Patung Arjuna Wijaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: namun (di tengah kalimat) → tetapi |
→Pembangunan: latar belakang |
||
(27 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox building
| building_name
| image =
| caption =
| map_type =
| altitude =
| building_type = Patung [[tembaga]] dengan [[air mancur]]
| architectural_style =
| structural_system =
| cost = Rp 300 juta (1987)
| ren_cost =
| location = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| address = Persimpangan [[Jalan MH Thamrin (Jakarta)|Jalan MH Thamrin]] dan [[Jalan Medan Merdeka (Jakarta)|Jalan Medan Merdeka]]
| client =
| owner = Pemerintah Provinsi [[DKI Jakarta]]
| current_tenants =
| landlord =
| coordinates =
| start_date = [[1987]]
| completion_date = [[1987]]
| inauguration_date = [[1987]]
| renovation_date = Oktober 2014
| demolition_date =
| destruction_date =
| height =
| diameter =
| other_dimensions =
| floor_count =
| floor_area =
| main_contractor =
| architect = [[Nyoman Nuarta]]
| architecture_firm =
| structural_engineer =
| services_engineer =
| civil_engineer =
| other_designers =
| quantity_surveyor =
| awards =
| ren_architect =
| ren_firm =
| ren_str_engineer =
| ren_serv_engineer =
| ren_civ_engineer =
| ren_oth_designers =
| ren_qty_surveyor =
| ren_awards =
| references =
}}
'''Patung Arjuna Wijaya''', yang secara resmi bernama monumen '''Untukmu Indonesia''', adalah [[monumen]] berbentuk patung [[kereta kuda]] dengan [[air mancur]] yang terbuat dari [[tembaga]] yang terletak di persimpangan [[Jalan MH Thamrin (Jakarta)|Jalan MH Thamrin]] dan [[Jalan Medan Merdeka (Jakarta)|Jalan Medan Merdeka]]. Perancang
== Latar belakang ==
Menurut Nyoman Nuarta, pembangunan patung Arjuna Wijaya dilatarbelakangi kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke [[Turki]] pada tahun 1987,
"'''Arjuna Wijaya'''" sendiri berarti "kemenangan Arjuna", yang menceritakan kemenangannya dalam membela kebenaran dan keberaniannya, simbol apresiasi terhadap sifat-sifat kesatrianya. Patung Arjuna Wijaya merupakan patung yang merupakan simbol bahwa hukum harus ditegakan tanpa pandang bulu. Hal ini dilatarbelakangi salah satu episode dalam cerita [[Bharatayuddha]] di mana Arjuna bertempur melawan Adipati Karna yang merupakan saudaranya sendiri. Menurut Nyoman Nuarta, dalam epos Mahabharata, Arjuna pada awalnya ragu karena yang dilawannya adalah saudaranya sendiri, tetapi dia harus menentukan sikap demi kebaikan orang yang lebih banyak, dia harus mengalahkan Adipati Karna yang berdiri di pihak Kurawa.<ref name="kompas2">{{cite web|url=http://megapolitan.kompas.com/read/2015/01/11/20041471/Air.Patung.Arjuna.Wijaya.Kembali.Mancur |title=Air Patung Arjuna Wijaya Kembali Mancur |publisher=kompas.com |date= 11 Januari 2015|accessdate=2014-14-01}}</ref>
Patung ini secara tidak tepat juga dikenal oleh masyarakat sebagai '''Patung Arjuna Wiwaha'''. Dalam tradisi Jawa Kuno, Arjuna Wijaya merujuk pada tokoh [[Arjuna Sasrabahu]] yang mengalahkan [[Rahwana]]. Kisah ini ada dalam Epos [[Ramayana]] dan [[Kakawin Arjunawijaya]] karya [[Mpu Tantular]]. Sementara itu Arjuna Wiwaha merujuk pada Raden [[Arjuna]], salah satu tokoh [[Pandawa]], dalam Kakawin [[Kakawin Arjunawiwāha]] karya [[Mpu Kanwa]] yang dianggap sebagai kisah pesanan Raja Airlangga. Secara etimologi, "Wijaya" berarti kemenangan sementara "Wiwaha" berarti perkawinan. Jadi Arjuna Wiwaha berarti perkawinan Arjuna. Dalam Kakawin Arjuna Wiwaha, Arjuna mengawini tujuh bidadari, salah satunya Supraba sebagai hadiah dari para dewa setelah membantu mengalahkan Raksasa yang telah mengganggu ketenteraman para dewa di kahyangan.
