Kabupaten Sumedang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambahkan situs informasi terkini seputar Kabupaten Sumedang. Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler coi-spam |
Baqotun0023 (bicara | kontrib) |
||
(98 revisi perantara oleh 43 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
{{Dati2
| settlement_type = Kabupaten | translit_lang1_type = [[Aksara Sunda]]
| translit_lang1_info = {{sund|
| foto = {{multiple image|border= infobox|total_width= 300|image_style= border:1;
|perrow = 2/2
|image1=Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang, 26062017.jpg
|image2=Rectorate of University of Padjadjaran.jpg
|image3=Monumen Lingga Sumedang - panoramio.jpg
}}
| caption = Dari kiri; ke bawah: [[Waduk Jatigede]], Rektorat [[Universitas Padjadjaran]], dan Monumen lingga yang menjadi ikon dari Kabupaten Sumedang.
| nama = Kabupaten Sumedang
| julukan = {{hlist|Puseur Budaya Sunda|Kota Tahu}}
| provinsi = [[Jawa Barat]]
| ibukota = [[Sumedang Utara, Sumedang|Sumedang Utara]] <ref name="Ibukota Kabupaten Sumedang">{{cite web|url=https://sumedangkab.go.id/profil|title=Ibukota Kabupaten Sumedang|website=www.sumedangkab.go.id|accessdate=24 Mei 2021|archive-date=2015-09-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20150924111541/http://www.sumedangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=106&Itemid=62|dead-url=no}}</ref>
| luas = 1522,21
| penduduk = 1142097
| penduduktahun = 2016
| pendudukref = <ref>{{cite web|url=https://sumedangkab.bps.go.id/statictable/2017/07/05/11/jumlah-penduduk-menurut-kecamatan-di-kabupaten-sumedang-tahun-2016.html|title=Jumlah Penduduk Kabupaten Sumedang Tahun 2016|website=sumedangkab.bps.go.id|accessdate=24 Mei 2021|archive-date=2021-05-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20210524050222/https://sumedangkab.bps.go.id/statictable/2017/07/05/11/jumlah-penduduk-menurut-kecamatan-di-kabupaten-sumedang-tahun-2016.html|dead-url=no}}</ref>
| bahasa = [[Bahasa Sunda|Sunda]]<br>[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| agama = [[Islam]] 98,93%<br>[[Kristen]] 0,53%<br>–[[Protestan]] 0,46%<br>–[[Katolik]] 0,07%<br>[[Buddha]] 0,04%<br>[[Hindu]] 0,02%<br>Lainnya 0,48%<ref>{{cite web|url=https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-wilayah=Kabupaten+Sumedang&wid=3211000000&lang=id|title=Kabupaten Sumedang Dalam Angka 2010|website=sp2010.bps.go.id|accessdate=24 Mei 2021|archive-date=2023-03-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230305183850/https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-wilayah=Kabupaten+Sumedang&wid=3211000000&lang=id|dead-url=no}}</ref>
| kepadatan = 750
| kecamatan = 26
| kelurahan = 270
| kodearea = 0261 dan 022 (wilayah Tanjungsari, Jatinangor, Cimanggung, dan Sukasari)
| nomor_polisi = Z ''xxxx'' A*/B*/C*
