Sunan Bonang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Champa99 (bicara | kontrib)
Menghapus perlakuan kurang ajar terhadap sunan.. Saya cek IP anda untuk saya laporkan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Added {{More citations needed}} tag()
 
(112 revisi perantara oleh 44 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{More citations needed|date=Desember 2024}}
{{Refimprove-bio-tokohmuslim}}
{{Infobox Ulama Muslim|honorific_prefix=As-Syekh Sayyid Maulana Makhdum Ibrahim|image=Sunan Bonang-BW.png|caption=Ilustrasi Sunan Bonang|title=Sunan Bonang|kunya=|name=|nasab=bin Ali Rahmatullah|nisbah=As - Samarqandy|parents=[[Sunan Ampel]] (ayah) <br> Dewi Candrawati (ibu)|relatives=|spouse={{unbulleted list
'''Sunan Bonang''' dilahirkan pada tahun [[1465]], dengan nama '''Raden Maulana Makdum Ibrahim'''. Dia adalah putra [[Sunan Ampel]] dan Nyai Ageng Manila. [[Bonang]] adalah sebuah desa di [[kabupaten]] [[Rembang]].
| - [[Dewi Hirah]] binti [[Sunan Bangkalan]]
}}|children=- Sayyid Maulana Makhdum Husein ([[Makhdum Sampang]])
 
- Sayyidah Dewi Ruhil
{{Infobox person
( Istri [[Sunan Kudus]] )
| pre-nominals =
| honorific-prefix = Kangjeng Susuhunan
| name = Bonang
| image =
| image size =
| alt =
| caption =
| native_name = السيد محدوم ابراهيم
| native_name_lang = Ar
| pronunciation =
| birth_name = Raden Mahdum Ibrahim
| birth_date = 1465 M
| birth_place = [[Berkas:Flag of the Majapahit Empire.svg|22x20px]] [[Surabaya]]
| death_date = 1525 M
| death_place = [[Berkas:Id-siak1.GIF|22x20px]] [[Lasem]], [[Kabupaten Rembang]]
| nationality =
| other_names =
| years_active =
| era = Awal [[Kesultanan Demak]]
| employer =
| organization = [[Walisongo]]
| title = Kanjeng Susuhunan Bonang
| boards =
| religion = [[Islam]]
| father = [[Sunan Ampel]]
| mother = Dewi Cadrawati
| family = [[Azmatkhan]]
| callsign =
}}
 
- Sayyid Muhammad Kahfi ([[Sunan Ashabul Kahfi II]])
Sunan Bonang wafat pada tahun [[1525]] M, <!-- di [[Pulau]] [[Bawean]]-->dan saat ini makam aslinya berada di kota [[Kabupaten Tuban|Tuban]].
Lokasi makam Sunan Bonang ada dua karena konon, saat dia meninggal, kabar wafatnya dia sampai pada seorang muridnya yang berasal dari Madura. Sang murid sangat mengagumi dia sampai ingin membawa jenazah dia ke Madura. Namun, murid tersebut tak dapat membawanya dan hanya dapat membawa kain kafan dan pakaian-pakaian dia. Saat melewati Tuban, ada seorang murid Sunan Bonang yang berasal dari Tuban yang mendengar ada murid dari Madura yang membawa jenazah Sunan Bonang. Mereka memperebutkannya.
 
- Sayyid Abdul Salam ([[Sunan Tampeng Tuban]])
Di kota Tuban setiap tahunnya diadakan peringatan Haul Sunan
Bonang yang dilaksanakan setiap malam Jum'at Wage di bulan Muharram (Sura).
 
- Sayyid Muhammad ([[Sunan Bonang Bawean]])|birth_name=Maulana Makhdum Ibrahim|birth_date={{birth year|1465}}|birth_place=[[Kadipaten Lasem|Lasem]], [[Kerajaan Majapahit]]|death_date=1525|death_place=[[Tuban]], [[Kesultanan Demak]]|death_cause=|resting_place=[[Kutorejo, Tuban, Tuban]]|other_names=|nationality=- [[Kerajaan Majapahit]]<br>
== Silsilah ==
- [[Kesultanan Demak]]|era=|region=|occupation=- Anggota Dewan [[Walisongo]] <br>
Terdapat [[silsilah]] yang menghubungkan Sunan Bonang dan Nabi [[Muhammad]]:{{fact}}
- Imam [[Masjid Demak]] Ke-1 ( 1490 - 1506/12 (?) )|denomination=[[Sunni]]|jurisprudence=|creed=|movemet=|main_interests=|notable_ideas=|notable_works=|alma_mater=|disciple_of=[[Sunan Ampel]], [[Maulana Ishaq]], [[Syekh Ismail Malaka]]
[[Maulana Makhdum Ibrahim#Guru-gurunya|Guru-gurunya]]|awards=|influences=|influenced=[[Sunan Kalijaga]], [[Syekh Siti Jenar]], [[Syekh Jalaluddin]], [[Syaikh Syahruddin Kragan]], [[Siti Chalimah Rembang]],
[[Ali Rahmatullah#Murid-muridnya|Dan Murid-murid Lainnya]]|module=|signature=}}
 
