|dati2=Kabupaten
|nama dati2=Situbondo
|luas=54,38 km²²
|penduduk=56.322 jiwa (2016)
|kelurahan= 8
|nama camat=Drs. Ari Supriyanto, MM
|kepadatan=1.036 jiwa/km²²
|provinsi=Jawa Timur
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Enkele schepen op de rede van Panaroekan aan Straat Madoera Oost-Java TMnr 60009809.jpg|jmpl|270px|ka|Kapal di pelabuhan Panarukan (1927-1929)]]
[[Berkas:Java Great Post Road.svg|jmpl|270px|ka|Panarukan ("Panaroecan") di ujung timur ''Grote Postweg'']]
'''Panarukan''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Situbondo]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]. Kecamatan ini berjarak sekitar 8 Km dari ibu kota [[Kabupaten Situbondo]] ke arah barat. Pusat pemerintahannya berada di [[Wringin Anom, Panarukan, Situbondo|Desa Wringin Anom]]. Nama Panarukan yang dahulu dieja ''Panaroecan /Panarokkan'' dikenal terutama sebagai ujung timur [[Jalan Raya Pos]] atau ''Grote Postweg'' yang dibangun Gubernur Jenderal [[Daendels]], Gubernur Jenderal [[Hindia Belanda]] kala itu.
Jejak Pelabuhan Panarukan
Dalam berita klasik (era Majapahit) sebelum dinamakan Panarukan daerah ini termasuk kekuasaan Kadipaten Blambangan wilayahnya di sebut Purbosari, sampai akhirnya ditaklukkan oleh Majapahit (cerita rakyat Kencono Wungu dan Damar Wulan) , Panarukan telah menjadi sebuah bandar
kuno tempat bersandarnya kapal-kapal yang memiliki peran penting di bidang sosial,
ekonomi bahkan politik. Panarukan menjadi strategis karena tidak semata-mata menjadi
penghubung antara Jawa bagian timur dengan Pulau Madura, Surabaya dan seterusnya,
tapi sekaligus menjadi jalur perdagangan yang ramai karena letaknya di “bibir” pantai
utara Jawa. Tidak mau kalah dengan elit kerajaan yang sering singgah, Raja Majapahit
(Hayam Wuruk) juga pernah mengunjungi bandar ini tahun 1359 M.
Di masa silam, sepanjang daerah Situbondo merupakan daerah penting di pantai
utara bagian timur pulau Jawa. Sebab di kawasan Situbondo terdapat pelabuhan-
pelabuhan penting yang menghubungkan antara daerah Jawa dan Madura, serta ke
wilayah timur, seperti Maluku. Adapun pelabuhan-pelabuhan tersebut adalah Panarukan,
Kalbut dan Jangkar. Malah kota Panarukan pada abad ke-14 merupakan salah satu
pangkalan penting bagi kerajaan Majapahit.
Berdasar atas berita klasik di atas, tidak salah bila Panarukan telah menjadi satu
kota pelabuhan penting pada era tersebut. Sejak abad ke-16 Panarukan telah berfungsi
sebagai salah satu kota pelabuhan penting di Jawa Timur. Secara jelas kawasan
Pelabuhan Panarukan ini terletak di Pedukuhan Pesisir desa Kilensari. Adapun jarak dari
kawasan pelabuhan ke pusat kota Situbondo tidak lebih dari 10 km ke arah barat.
Dengan demikian, kawasan ini berada disela-sela antara jalan raya dengan pantai. Jalan
raya merupakan satu struktur sendiri yang menghubungkan dengan jalur daratan,
sementara pantai juga merupakan struktur tersendiri yang telah sedikit diurai di atas.
