Lonceng: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: namun (di tengah kalimat) → tetapi |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:ZygmuntDzwon.JPG|right|thumb|150px|Lonceng Zygmunt di [[Krakow]], [[Polandia]].]]
'''Lonceng''', '''Genta''' atau '''Bel''' adalah suatu peralatan sederhana yang digunakan untuk menciptakan [[bunyi]]. Bentuknya biasanya adalah sebuah [[tabung|Anabelle Kai, tabung]] dengan salah satu sisi yang terbuka dan bergema saat dipukul. Alat untuk memukul dapat berupa pemukul panjang yang digantung di dalam lonceng tersebut atau pemukul yang terpisah. Menurut [[KBBI]], lonceng memiliki dua pengertian, pertama lonceng adalah semacam bel yang dibunyikan untuk menentukan waktu atau memberitahukan sesuatu kejadian, sedangkan pengertian yang kedua, lonceng adalah jam besar atau [[arloji]]. Lonceng-lonceng besar pada umumnya terbuat dari [[logam]] namun lonceng-lonceng kecil dapat pula terbuat dari [[keramik]] atau [[porselen]].
== Mekanisme ==
Baris 18:
=== Lonceng Cakradonya ===
[[Berkas:Cakra Donya.JPG|thumb|
Lonceng ini sangat terkenal di daerah [[Aceh]]. [[Sejarah]] mencatat bahwa lonceng [[Cakra Donya|cakradonya]] merupakan pemberian dari Laksamana Cheng Ho, seorang pemimpin armada laut Tiongkok yang diutus oleh Kaisar Cina kepada [[Kesultanan Samudera Pasai]] pada tahun 1405. Pemberian lonceng ini dalam rangka mengikat hubungan persahabatan dan kerjasama antara dua kerajaan di negara yang berbeda. Lonceng ini berukuran 11/2 m dan lebar 1 m. Pada sekitar tahun 1524 M Kesultanan Pasai ditaklukkan oleh [[Kesultanan Aceh Darussalam]] dan lonceng tersebut akhirnya diangkut ke [[Banda Aceh]].<ref>http://melayuonline.com/ind/encyclopedia/detail/266/cakra-donya</ref>
Nama Cakradonya adalah nama armada perang Sultan Iskandar Muda, yang mana cakra berarti kabar sedangkan donya artinya dunia. Lonceng cakradonya berfungsi sebagai [[media]] untuk menyampaikan kabar kepada [[dunia]], termasuk [[isyarat]] [[perang]] pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Pada bagian atas lonceng ini terdapat tulisan [[aksara]] [[Tionghoa]] dan [[Bahasa Arab|Arab]]. Aksara Tionghoa yang tertulis adalah "Sing Fang Niat Toeng Juut Kat Yat Tjo", tetapi tulisan aksara tersebut sudah tidak terbaca lagi karena sudah dimakan usia. Mulanya Lonceng [[raksasa]] yang merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang bermutu tinggi ini diletakkan di dekat [[Masjid Raya Baiturrahman]] yang berlokasi di kompleks Istana Sultan. Namun kini Lonceng Cakradonya telah dipindahkan ke Museum Aceh dan ditempatkan dalam sebuah [[kubah]] di halaman museum tersebut sejak tahun [[1915]]. Hingga kini Lonceng raksasa ini menjadi simbol atau ''icon'' khusus Kota Aceh.
Baris 36:
=== Lonceng kereta api ===
[[Kereta api]] uap zaman dulu menggunakan lonceng yang dipasang pada lokomotif atau dipasang di belakang cerobong asap. Lonceng ini dioperasikan secara [[manual]], yaitu dengan menarik pemukulnya dengan tangan. Fungsinya adalah untuk komunikasi awak kereta dengan stasiun yang menggunakan [[Sandi (disambiguasi)|sandi]] [[kode Morse|morse]] jika terjadi sesuatu, seperti jika mogok atau terjadi perampokan. Titik dilambangkan dengan satu kali [[bunyi]] lonceng, dan garis dilambangkan dengan dua kali bunyi lonceng secara berurutan karena pada zaman dulu belum ada [[telepon]] [[kereta api]]. Sedangkan zaman sekarang, untuk kereta yang masih menggunakan lonceng, loncengnya sudah digerakan secara [[hidrolika|hidraulik]] dan tidak menggunakan sandi morse.
== Lihat pula ==
|