejarah-nusantara.anri.go.id/id/search_letters/?ruler=Dewan%20Mas%20Goa
| dead-url= yes
}}</ref>
* Dewa [[Mas Bantan]] Datu Loka alias '''Dewa Masmawa Sultan [[Harunnurrasyid I]]''' (1672/1675 – 1701) - anak Amas Penghulu + Raden Subangsa [[Pangeran Taliwang]];<ref name="sultansinindonesieblog.wordpress.com"/><ref name="Manuel d'histoire">{{cite book
| first= A. M. H. J.
| last= Stokvis
Baris 204 ⟶ 186:
| page= 389
| language= fr
}}</ref><ref name="Ruler in Asia">
| url=https://sejarah-nusantara.anri.go.id/media/userdefined/pdf/rulersinasiav7.pdf
| title=Rulers in Asia (1683 – 1811): attachment to the Database of Diplomatic letters
Baris 210 ⟶ 192:
| p=56
| format=PDF
| access-date=2019-01-05}}</ref><ref>http://www.mbojoklopedia.com/2018/04/perang-para-pangeran-sumbawa.html?m=1</ref><ref>http://kesultananbanjar.com/id/hubungan-kesultanan-sumbawa-dengan-kesultanan-banjar/</ref><ref name="Hindu rulers, Muslim subjects">{{en}} {{cite book|last=|author=Hans Hägerdal|first=|year=2001|url=https://books.google.co.id/books?id=icNwAAAAMAAJ&q=banjar+taliwang&dq=banjar+taliwang&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiv0J7d3JXZAhWMurwKHWl_AzUQ6AEIRjAG|title=Hindu rulers, Muslim subjects: Lombok and Bali in the seventeenth and eighteenth centuries|location=Indonesia|publisher=White Lotus Press|isbn=9747534118|page=183}}ISBN 9789747534115</ref> pada tanggal 29 Juni 1684 menikahi Kareng Tanisanga (saudara perempuan Raja Tallo Abdul Qadir) atau puteri Tumenanga ri Lampana dari Gowa.<ref name="Kerajaan Tradisional di Indonesia: BIMA"/> (menurut catatan Kerajaan bima Bo Sangaji Kai naskah 34, menyebutkan ibu Datu Loka yaitu Amas Panghulu anak dari Raja Dewa Maja Paruwa)
*
*Mas Madura<ref name="Sedjarah Gowa" /><ref name="Rijks" />/Kalimullah/[[Amas Madina]] /'''Dewa Mas Madina''' Datu Taliwang (1701 – 12 Februari 1725)<ref name="Ruler in Asia" />/'''Sultan [[Jalaluddin Muhammad Syah I]]''' (1725 – 1731) Ammasaq / <ref name="Ruler in Asia" /> / Datu Bala Balong/ Datu Semong / Datu Apit Aik - anak Sultan Harunnurrasyid I;<ref name="Ruler in Asia" /><ref>{{Cite web |url=http://manggaukang.com/profil/jejak-jejak-tanah-kelahiran |title=Salinan arsip |access-date=2016-12-11 |archive-date=2016-12-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20161220103230/http://manggaukang.com/profil/jejak-jejak-tanah-kelahiran |dead-url=yes }}</ref> - saudara kandung Dewa Maja Jareweh (Mas Palembang).<ref name="Sedjarah Gowa">{{en}} {{cite book
|first=
|last=
Baris 247 ⟶ 205:
|year=1969
|page=242
}}</ref><ref name="Rijks">{{id}} {{cite book
|title=Rijks geschiedkundige publicatiën: Grote serie
Baris 267 ⟶ 213:
|contribution=Netherlands. Ministerie van Binnenlandse Zaken, Netherlands. Ministerie van Onderwijs, Kunsten en Wetenschappen, Netherlands. Ministerie van Onderwijs en Wetenschappen, Netherlands. Commissie voor's Rijks Geschiedkundige Publicatiën, Netherlands. Rijkscommissie voor Vaderlandse Geschiedenis
|publisher=M. Nijhoff
|year=
|volume=134
|isbn=