Sehingga tidak ada alasan lagi kalau Panarukan dengan mudah menjadi kota pelabuhan.Tak lupa sebagai kota Pelabuhan layaknya liverpool dan Manchester di Inggris. Kota panarukan juga terdapat stasiun kereta sebagai transportasi penyalur hasil perkebunan dari kota kota tetangganya seperti Jember, Bondowoso dan Banyuwangi untuk di ekspor ke Eropa dikala itu. seperti Belanda dan Jerman
.Stasiun ini dibangun sekitar tahun 1897. Tujuan membikin stasiun ini adalah untuk mengangkut benda/barang dari Pelabuhan Panarukan. Karena itu, dibangunlah jalur lori dari Pelabuhan Panarukan yang berjarak 1 km timur dari stasiun ini. Jalur lori ini hanya dipergunakan untuk mengangkut benda/barang. Operator stasiun ini adalah perusahaan kereta api pemerintah Hindia Belanda Staats Spoorwegen (SS).
Dilihat dari sini saja dinamika di wilayah “bibir” pantai Pelabuhan Panarukan
intensitasnya begitu tinggi. Bahkan tanpa ragu-ragu pemerintah kolonial memungut
pajak sewa atas usaha penangkapan ikan ini. Menurut catatan Masyhuri pendapatan
pemerintah kolonial sejak tahun 1850 terus mengalami peningkatan dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Usaha penangkapan ikan yang terus meningkat
tersebut menjadi push factor bagi pengembangan usaha lebih luas, artinya guna
memenuhi kebutuhan pasar yang lebih luas.
Dinamika sosial dalam struktur sosial tersebut kemudian semakin mengukuhkan
keberadaan Pelabuhan Panarukan menjadi wilayah yang spesifik. Struktur Pelabuhan
Panarukan secara perlahan terus bergerak merespon bergeraknya struktur yang lain.
Aliran modal partikelir dari Belanda yang begitu besar mendorong hadirnya perkebunan
di wilayah belakang Panarukan.Dengan dibukanya lahan-lahan perkebunan yang hasil
produksinya kualitas eksport di wilayah belakang Panarukan, menurut Tjiptoatmodjo
kemudian memaksa dihadirkannya buruh-buruh dari wilayah Madura (Orang madura) melalui jalur
Pelabuhan Panarukan ini.
Dengan demikian, semakin berkembangnya perkebunan di beberapa daerah
belakang Panarukan, seperti Jember dan Bondowoso pada awal abad ke-19 menambah
intensitas gerak sejarah Pelabuhan Panarukan. Daerah-daerah belakang sebagai sentra
area penanaman cash crop production, khususnya tanaman tembakau, kopi, tebu dan
produk-produk perkebunan yang lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan pasar Eropa. Berangkat dari Pelabuhan Panarukan tersebutlah yang nantinya menjadi tempat untuk
menimbun, menyimpan, dan mengangkut hasil perkebunan ke luar negeri. Surplus akibat melimpahnya hasil dari usaha perkebunan dan berkembangnya
kota perkebunan di beberapa kota di wilayah belakang segera di respon oleh
perkembangan Pelabuhan Panarukan. Perlahan namun pasti Panarukan kemudian
berubah bentuk menjadi Kota Kabupaten. Seperti tuntutan dari gerak sejarah yang terus
berkembang, Panarukan kemudian menjadi Pusat Pemerintahan dengan Raden
Tumenggung Aryo Soeryo Amijoyo (1858-1872) sebagai Bupati Panarukan Pertama.
Perkembangan struktur Kota Pelabuhan semakin tidak terbendung dengan dibangunnya
infrastruktur pembangunan, baik itu jalan raya maupun rel kereta api. Adalah jalan raya
Anyer-Panarukan yang memudahkan proses transformasi di utara Pulau Jawa. Kemudian jalan raya tersebut juga dihubungkan dengan jalan-jalan antar kota di wilayah
belakang Panarukan. Sementara itu, proses transportasi yang lebih massif juga dipersiapkan oleh
pemerintahan kolonial Hindia Belanda saat itu. Jaringan rel kereta api yang awalnya hanya
menghubungkan antara Surabaya dengan Probolinggo diperpanjang hingga ke kota
perkebunan, Jember (1897). Pada dasarnya pembangunan jalur transportasi melalui rel
kereta api ini tidak saja digunakan untuk angkutan manusia, tapi juga barang-barang.