Delapan kuda yang menarik kereta perang tersebut melambangkan delapan filsafat kepemimpinan sesuai [[alam semesta]], yang disebut "'''[[Asta Brata]]'''" yaitu : Kisma ([[bumi]]), Surya ([[matahari]]), Agni ([[api]]), Kartika ([[bintang]]), Baruna ([[samudera]]), Samirana ([[angin]]), Tirta ([[hujan]]), dan Candra ([[bulan]]). Tampilan kuda-kuda Asta Brata ini telah menjadi ciri tersendiri bagi Patung Arjuna Wijaya, dimana sebagian patung kuda memperlihatkan bentuk bagian tubuh yang utuh, tetapi sebagian lagi berbagian tubuh transparan. Bentuk ini telah menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin menghitung jumlah kuda Asta Brata. Menurut Nyoman Nuarta, jumlah patung kuda Asta Brata yang sesungguhnya adalah delapan, di mana yang transparan merupakan bayangan kuda-kuda Asta Brata tersebut.<ref name="kompas3">{{cite web|url=http://megapolitan.kompas.com/read/2015/01/12/06260011/Nyoman.Nuarta.Menjawab.Misteri.Jumlah.Kuda.di.Patung.Arjuna.Wijaya |title=Nyoman Nuarta Menjawab Misteri Jumlah Kuda di Patung Arjuna Wijaya |publisher=kompas.com |date= 12 Januari 2015|accessdate=2014-14-01}}</ref>▼
▲Patung ini juga disebut oleh masyarakat sebagai '''Patung Kuda'''. Delapan kuda yang menarik kereta perang tersebut melambangkan delapan filsafat kepemimpinan sesuai [[alam semesta]], yang disebut "'''[[Asta Brata]]'''" yaitu : Kisma ([[bumi]]), Surya ([[matahari]]), Agni ([[api]]), Kartika ([[bintang]]), Baruna ([[
== Pembangunan ==
Menurut Nyoman Nuarta, ide Patung Arjuna Wijaya berasal dari kunjungan Soeharto ke Turki, yang di sana Presiden Soeharto ketika berkeliling dengan Presiden Turki ditunjukkan patung-patung dan cerita dari masing-masing patung. Kemudian Nyoman diminta oleh Soeharto untuk membuat patung di Jakarta yang bisa dibuat menjadi cerita untuk tamu-tamu negara yang berkunjung ke Indonesia.<ref>[https://youtu.be/1Oc0Ay67nrI?si=1f7NqF8YbehM_9pc Lebih Dekat dengan Nyoman Nuarta: Desain Terbaru Istana Garuda IKN, GWK dan Pertemuan Pertama Jokowi ] - Kompas TV</ref>
Menurut Nyoman Nuarta, patung Arjuna Wijaya membutuhkan biaya sekitar 290 hingga 300 juta rupiah dalam penyesuaian harga tahun 1987. Patung ini direnovasi pada awal Oktober 2014 dan diresmikan kembali oleh Gubernur DKI Jakarta [[Basuki Tjahaja Purnama]] pada 11 Januari 2015, didampingi Nyoman Nuarta dan jajaran direksi BanK [[OCBC]] selaku pihak yang melakukan renovasi. Patung mengalami penambahan bayangan gerak kuda, perbaikan instalasi air mancur, dan tempat untuk berpose di bagian depan patung.<ref name="kompas2"/>▼
▲
== Galeri ==
<gallery>
Berkas:Statue in Jakarta.JPG|<small>Tampak belakang saat mendung, 2005. </small>
</gallery>
Baris 71 ⟶ 73:
== Rujukan ==
* Heuken, A, (2008) ''Medan Merdeka - Jantung Ibukota RI'', Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta, No ISBN
* Zoetmulder, P.J, (1985) Kalangwan, Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang, Djambatan, Jakarta
== Referensi ==
Baris 76 ⟶ 79:
== Pranala luar ==
{{commonscat|
* {{id}} [https://www.youtube.com/watch?v=8ZU1wV7gHkw Basuki TP (Ahok) Resmikan Patung Arjuna Wijaya di situs youtube.com]
|