}}</ref><ref name="The Makassar Annals">{{en}} {{cite book|last=|author=|first=|year=2011|url=https://books.google.co.id/books?id=9a9gAAAAQBAJ&pg=PA155&dq=sultan+sumbawa+gowa+bantan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiIneWpzajeAhXDvo8KHSKrAiIQ6AEILzAB#v=onepage&q=sultan%20sumbawa%20gowa%20bantan&f=false|title=The Makassar Annals|location=Indonesia|publisher=BRILL|isbn=9004253629|editor=William Cummings|volume=35|page=155|issn=0067-8023}}ISBN 9789004253629</ref><ref name="Nederlandsche">{{id}} {{cite book
|url=https://books.google.co.id/books?id=BLVoAAAAMAAJ&q=MAS+Bantam+raden+subangsa&dq=MAS+Bantam+raden+subangsa&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwid1K2dsoPgAhXRTn0KHdIACMoQ6AEIKDAA
|pages=58
|title=Generale missiven van gouverneurs-generaal en raden aan Heren XVII der Verenigde Oostindische Compagnie: deel. 1610-1638
|first=
|last=
|author=Nederlandsche Oost-Indische Compagnie, Willem Philippus Coolhaas
|publisher=M. Nijhoff
|year=
|volume=
|isbn=
}}</ref>
** Riwa Batang: Raja Tua '''[[Datu Bala Sawo]]''' Dewa Loka Ling Sampar / Datu Seran (1723-1725) - saudara kandung Sultan Muhammad Jalaluddin Syah I<ref>https://ihinsolihin.wordpress.com/2014/01/09/sejarah-singkat-pengislaman-kerajaan-sumbawa/</ref> (menurut catatan Kerajaan bima Bo Sangaji Kai naskah 34, menyebutkan Datu balasawo tidak memiliki keturunan)
* '''[[Datu Gunung Setia]]''' / Jalaluddin Datu Taliwang (1725-1732)
* Dewa Maswawa '''Sultan [[Muhammad Kaharuddin I]]'''
* Karaëng-Bontowa 02/ Dewa Maswawa '''[[Sultanah Siti Aisyah]]''' Datu Bini (I Sugiratu Karaeng Bonto Parang) binti Sultan
* Dewa Maswawa '''[[Sultan Lalu Onye Datu Ungkap Sermin]]''' (Dewa Lengit Ling Dima) bin Datu Sepe (putera Datu Budi + Dewa Iya) (1761-1763);
* Dewa Maswawa '''Sultan [[Muhammad Jalaluddin Syah II|Jalaluddin Muhammad Syah II]]'''/Gusti Mesir Abdurahman/Datu Pengantin bin Pangeran Aria bin Raja Banjar Panembahan
| first= Lalu
| last= Mantja
Baris 310 ⟶ 266:
| language= de
}}</ref><ref name="Islamic Narrative">{{en}} {{cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=CuZ8DAAAQBAJ&pg=PA96&dq=sultan+sumbawa+banjarmasin&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjf1NC_1u3YAhVO57wKHVmNAHYQuwUIMDAB#v=onepage&q=sultan%20sumbawa%20banjarmasin&f=false|pages=96|title=Islamic Narrative and Authority in Southeast Asia: From the 16th to the 21st Century|first= |last=|publisher=|year=2007|volume=|author=T. Gibson }}</ref>
* '''[[Dewa Maswawa Sultan Mahmud]]''' (Pangeran Mahmuddin)
** Riwa Batang: '''[[Dewa Mappaconga Mustafa]]''' (Mappa Tjo-nga)/ Datu Taliwang - Pemangku Sultan (1765-1775)- Kontrak 18 Mei 1766<ref name="Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat">{{cite book
| url= https://books.google.co.id/books?id=6yR_CgAAQBAJ&pg=PA55&dq=sultan+banjar+sumbawa+taliwang&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiYz-zA2u3YAhWNQpQKHYl9BjQQ6AEIJzAA#v=onepage&q=sultan%20banjar%20sumbawa%20taliwang&f=false
Baris 360 ⟶ 316:
}}</ref>
** Riwa Batang: '''[[Datu Busing Lalu Komak]]''' (1775-1777)
* Dewa Maswawa '''Sultan [[Harunnurasyid II]]''' (Lalu Mahmud/Hasan Rasyid Datu Budi/Datu Seran) (1777-1791)
* Dewa Maswawa '''[[Sultanah Shafiyatuddin]]''' (Daeng Massiki) binti Sultan Harunnurrasyid II bin Hasanuddin (Alauddin) Datu Jereweh; (1791-1795) - permaisuri Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah (Raja Bima VIII).