'''Sunan Bonang''' dilahirkan pada tahun [[1465]] M di [[Kadipaten Lasem|Lasem]], [[Majapahit]] dengan nama '''Raden Maulana Makhdum Ibrahim'''. Beliau adalah putra [[Sunan Ampel]] dengan Dewi Candrawati.
<poem>
Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) bin
Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) bin
[[Ibrahim As-samarqandy]] bin
[[Husain Jamaluddin Akbar]] bin
Ahmad Jalaludin Khan bin
Abdullah Khan bin
Abdul Malik Al-Muhajir (dari Nasrabad,[[India]]) bin
Alawi Ammil Faqih (dari [[Hadramaut]]) bin
[[Muhammad Sohib Mirbath]] (dari Hadramaut) bin
Ali Kholi' Qosam bin
Alawi Ats-Tsani bin
Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
Alawi Awwal bin
Ubaidullah bin
Muhammad Syahril
Ali Zainal 'Abidin bin
[[Husain bin Ali|Hussain]] bin
[[Ali bin Abi Thalib]] (dari [[Fatimah az-Zahra]] binti [[Muhammad SAW]])
</poem>
 
Beliau juga dikenal sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang.
== Pendidikan dan Pengembangan Keilmuan ==
Dalam hal pendidikan, Sunan Bonang belajar pengetahuan dan ilmu agama dari ayahandanya sendiri, yaitu Sunan Ampel. Ia belajar bersama santri-santri Sunan Ampel yang lain seperti Sunan Giri, Raden Patah dan Raden Kusen. Selain dari Sunan Ampel, Sunan Bonang juga menuntut ilmu kepada Syaikh Maulana Ishak, yaitu sewaktu bersama-sama Raden Paku Sunan Giri ke Malaka dalam perjalanan haji ke tanah suci. Sunan Bonang dikenal sebagai seorang penyebar Islam yang menguasai ilmu fikih, ushuluddin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, dan ilmu silat dengan kesaktian dan kedigdayaan menakjubkan. Bahkan, masyarakat mengenal Sunan Bonang sebagai seseorang yang sangat pandai mencari sumber air di tempat-tempat yang sulit air.
 
== Pendidikan ==
''Babad Daha-Kediri'' menggambarkan bagaimana Sunan Bonang dengan pengetahuannya yang luar biasa bisa mengubah aliran Sungai Brantas, sehingga menjadikan daerah yang enggan menerima dakwah Islam di sepanjang aliran sungai menjadi kekurangan air, bahkan sebagian yang lain mengalami banjir. Sepanjang perdebatan dengan tokoh Buto Locaya yang selalu mengecam tindakan dakwah Sunan Bonang, terlihat sekali bahwa tokoh Buto Locaya itu tidak kuasa menghadapi kesaktian yang dimiliki Sunan Bonang. Demikian juga dengan tokoh Nyai Pluncing, yang kiranya seorang bhairawi penerus ajaran ilmu hitam Calon Arang, yang dapat dikalahkan oleh Sunan Bonang.<ref>Agus Sunyoto, ''Atlas Walisongo,'' Depok: Pustaka Iman, 2016, 229.</ref>
Dalam hal pendidikan, Sunan Bonang belajar pengetahuan dan ilmu agama dari ayahandanya sendiri, yaitu [[Sunan Ampel]]. Ia belajar bersama [[santri]]-santri Sunan Ampel yang lain seperti Sunan Giri, Raden Patah dan Raden Kusen.
 
Selain dari Sunan Ampel, Sunan Bonang juga menuntut ilmu kepada Syaikh Maulana Ishak, yaitu sewaktu bersama-sama Raden Paku Sunan Giri ke Malaka dalam perjalanan haji ke tanah suci.
 
Sunan Bonang dikenal sebagai seorang penyebar Islam yang menguasai ilmu fikih, ushuluddin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, dan ilmu silat dengan kesaktian dan kedigdayaan menakjubkan.
 
Bahkan, masyarakat mengenal Sunan Bonang sebagai seseorang yang sangat pandai mencari sumber air di tempat-tempat yang sulit air.
 
''Babad Daha-Kediri'' menggambarkan bagaimana Sunan Bonang dengan pengetahuannya yang luar biasa bisa mengubah aliran Sungai Brantas, sehingga menjadikan daerah yang enggan menerima dakwah Islam di sepanjang aliran sungai menjadi kekurangan air, bahkan sebagian yang lain mengalami banjir.
 