| dau = Rp1.036.263.413.000.- (2013) <ref>{{cite web|url=http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/27/tahun/2013/bulan/02/tanggal/04/id/873/|title=Perpres No. 10 Tahun 2013|date=2013-02-04|accessdate=2013-02-15|archive-date=2013-02-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20130214064515/http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/27/tahun/2013/bulan/02/tanggal/04/id/873|dead-url=yes}}</ref>
| lambang = Coat of arms of Sumedang Regency.svg
| bendera = Regency Flag of Sumedang.svg
| peta = Map of West Java highlighting Sumedang Regency.svg<!--alt: 32.11.00 JawaBarat Sumedang.svg-->
| koordinat = <!---- gunakan [[templat:coord]]. biasanya diisi dengan koordinat alun-alun, katedral, pelabuhan, bandara, kantor polisi, kantor bupati, ataupun gedung DPRD ----> {{coord|-6.8468104|107.9247683|display=inline,title}}
| pushpin_map = Indonesia Jawa Barat#Indonesia Java#Indonesia
| pushpin_label = Sumedang
| pushpin_label_position = top
| dasar hukum = UU №14/1950
| tanggal = {{tanggal lahir dan umur|1578|04|22}}
| motto = Insun medal<br/>{{small|{{su icon}} Aku terlahir untuk memberikan pencerahan}}{{efn|Sabda dari [[Prabu Tajimalela]]: "insun medal, insun madangan"}}
| kepala daerah = [[Daftar Bupati Sumedang|Bupati]]
| nama kepala daerah = Drs. [[Yudia Ramli]], M.Si. (Penjabat)<ref>{{cite news|author= Dhimas Ginanjar| title=Resmi Dilantik, Ini Rekam Jejak Karier Pj Bupati Sumedang Yudia Ramli |url=https://news.detik.com/berita/d-7302505/resmi-dilantik-ini-rekam-jejak-karier-pj-bupati-sumedang-yudia-ramli |work=detik.com |date=2024-04-21 |accessdate=2024-04-22 }}</ref>
<!--| wakil kepala daerah = Wakil Bupati
| nama wakil kepala daerah = ''lowong''-->
| web = {{URL|https://www.sumedangkab.go.id/}}
| catatankaki = {{notelist}}
}}
'''Kabupaten Sumedang''' ({{Lang-su|[[aksara Sunda]]: {{sund|ᮞᮥᮙᮨᮓᮀ}}}}) adalah sebuah [[kabupaten]] di [[Provinsi Jawa Barat]], [[Indonesia]]. [[Ibu kota kabupaten|Ibu kota]]nya adalah [[Sumedang Utara, Sumedang|Sumedang Utara]],<ref name="Ibukota Kabupaten Sumedang">{{cite web|url=https://sumedangkab.go.id/profil|title=Ibukota Kabupaten Sumedang|website=www.sumedangkab.go.id|accessdate=24 Mei 2021|archive-date=2015-09-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20150924111541/http://www.sumedangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=106&Itemid=62|dead-url=no}}</ref> sekitar 45 km timur laut [[Kota Bandung]]. Kabupaten ini berbatasan dengan [[Kabupaten Indramayu]] di utara, [[Kabupaten Majalengka]] di timur, [[Kabupaten Garut]] di selatan, serta [[Kabupaten Subang]], [[Kabupaten Bandung|Bandung]], dan [[Kabupaten Bandung Barat|Bandung Barat]] di barat.
Sumedang merupakan kabupaten yang menjadi bagian dari [[metropolitan|kawasan metropolitan]] [[Bandung Raya]]. Sumedang dahulu merupakan pusat pemerintahan [[Kerajaan Sumedang Larang]].