* Dewa Maswawa '''Sultan [[Muhammad Kaharuddin II]]''' (Lalu Muhammad) bin Sultan Mahmud dengan Ratu Laija binti Raja Banjar - (m. 1795-1816), Sultan Muhammad Kaharuddin II wafat saat wabah malaria pasca peristiwa meletus nya gunung tambora meninggal 5 orang putra yang masih kecil-kecil. Karena itu di tunjuk pemangku kerajaan / Riwa Batang :
** Riwa Batang: '''[[Nene Ranga Mele Manyurang]]''' (1816-1825) - Pemangku Kerajaan
** Riwa Batang:
* '''Dewa Maswawa Sultan [[Lalu Mesir]]''' bin Sultan Muhammad Kaharuddin II (1837-1843) https://pl.wiki-indonesia.club/wiki/W%C5%82adcy_Sumbawy#Su%C5%82tani_Sumbawy
* '''Dewa Maswawa Sultan Lalu Muhammad Amrullah''' ([[Amaroe'llah]]) bin Sultan Muhammad Kaharuddin II (1843-1882) 2 Agustus 1857.<ref name="Almanak 44">{{cite book
Baris 376 ⟶ 332:
| language= nl
}}</ref>
* Dewa Maswawa '''Sultan [[Muhammad Jalaluddin Syah III]]''' (Dewa Marhum) bin Mas Kuncir Datu Lolo Daeng Manassa (Datu Raja Muda) bin Sultan
* Dewa Maswawa '''Sultan [[Muhammad Kaharuddin III]]''' bin Sultan '''[[Muhammad Jalaluddin Syah III]]''' dengan Siti Maryam Daeng Risompa Datu Ritimu - (m. 1931-1975)
* Dewa Maswawa '''Sultan [[Muhammad Kaharuddin IV]]''' (Daeng Ewan) bin Sultan '''[[Muhammad Kaharuddin III]]''' dengan Siti Khodijah Daeng Ante Ruma Pa'duka binti Sultan Salahuddin Makakidi Agama Raja Bima XIII - (m. 2011-Sekarang)<ref>https://docs.google.com/viewerng/viewer?url=http://kesultananbanjar.com/id/wp-content/uploads/2014/11/SILSILAH-SULTAN-SUMBAWA.pdf&hl=en</ref>
=== Hubungan Datu Kamutar dengan Raja-Raja Banjar ===
Baris 402 ⟶ 357:
|-
| Dewa Mas Bantan Datu Loka (1672/1675 – 1701)<br>*'''Sultan Harunnurrasyid I''' 1701-1725 <br> * Raja Tua Datu Setelok/Datu Seran 1725
| * Sultan Amarullah Bagus Kasuma Raja Banjar 1663-1700
<br>* Sultan | Raden Bantan (Amas Bantani) putera Raden Subangsa menjadi Sultan Sumbawa ke-3. Permulaan trah Raja Banjar mulai memerintah atas Sumbawa. Tahun 1679 Putera mahkota Banjar yang sah, Sultan Amarullah Bagus Kasuma berhasil merebut tahta dari pamannya Sultan Dipati Anom.<ref name="
Seorang puteri dari Dewa Mas Bantan, Dewa Isa Karaeng Barong Patola diperisteri oleh Ahmad Daeng Mamuntuli (Mamantuli) Arung Kadjoe (Kaju) bin Arung Teko (Toko) dari Bone. Mungkin sekali Daeng Mamuntuli Arung Kaju pernah bertemu dengan La Maddukelleng di Pulo Laut pada tahun 1715.