Sepanjang perdebatan dengan tokoh Buto Locaya yang selalu mengecam tindakan dakwah Sunan Bonang, terlihat sekali bahwa tokoh Buto Locaya itu tidak kuasa menghadapi kesaktian yang dimiliki Sunan Bonang.
 
Demikian juga dengan tokoh Nyai Pluncing, yang kiranya seorang bhairawi penerus ajaran [[ilmu hitam]] Calon Arang, yang dapat dikalahkan oleh Sunan Bonang.<ref>Agus Sunyoto, ''Atlas Walisongo,'' Depok: Pustaka Iman, 2016, 229.</ref>
 
== Karya Sastra ==
Sunan Bonang banyak menggubahmengubah sastra berbentuk [[suluk]] atau tembang tamsil. Antara lain Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr. Sunan Bonang juga menggubahmengubah tembang ''[[Tamba Ati]]'' (dari [[bahasa Jawa]], berarti ''penyembuh jiwa'') yang kini masih sering dinyanyikan orang.
 
Ada pula sebuah karya sastra dalam [[bahasa Jawa]] yang dahulu diperkirakan merupakan karya Sunan Bonang dan oleh ilmuwan [[Belanda]] seperti Schrieke disebut ''[[Het Boek van Bonang]]'' atau buku (Sunan) Bonang. Tetapi oleh [[G.W.J. Drewes]], seorang pakar Belanda lainnya, dianggap bukan karya Sunan Bonang, melainkan dianggapkan sebagai karyanya.
 
Dia juga menulis sebuah kitab yang berisikan tentang Ilmu Tasawwuf berjudul Tanbihul Ghofilin. Kitab setebal 234 halaman ini sudah sangat populer dikalangan para santri.
Baris 80 ⟶ 48:
 
== Keilmuan ==
Sunan Bonang juga terkenal dalam hal ilmu kebathinannya. Ia mengembangkan ilmu (dzikir) yang berasal dari Rasullah SAW, kemudian dia kombinasi dengan kesimbangan pernapasan{{cn}} yang disebut dengan rahasia Alif Lam Mim ( ا ل م ) yang artinya hanya Allah SWT yang tahu.

Sunan Bonang juga menciptakan gerakan-gerakan fisik atau jurus yang Dia ambil dari seni bentuk huruf Hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf dimulai dari huruf Alif dan diakhiri huruf Ya'. Ia menciptakan Gerakan fisik dari nama dan simbol huruf hijayyah adalah dengan tujuan yang sangat mendalam dan penuh dengan makna, secara awam penulis artikan yaitu mengajak murid-muridnya untuk menghafal huruf-huruf hijaiyyah dan nantinya setelah mencapai tingkatnya diharuskan bisa baca dan memahami isi Al-Qur'an.

Penekanan keilmuan yang diciptakan Sunan Bonang adalah mengajak murid-muridnya untuk melakukan Sujud atau Salat dan dzikir. Hingga sekarang ilmu yang diciptakan oleh Sunan Bonang masih dilestarikan di Indonesia oleh generasinya dan diorganisasikan dengan nama Padepokan Ilmu Sujud Tenaga Dalam [[Silat Tauhid Indonesia]].
 
== Dalam Budaya Populer ==
* Dalam film ''[[Sunan Kalijaga (film)|Sunan Kalijaga]]'' (1983), Sunan Bonang diperankan oleh [[Zainal Abidin (pemeran)|Zainal Abidin]].
* Dalam film ''Sunan Kalijaga dan Syaikh Siti Jenar''(1985), Sunan Bonang diperankan oleh [[Zainal Abidin (pemeran)|Zainal Abidin]].
 
== Kutipan ==
{{reflist}}
 
== Referensi ==
* [[Sajarah Dalem Pangiwa lan Panengen]], Karya Ki Padmasusastra. Penerbit : Yayasan Sastra Lestari. Semarang-Surabaya: G.C.T van Dorep & Co [[1902]].
* [[B.J.O. Schrieke]], [[1916]], ''Het Boek van Bonang'', [[Utrecht]]: Den Boer
* G.W.J. Drewes, [[1969]], ''The admonitions of Seh Bari: a 16th century Javanese Muslim text attributed to the Saint of Bonang'', [[Den Haag|The Hague]]: Martinus Nijhoff
 
{{Walisongo}}
{{lifetime|1465|1525|}}
 
[[Kategori:TokohWali penyebar Islam di IndonesiaSanga]]
[[Kategori:Walisongo|BonangUlama Nusantara]]
[[Kategori:Ulama Surabaya|BonangSayyid]]
[[Kategori:Sunan|Bonang]]