Produk yang menjadi identitas Kabupaten Sumedang adalah [[Tahu sumedang|tahu]], yang dirintis pada tahun 1917 oleh seorang imigran Tiongkok bernama Ong Kino.<ref>{{Cite web|date=2015-11-13|title=Sejarah Lahirnya Tahu Sumedang|url=https://republika.co.id/berita/gaya-hidup/kuliner/15/11/13/nxqjwk365-sejarah-lahirnya-tahu-sumedang|website=Republika Online|language=id|access-date=2022-02-16|archive-date=2022-02-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20220216134840/https://republika.co.id/berita/gaya-hidup/kuliner/15/11/13/nxqjwk365-sejarah-lahirnya-tahu-sumedang|dead-url=no}}</ref>
== Geografi ==
Kabupaten Sumedang terdiri atas 26 [[kecamatan]], 7 [[kelurahan]], dan 270 [[desa]]. Sumedang, ibu kota kabupaten ini, terletak sekitar 45 km dari [[Kota Bandung]]. Kota ini meliputi kecamatan [[Sumedang Utara, Sumedang|Sumedang Utara]] dan [[Sumedang Selatan, Sumedang|Sumedang Selatan]]. Sumedang dilintasi jalur utama [[Bandung]]
Bagian Barat Daya wilayah Kabupaten Sumedang merupakan kawasan
Sebagian besar wilayah Sumedang adalah pegunungan, kecuali di sebagian kecil wilayah
=== Batas
Kabupaten ini berbatasan dengan:
{{Batas_USBT
Baris 49 ⟶ 68:
== Sejarah ==
{{tambah referensi bagian | date = Agustus 2022}}
[[Berkas:Binokasih.JPG|jmpl|Mahkota Binokasih, Mahkota [[Kerajaan Pajajaran]] yang diserahkan kepada [[Prabu Geusan Ulun]] disimpan di ''Museum Prabu Geusan Ulun'' oleh para ''Kandaga Lante'' [[Kerajaan Pajajaran]] sebagai legitimasi untuk meneruskan tirah Siliwangi]]
[[Berkas:Keris Panunggul Naga (foto dokumen Museum Prabu Geusan Ulun).jpg|jmpl|Keris Panunggul Naga adalah Keris milik Prabu Geusan Ulun yang merupakan raja Kerajaan Sumedang Larang yang terakhir]]
Baris 54 ⟶ 74:
=== Masa Kerajaan Galuh ===
Pada mulanya, Kabupaten Sumedang adalah sebuah kerajaan di bawah kekuasaan
Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Pertama, menjadi Kerajaan Tembong Agung (''Tembong'' artinya tampak dan ''Agung'' artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru
=== Masa Kerajaan Sumedang Larang ===
Sumedang Larang mengalami masa kejayaan pada waktu dipimpin oleh Pangeran Angkawijaya atau [[Prabu Geusan Ulun]] sekitar tahun [[1578]], dan dikenal luas hingga ke pelosok Jawa Barat dengan daerah kekuasaan meliputi:
* wilayah Selatan sampai dengan [[
* wilayah Utara sampai [[Laut Jawa]],
* wilayah Barat sampai dengan [[Cisadane]], dan
* wilayah Timur sampai dengan [[Kali Brebes]], [[Kabupaten Brebes]]
Kerajaan ini kemudian menjadi
=== Masa Pendudukan Belanda ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een berglandschap met een waterval en rotsen in Sumedang TMnr 3728-429d.jpg|jmpl|Pemandangan dan air terjun di Sumedang ([[litografi]] berdasarkan lukisan oleh [[Abraham Salm]], 1865-1872)]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van Pangeran Aria Soeria Atmadja Regent van Soemedang TMnr 60009959.jpg|jmpl|Pangeran Aria Soeriaatmadja (Bupati Sumedang pada tahun
Ketika [[
Sumedang mempunyai ciri khas sebagai kota kuno khas di Pulau Jawa yang disebut [[Catur Gatra Tunggal]], yaitu terdapat
Hal-hal yang terkandung pada logo Lingga:
Baris 87 ⟶ 107:
# Tulisan ''Insun Medal'' erat kaitannya dengan kata Sumedang yang mengandung arti:
* Berdasarkan Prabu
* Berdasarkan data di Museum Prabu Geusan Ulun; ''Insun Medal'' berarti (''Insun'': Daya, ''Madangan'': Terang)
Baris 93 ⟶ 113:
* Berdasarkan keterangan Prof. Anwas Adiwilaga, ''Insun Medal'' berasal dari kata ''Su'' dan ''Medang'', (''Su:'' bagus dan ''Medang:'' sejenis kayu yang bagus pada Jati, yaitu huru yang banyak tumbuh di Sumedang dulu), dan pengertian ini bersifat etimologi.