Daeng Mamantuli (ipar Pangeran Aria Raja Pamukan) membantu Pangeran Purabaya penguasa apanase pulau Laut dalam upaya merebut tahta sepupunya Sultan Amarullah Bagus Kasuma Raja Banjar. Untuk menumpas pemberontakan pasukan Pangeran Purabaya dan anaknya Gusti Busu yang dibantu pasukan Daeng Mamantuli dan pasukan Dayak Biaju maka dikerahkan pasukan militer Banjar dipimpin oleh Pangeran Purba (Pangarang Purba Negarree) dan Pangeran Nata Dilaga. (sumber: Goh Yon Fong, Trade and Politics in Banjarmasin 1700-1747 (Perdagangan dan Politik di Banjarmasin tahun 1700-1747)<ref name="Tijdschrift 51">{{cite journal
Baris 437 ⟶ 393:
| '''Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II'''
|
| Datu Pengantin/Datu Pangeran Gusti Mesir Abdurrahman (suami Siti Hadijah Datu Bonto Paja Karaeng Bonto Massugi) dinobatkan sebagai Sultan Sumbawa IX
|-
| '''Dewa Pangeran Sultan Mahmud''' (1765)
<br>* '''Dewa Mepaconga Mustafa''' 1765-1775 <br>* '''Datu Busing Lalu Komak''' 1775-1777 |
| Dewa Pangeran Sultan Mahmud dinikahkan dengan Ratu Laija saudara perempuan Sultan Tahmidillah 2 Raja Banjar .<ref name="Tijdschrift14">{{nl icon}} {{cite journal
Baris 459 ⟶ 417:
|
|-
| '''Sultan [[Muhammad Kaharuddin II]]''' (1795 – 1816)<br>* '''Nene Ranga Mele Manyurang''' Wazir Muadlam 1816-1825<br>*
| Sultan Sulaiman Rahmatullah
| Raja Banjar Sultan Sulaiman Rahmatullah (bin Sultan Tahmidilllah 2) telah menerima sebuah tombak pusaka bernama [[Kaliblah]] dari sepupunya Raja Sumbawa XIII Lalu Muhammad Sultan Muhammad Kaharudddin II (bin Sultan Mahmud). Sultan Sulaiman Saidullah II digantikan anaknya Sultan Adam al-Watsiq Billah. Keberadaan Tombak Kaliblah terakhir berada di tangan [[Demang Lehman]] sebelum disita Belanda.<ref name="Tijdschrift14"/><ref>{{nl icon}} {{cite journal
Baris 505 ⟶ 463:
== Pranala luar ==
* [https://www.pulausumbawa.com/pelantikan-sultan-sumbawa/ Pelantikan Sultan Sumbawa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220519061536/https://www.pulausumbawa.com/pelantikan-sultan-sumbawa |date=2022-05-19 }}
* http://ensiklopedia-sumbawa.com/objek/id/34 {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20181027191118/http://ensiklopedia-sumbawa.com/objek/id/34 |date=2018-10-27 }}
* http://id.rodovid.org/wk/Orang:991658 Sultan Muhammad Kaharruddin IV (Daeng Ewan)
Baris 522 ⟶ 481:
[[Kategori:Kesultanan Sumbawa| ]]
[[Kategori:Sumbawa]]
[[Kategori:Nusa Tenggara Barat]]
|