Berbagai hasil sumber-sumber daya alam dari
Jember kemudian diangkut melintasi Bondowoso, menuju Pelabuhan Panarukan guna
selanjutnya dikirim ke Amsterdam dan Rotterdam ataupun ke pasar internasional di
Eropa lainnya.17 Sejak tahun 1920 pengiriman gula ke pasar internasional juga melalui
rel tersebut. Akan tetapi sebelum dikirim ke berbagai pasar internasional, sebelumnya
berbagai barang komoditi perkebunan tersebut disimpan terlebih dulu di gudang di
Pelabuhan Panarukan.18 Pada dasarnya rel itu juga merupakan inisiatif dari George
Bernie, pemilik NV LMOD. Pembangunan rel yang menghubungkan Pelabuhan
Panarukan dengan jalur kereta api Jember-Bondowoso-Panarukan (150 km) dibuka pada
tanggal 1 Oktober 1897.
Sebelum tahun 1980, stasiun ini sangat ramai dengan penumpang dan benda/barang yang berhasrat ke pelabuhan.
Pada tahun 1980, aktivitas Pelabuhan Panarukan perlahan-lahan mulai sepi. Ekspor melewati laut kemudian dialihkan ke Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi dan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Pelabuhan Panarukan menjadi kurang diminati karena lautnya menjadi dangkal sekitar 1,5 meter kemudian suatu peristiwa sedimentasi dari Sungai Sampeyan. Akibatnya, kapal-kapal bertonase besar tak dapat sandar. Karena jarang dipakai, jalur lori ke pelabuhan dinon-aktifkan pada awal tahun 1990. Sesudah jalur lori ini ditutup, stasiun ini tak melayani kereta benda/barang lagi.
== Batas wilayah ==
== Pariwisata ==
* Dermaga PelabuhaPelabuhan Panarukan, Desa Kilensari
* Mini Savana Kilensari, Desa Kilensari
* PantaiMenara BerigheenMercusuar Panarukan, Desa PeleyenKilensari
* Kampung Kerapu Wisata Kuliner, Desa Kendit
* Kampung Blekok wisata alam, Desa kilensari
* Kampung pesisir Wisata kuliner seafood, Desa Kilensari
* Tugu Kereta api Kolonial Pabrik Gula WringinAnom, Desa Wringin anom
* Tugu 1000 km Anyer-Panarukan, Desa Kilensari
* Tugu Portugis dan Benteng Portugis, Desa pleyan
* Pantai Berigheen, Desa Pleyan
* Pantai Pathek, Desa Gelung
== Pranala luar ==
* [http://wisatasitubondo.com/wisata-pantai-berigheen/ Wisata Pantai Berigheen] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20181017082234/http://wisatasitubondo.com/wisata-pantai-berigheen/ |date=2018-10-17 }}
* [http://www.eastjava.com/tourism/situbondo/ina/pathek.html Wisata Pantai Pathek]
* https://jurnal.unej.ac. id (Panarukan:Pelabuhan 'Internasional' yang terlupakan oleh Tri Chandra Aprianto)
*http://p2k.unkris.ac.id/id3/3065-2962/Stasiun-Panarukan_63883_stie-thamrin_p2k-unkris.html
*[http://situbondokab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=YjU0MWJjNmY2OWMxYWVhODVmY2ZmZmI0&xzmn=aHR0cHM6Ly9zaXR1Ym9uZG9rYWIuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMTcvMDgvMTIvYjU0MWJjNmY2OWMxYWVhODVmY2ZmZmI0L2thYnVwYXRlbi1zaXR1Ym9uZG8tZGFsYW0tYW5na2EtMjAxNy5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAxOC0xMC0xNiAxNDoyNTozNw%3D%3D Kabupaten Situbondo Dalam Angka 2017 (BPS)]
{{Authority control}}
{{kecamatan-stub}}
|