Menurut [[Bujangga Manik]], di dekat Gunung Tampomas terdapat [[Kerajaan Kahiyangan]], yang diserang pasukan Cirebon dalam masa pemerintahan Surawisesa. Hubungan antara Medang Kahiyangan dan Sumedang Larang masih belum jelas. Namun, pada saat Bujangga Manik memasuki Medang Kahiyangan, menurut versi lainnya, saat itu sudah terdapat kerajaan yang disebut Sumedang Larang. Dalam Kropak 410 disebutkan, pendiri Kerajaan Sumedang Larang tak lain adalah Prabu Resi Tajimalela. Ia berkedudukan di Tembong Agung yang disebut Mandala Himbar Buana. Masih belum jelas pula asal-usulnya tokoh legendaris leluhur Sumedang ini. Sebab, Tadjimalela adalah nama lain dari Panji Romahyang, putra Damung Tabela Panji Ronajaya dari Dayeuh Singapura.
Sumber lain menjelaskan, baik Kitab ''Waruga Jagat'', Layang Darmaraja, maupun riwayat yang berdasarkan tradisi lisan yang masih hidup, disebutkan bahwa Prabu Tajimalela adalah putra Prabu Guru Aji Putih, salah seorang keturunan raja Galuh yang masih bersaudara dengan [[Sri Baduga Maharaja]]. Ia melakukan petualangan hingga ke kawasan Timur sekitar pinggiran [[Sungai Cimanuk]].
Prabu Tajimalela masih memiliki sejumlah nama, antara lain: Prabu Resi Agung Cakra Buana, Batara Tuntang Buana, dan Aji Putih.
Dalam ''Waruga Jagat'' yang telah disalin dari huruf Arab ke dalam tulisan latin (1117 H), antara lain dikatakan: "''Ari putrana Sang Dewa Guru Haji Putih, nyaeta Sang Aji Putih.''"
Kehadiran Prabu Guru Adji Putih melahirkan perubahan baru dalam kemasyarakatan, yang telah dirintis sejak abad ke-8 oleh Sanghyang Resi Agung. Secara perlahan dusun-dusun di sekitar pinggiran sungai Cimanuk itu diikat oleh suatu struktur pemerintahan dan kemasyarakatan hingga berdirilah Kerajaan Tembong Agung yang merupakan cikal bakal Kerajaan Sumedang Larang. Kerajaan Tembong Agung tersebut, menurut riwayat teletak di Kampung Muhara, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.
Prabu Guru Haji Putih berputra Prabu Resi Tajimalela. Berdasarkan perbandingan generasi dalam Kropak 410 Tajimalela sejajar dengan tokoh Ragamulya (1340–1350) penguasa di Kawali dan tokoh Surya Dewata, ayahanda Batara Gunung Bitung di [[Majalengka]].
Memang belum diperoleh keterangan sumber yang menyebut–nyebut siapa gerangan istri Sang Prabu Resi Tajimalela. Namun, dalam beberapa sumber baik lisan maupun tertulis, dikatakan Prabu Resi Tadjimalela mempunyai dua orang putra: Prabu Gajah Agung dan Lembu Agung.
Takhta [[kerajaan Sumedang Larang]] dari Prabu Tajimalela raja pertama dilanjutkan oleh putranya bernama Atmabrata yang lebih dikenal dengan sebutan Gajah Agung sebagai raja kedua Kerajaan Sumedang Larang yang berkedudukan di Cicanting.
Kisah awal raja ini memang mirip dengan kisah awal [[Kerajaan Mataram]]. Menurut versi [[Babad Tanah Jawi]], antara [[Ki Ageng Sela]] dengan [[Ki Ageng Pamanahan]], Ki Ageng Sela memetik dan menyimpan buah kelapa muda, lalu ia pergi. Datang [[Ki Ageng Pamanahan]] yang kemudian meminumnya. Maka kemudian yang menjadi raja Ki Ageng Pamanahan.
