Home Sweet Home (film 2018): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
2017 source edit
k top: clean up, added orphan tag
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Orphan|date=November 2022}}
 
'''''Home Sweet Home''''' merupakan sebuah [[film pendek]] dengan tema bencana alam dan korupsi. Film berdurasi 16 menitan ini disutradarai oleh Mohammad Ifdal, seorang sutradara asal Palu.<ref>{{Cite web|last=BeritaSatu.com|title=Film Home Sweet Home Jadi Pemenang Terbaik ACFFest 2019|url=https://www.beritasatu.com/megapolitan/589798/film-home-sweet-home-jadi-pemenang-terbaik-acffest-2019|website=beritasatu.com|language=id|access-date=2021-05-29}}</ref><ref name=":0">{{Cite web|last=Telaumbanua|first=Yub Kartika|date=2019-12-11|title=“Home Sweet Home” Jadi Film Terbaik Suarakan Anti-Korupsi|url=https://www.layar.id/film/home-sweet-home-jadi-film-terbaik-suarakan-anti-korupsi/|website=Layar.id|language=id-ID|access-date=2021-05-29}}</ref> Film ini mengambil latar belakang pasca bencana gempa dan tsunami Palu yang terjadi pada tahun 2018.<ref name=":0" /> ''Home Sweet Home'' kental akan kritik sosial tentang penanganan pasca bencana. Film ini berhasil meraih penghargaan film terbaik pada ajang Festival Film Antikorupsi (ACFFest) 2019.<ref>{{Cite web|last=BeritaSatu.com|title=Film Home Sweet Home Jadi Pemenang Terbaik ACFFest 2019|url=https://www.beritasatu.com/megapolitan/589798/film-home-sweet-home-jadi-pemenang-terbaik-acffest-2019|website=beritasatu.com|language=id|access-date=2021-05-29}}</ref> Sebelumnya proposal film ini masuk ke dalam 10 besar proyek film yang didanai oleh ACFFEST KPK dengan besaran Rp 20 juta/film.<ref name=":0" /> Film ini diproduksi oleh Sousinema Film dan Padi Padi Creative.<ref name=":0" />
 
Baris 11 ⟶ 13:
Randy Rizaldi
| music = Uun Nashir
| cinematography = Isra Labudi
| editing = Ongky
| studio = Sousinema Film dan Padi Padi Creative
Baris 20 ⟶ 23:
 
== Alur ==
''Home Sweet Home'' bercerita tentang rutinitas para pengungsi bencana gempa dan tsunami di Palu. Mereka mengantri air dan terpaksa tinggal di hunian sementara. Adalah Tauhid (Hamlan), seorang kepala keluarga yang kehilangan istrinya. Ia kini tinggal hanya bersama putrinya, Farah, yang baru berusia tujuh tahun. Farah nampaktampak sedih melihat kondisi ruahnya yang hancur berantakan dan tersisa puing-puing. Ia mengambil boneka beruang yang masih cukup utuh dan duduk di sofa yang kondisinya mengenaskan. Melihat kondisi putrinya itu Tauhid merasa sedih dan ingin segera kembali membangun rumah yang layak karena hunian sementara yang diempatinya bersama Farah sangatlah panas dan tak nyaman.
 
Ketika petugas pendataan rumah, Kasim, tiba maka Tauhid segera mengurusnya. Ia menjadi harapan bagi Tauhid untuk mendapatkan kembali rumah yang nyaman. Namun kemudian jawaban Kasim membuatnya begitu marah.