Demikian pula dalam naskah Layang Darmaraja, yang mengisahkan Prabu Lembu Agung dan Gajah Agung yang melanjutkan
Dikisahkan, pada suatu ketika Prabu
Mereka berdua disuruh menungguinya. "Adinda, tolong jaga kelapa ini. Kakanda hendak pergi ke jamban dulu," kata Lembu Agung seraya pergi meninggalkan Gajah Agung. Tiba - tiba sepeninggal Lembu Agung, Gajah Agung merasakan haus yang bukan kepalang.
Apa boleh buat, untuk menghilangkan dahaganya, Prabu Gajah Agung kemudian mengupas kelapa itu dan diminumlah airnya. Karenanya, ketika Lembu Agung kembali lagi, Gajah Agung langsung menyampaikan permohonan maaf kepada Lembu Agung karena rasa bersalahnya telah meminum air kelapa yang semestinya dijaganya.
Semula Prabu Gajah Agung menyangka, Prabu Lembu Agung akan memarahinya. Namun ternyata, dengan kebesaran jiwa Prabu Lembu Agung malah berkata:
Kemudian ia bergelar Prabu Pagulingan. Sementara kepemimpinan Prabu Gajah Agung kemudian digantikan oleh putranya, Wirajaya, yang lebih dikenal Sunan Pagulingan sebagai raja ketiga Kerajaan Sumedang Larang. Dalam Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat, Sunan Pagulingan berkedudukan di Cipameungpeuk.
Namun ada pula yang mengisahkan, kedudukan Kerajaan Sumedang Larang pada saat itu berada di Ciguling, [[Pasanggrahan, Sumedang Selatan, Sumedang|Kelurahan Pasanggrahan]], [[Sumedang Selatan, Sumedang|Kecamatan Sumedang Selatan]].
Yang jelas, ketiga raja Sumedang Larang yang pertama ini masing
Putri
Sunan Guling digantikan oleh putranya bernama Tirtakusumah atau Sunan Patuakan sebagai raja kelima Kerajaan Sumedang Larang. Kemudian, ia digantikan lagi oleh putri sulung bernama Sintawati alias Nyi Mas Patuakan sebagai raja keenam Sumedang Larang. Antara Ibu dan anak ini mempunyai gelar yang sama, yaitu Patuakan.
Ratu Sintawati berjodoh dengan Sunan Corenda, raja Talaga. Putra Ratu Simbar Kencana dari Kusumalaya, putra Dewa Niskala. Dengan demikian, ia menjadi cucu menantu penguasa Galuh. Sunan Corenda mempunyai dua permaisuri, yakni Mayangsari putri Langlangbuana dari [[Kuningan]] dan Sintawati dari [[Sumedang]].
Dari Mayangsari, Sunan Corenda memperoleh putri bernama Ratu Wulansari alias Ratu Parung. Ratu Parung berjodoh dengan Rangga Mantri alias Sunan Parung Gangsa (Pucuk Umum Talaga), putra Munding Surya Ageung. Tokoh ini putra Sri Baduga. Sunan Parung Gangsa ditaklukkan oleh Cirebon tahun 1530 dan masuk [[Islam]].
Dari Sintawati putri sulung Sunan Guling, Sunan Corenda mempunyai putri bernama Setyasih, yang kemudian menjadi penguasa ketujuh Kerajaan Sumedang Larang dengan gelar Ratu Pucuk Umum. Ratu Pucuk Umum Menikah dengan Ki Gedeng Sumedang yang lebih dikenal dengan nama [[Pangeran Santri]]. Pangeran ini adalah putra Pangeran Pamelakaran dari putri Sindangkasih. [[Pangeran Pamelekaran]] putra Maulana Abdurrahman alias [[Pangeran Panjunan]] putra [[Syekh Datuk Kahfi]]. Dengan perkawinan antara Ratu Setyasih dan Ki Gedeng Sumedang inilah agama Islam mulai menyebar di Sumedang pada tahun 1529.
[[Pangeran Santri]] dinobatkan sebagai penguasa kedelapan Kerajaan Sumedang Larang pada tanggal 13 bagian gelap bulan Asuji tahun 1452 Saka, atau kira–kira 21 Oktober 1530 M, tiga bulan setelah penobatan Pangeran Santri. Pada tanggal 12 bagian terang bulan Margasira tahun 1452 di Keraton Pakungwati diselenggarakan perjamuan "syukuran" untuk merayakan kemenangan Cirebon atas Galuh dan sekaligus pula merayakan penobatan [[Pangeran Santri]]. Hal ini menunjukkan, bahwa Sumedang Larang telah masuk dalam lingkaran pengaruh [[Cirebon]]. Pangeran Santri adalah murid [[Sunan Gunung Jati|Susuhunan Jati]]. Pangeran Santri sebagai penguasa Sumedang pertama yang menganut Islam. Ia pula yang membangun Kutamaya sebagai Ibu kota baru untuk pemerintahannya.
Dari perkawinannya dengan Ratu Pucuk Umum alias Ratu Inten Dewata, Pangeran Santri yang bergelar Pangeran Kusumahdinata I ini dikaruniai enam orang anak, yaitu:
* Pangeran Angkawijaya ([[Prabu Geusan Ulun]])
*
*
* Santowaan Wirakusumah
* Santowaan Cikeruh
* Santowaan Awiluar
Yang melahirkan keturunan anak
Pangeran Santri wafat 2 Oktober 1579. Di antara putra-putri Pangeran Santri dari Ratu Inten Dewata (Pucuk Umum), yang melanjutkan pemerintahan di Sumedang Larang ialah Pangeran Angkawijaya bergelar [[Prabu Geusan Ulun]] sebagai raja kesembilan. Menurut Babad, daerah kekuasaan Geusan Ulun berbatasan dengan:
* [[Sungai Cipamali]] di sebelah timur,
* [[Ci Sadane|Sungai Cisadane]] di sebelah barat,
* di sebelah selatan dan utara dibatasi laut.
Daerah kekuasaan Geusan Ulun dapat disimak dari isi surat Rangga Gempol III yang dikirimkan kepada Gubernur Jenderal [[Willem van Outhoorn|Willem Van Outhoorn]]. Surat ini dibuat hari Senin, 2 Rabi'ul Awal tahun Je atau 4 Desember 1690, yang dimuat dalam buku harian VOC di Batavia tanggal 31 Januari 1691. Dalam surat tadi, Rangga Gempol III (Pangeran Panembahan Kusumahdinata VI) menuntut agar kekuasannya dipulihkan kembali seperti kekuasaan buyutnya, yaitu Geusan Ulun. Rangga Gempol III mengungkapkan bahwa kekuasaan Geusan Ulun meliputi 44 penguasa daerah [[Parahyangan]] yang terdiri dari 26 ''Kandaga Lante'' dan 18 ''umbul.''
* [[Kabupaten Bandung]], dipimpin oleh Ki Astamanggala Umbul Cihaurbeuti, gelar Tumenggung Wirangun
* Kabupaten Parakanmuncang, dipimpin oleh [[Ki Somahita]] Umbul [[Sindangkasih, Majalengka, Majalengka|Sindangkasih]], gelar [[Tumenggung Tanubaya]].
* Kabupaten Sukapura, dipimpin oleh Ki Wirawangsa Umbul Sukakerta, gelar Tumenggung Wiradegdaha (R. Wirawangsa)
I. Di [[Kabupaten Bandung]]
Baris 196 ⟶ 194:
II. Di Kabupaten Parakanmuncang
# [[Selacau, Batujajar, Bandung Barat|Selacau]]
# Daerah Ngabei Cucuk
# [[Cimanggung, Sumedang|Manabaya]]
# [[Kadungora, Garut|Kadungora]]
# Kandangwesi ([[Bungbulang, Garut|Bungbulang]])
Baris 225 ⟶ 223:
Berdasarkan data yang dikirimkan Rangga Gempol III pada masa [[VOC]], maka kekuasaan [[Prabu Geusan Ulun]] meliputi [[Sumedang]], [[Garut]], [[Tasikmalaya]], dan [[Bandung]].
* Batas di sebelah Timur adalah Garis
* Di sebelah Barat garis
* Batas di sebelah Selatan laut.
* Namun di sebelah Utara diperkirakan tidak meliputi wilayahnya karena telah dikuasai oleh Cirebon.
Masa kekuasaan [[Prabu Geusan Ulun]] (
Sebelum [[Prabu Siliwangi]] meninggalkan Pajajaran mengutus empat ''Kandaga Lante'' untuk menyerahkan Mahkota serta menyampaikan amanat untuk Prabu Geusan Ulun yang pada dasarnya Kerajaan Sumedang Larang supaya melanjutkan kekuasaan [[Pajajaran]]. Geusan Ulun harus menjadi penerus [[Pajajaran]].
Baris 242 ⟶ 240:
* Pancar Buana (Embah Terong Peot).
Dalam Pustaka ''Kertabhumi'' I/2'' ''menceritakan keempat bersaudara itu:'' "Sira paniwi dening Prabu Ghesan Ulun, Rikung sira rumaksa wadyabala, sinangguhan niti kaprabhun mwang salwirnya"'' (Mereka mengabdi kepada [[Prabu Geusan Ulun]]. Di sana mereka membina bala tentara, ditugasi mengatur pemerintahan dan
Jaya Perkosa adalah bekas senapati Pajajaran, sedangkan Batara Wiradijaya sesuai julukannya bekas ''Nangganan''. Menurut Kropak 630, jabatan ''Nangganan'' lebih tinggi setingkat dari menteri, namun setingkat lebih rendah dari ''Mangkubumi.''
Di samping itu, menurut tradisi hari pasaran ''Legi'' (Manis), merupakan saat baik untuk memulainya suatu upaya besar dan sangat penting. Peristiwa itu dianggap sangat penting karena pengukuhan Geusan Ulun sebagai "nyakrawartti" atau ''nalendra''
Mahkota dan beberapa atribut kerajaan yang dibawa oleh senapati Jaya Perkosa dan diserahkan kepada [[Prabu Geusan Ulun]]
Berdasarkan bukti sejarah, baik yang tertulis maupun babad atau cerita rakyat, maka penetapan Hari Jadi Sumedang ditetapkan berdasarkan pertimbangan sejarah.
Baris 260 ⟶ 258:
* Pertama: Kitab ''Waruga Jagat'', yang disusun Mas Ngabehi Perana tahun 1117 H. Kendati tak begitu lengkap isinya, namun sangat membantu dalam upaya mencari tanggal tepat untuk dijadikan pegangan atau penentuan Hari Jadi Sumedang. ''"Pajajaran Merad Kang Merad Ing Dina Selasa Ping 14 Wulan Syafar Tahun Jim Akhir,"'' artinya: Kerajaan Pajajaran runtuh pada 14 Syafar tahun Jim Akhir.
* Kedua: Buku Rucatan Sejarah yang disusun Dr. R. Asikin Widjaya Kusumah yang menyertakan antara lain: "''
* Tiga: Dibuat Prof. Dr. [[Husein Djajadiningrat]] berjudul: ''Critise Beshuocing van de Sejarah Banten.'' Desertasi ini antara lain menyebutkan serangan tentara Islam ke Ibu kota Pajajaran terjadi pada tahun 1579, tepatnya Ahad 1 Muharam tahun Alif.
Mengacu pada ketiga sumber di atas, maka dalam diskusi untuk menentukan Hari Jadi Sumedang yang dihadiri para sejarawan
Atas dasar itu DPRD Daerah Tingkat II Sumedang waktu itu, dalam Keputusan Nomor 1/Kprs/DPRD/Smd/1973, Tanggal 8 Oktober 1973, menetapkan tanggal '''22 April 1578 sebagai Hari Jadi
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De woning van de assistent-resident in Sumedang TMnr 3728-816.jpg|jmpl|[[Litografi]] berdasarkan lukisan oleh [[Josias Cornelis Rappard]] yang menggambarkan kediaman ''assistent - resident'' Belanda di Sumedang pada tahun
== Pemerintahan ==
===
{{utama|Daftar Bupati Sumedang}}
{{:Daftar Bupati Sumedang}}
Baris 281 ⟶ 279:
{{:Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Sumedang}}
Pusat pemerintahan Kabupaten Sumedang berada di [[Sumedang Selatan, Sumedang|Kecamatan Sumedang Selatan]].<ref>{{cite web| title
== Penghargaan ==
Pemerintah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat berhasil meraih predikat A atau Pelayanan prima dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).<ref>{{Cite news|last=Robia|first=Elvi|date=08 Maret 2022|title=Sumedang Raih Predikat A, H Dony Terima Langsung Pengharaan dari MenPAN-RB|url=https://www.jpnn.com/news/sumedang-raih-predikat-a-h-dony-terima-langsung-pengharaan-dari-menpan-rb|work=[[Jawa Pos|JPNN.com]]|access-date=08 Maret 2022|archive-date=2022-03-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20220308124051/https://www.jpnn.com/news/sumedang-raih-predikat-a-h-dony-terima-langsung-pengharaan-dari-menpan-rb|dead-url=no}}</ref>
== Transportasi ==
# Bus Jaya Kusuma, Jurusan
# Elf Buhe Jaya/Rukun Wargi, Jurusan
#
# Bus Medal Sekarwangi (MS), Jurusan
# Bus Cahaya Bakti Utama (CBU), Jurusan Sumedang–Bekasi Via Tol Cipularang
# Bus Cipta Raya/Widia Jurusan Wado–Cikarang Via Subang–Tol Trans Jawa–Simpang Cikopo–Tol Cikarang Barat (Jababeka)
# Bus Eka Jurusan Bandung Cicaheum–Surabaya Via Pantura/Tol Trans Jawa–Solo–Ngawi–Madiun–Nganjuk
# Bus Harapan Jaya Jurusan Bandung Cicaheum–Blitar (Lewat Sumedang–Tol Trans Jawa–Ngawi–Madiun–Nganjuk–Kediri)
# Bus Goodwill Jurusan Bandung Cicaheum–Purwokerto (Lewat Sumedang–Cirebon–Tegal)
#Bus Arimbi Jurusan Sumedang–Merak via Tol Cipularang
#Bus Cahaya Bakti Utama (CBU), Jurusan Sumedang–Jakarta (Kampung Rambutan) Via Tol Cipularang
# Bus Damri Jurusan Bandung Cicaheum–Indramayu Via Sumedang–BIJB Kertajati–Jatitujuh–Tukdana–Widasari–Jatibarang
# Bus Damri Jurusan Bandung Cicaheum–Kuningan Via Sumedang– Tol Trans Jawa–Ciperna–Cilimus
# Bus Budiman Jurusan Tasikmalaya–Cikampek via Rajapolah–Gentong–Cipeundeuy Malangbong–Lingkar Cikareo (Wado)–Darmaraja–Sumedang–Tanjung Siang–Jalan Cagak–Subang–Kalijati–Tol Trans Jawa–Simpang Cikopo
# Bus Trans Metro Pasundan Jurusan Jatinangor-Dipatiukur (Kota Bandung) Tol Padaleunyi
== Lihat juga ==
Baris 307 ⟶ 319:
[[Kategori:Kabupaten di Jawa Barat|Sumedang]]
[[Kategori:Kabupaten di Indonesia|Sumedang]]
|