Abuya Muda Waly: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala sama dengan teksnya) |
||
(59 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim
|honorific_prefix =raḥimahu -llāhu
|name = Teungku Syaikh Haji Muhammad
|image =Abuya_Muda_Waly.jpg
|caption =
|title = Abuya
|birth_name = Muhammad
|birth_date = 1917
|birth_place = [[Blang Poroh, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan]]
|death_date =
|death_place = [[Labuhan Haji, Aceh Selatan]]
|death_cause =
|resting_place = [[Dayah Darussalam Labuhan Haji]]
|other_names = Angku Aceh
|nationality = [[Indonesia]]
|ethnicity = Aceh-Minangkabau
|era =
|region = [[Sumatra]]
|occupation =
|denomination = [[Sunni]]
|jurisprudence = [[Syafi'i]]
|creed = [[Asy'ari]]
|movement = [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
|main_interests =
|notable_ideas =
Baris 33:
|website =
|signature =
|notability=Abuya Syekh Muda Waly al-Khalidy al-Asyi wal Minangkabawi|nasab=Syekh Muhammad Waly bin Syekh Muhammad Salim bin Tuanku Ahmad Sutan Malin Palito|alias=Syaikh Muda Waly|other names=Syeikh Muda Waly|othername=Angku Mudo Waly|spouse=Ummi Rasimah Tanjuang Padang<br>Ummi [[Rabi'ah Jamil]] (cerai) Padang<br>Ummi Supayang (cerai) Padang<br>Ummi Raudhatin Nur Pawoh<br>Ummi Rasimah Piak Putiah Manggeng<br>Ummi Aisyah Teunom}}
'''Abuya Muda Waly''' memiliki nama lengkap '''Teungku Syekh
== Pendidikan ==
Pendidikan keagamaan pertama sekali didapatkan dari ayahnya, selain itu dia juga belajar di ''Volks-School'' (sekarang setingkat dengan sekolah dasar). Setelah lulus dia melanjutkan ke dayah ''Jami'ah Al-Khairiyyah'' yang dipimpin oleh Tengku Muhammad Ali atau Tengku Lampisang Aceh Besar, sambil dia menyambung ke sekolah umum ''Vervolg-School'' (sekolah sambungan).
Setelah dirasakan cukup, dia diantarkan oleh orang tuanya ke
Dayah Krueng Kalee yang dipimpin oleh [[Teungku Hasan Krueng Kale|Teungku Haji Hasan Krueng Kale]] adalah tujuan belajar dia selanjutnya. [[Dayah]] ini berlokasi di Banda Aceh. Tetapi waktu belajar dia di sini hanya satu hari saja karena mempertimbangkan pengajian yang diberikan oleh [[Teungku
Pada masa itu selain dari Dayah Krueng Kalee juga ada satu dayah lainnya yang dipimpin oleh Syekh Hasballah Indrapuri di [[Indrapuri, Aceh Besar|Indrapuri]], [[Kabupaten Aceh Besar|Aceh Besar]]. Ilmu yang menonjol dari dayah ini adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran seperti qiraat dan tajwid. Karena suatu kejadian maka dia langsung diangkat menjadi pengajar di [[dayah]] tersebut hingga setahun lamanya.
Suatu ketika datang tawaran dari Teungku Hasan Geulumpang Payong, seorang pemuka masyarakat yang menghendaki adanya pembaharuan di kalangan para ulama Aceh, pengembangan ilmu keagamaan di Aceh dan umat Islam Aceh, untuk meningkatkan jenjang pendidikannya bahkan bila perlu hingga ke [[Universitas Al-Azhar|Al-Azhar]], [[Kairo]]. Sebagai langkah persiapan, Teungku Hasan Geulumpang Payong mengirimkan Abuya Muda Waly ke ''Normal Islam School'' di
Atas saran dari Ismail Yaqub, orang Aceh yang telah lama tinggal di [[
== Kehidupan keluarga ==
Dari hari ke hari, namanya semakin terkenal hingga pada suatu ketika salah seorang ulama besar, [[Khatib Muhammad Ali bin Abdul Muthalib|Syekh Haji Khatib Ali]], tertarik dan menjodohkannya dengan salah seorang keluarganya, Rasimah Tanjuang. Dari pernikahan ini lahir
Pernikahan ini membuat dia semakin meluaskan pergaulannya hingga dia berkenalan dengan [[Sulaiman Ar-Rasuli|Syekh Sulaiman Ar-Rasuli]], Syekh Muhammad Jamil Jaho, dan lain-lainnya. Pada awalnya Syekh [[Muhammad Jamil Jaho]] adalah guru dari Abuya Muda Waly namun karena tertarik dengan kualitas keilmuan Abuya Muda Waly maka dia menikahkan Abuya Muda Waly dengan salah seorang putrinya, yaitu [[Rabi’ah Jamil]] sehingga lahirlah Ahmad Waly dan
Bersama istrinya yang kedua Abuya Muda Waly berangkat ke [[Mekkah]] untuk menunaikan ibadah haji selama tiga bulan. Selama di tanah suci dia berkesempatan untuk menimba ilmu dari ulama-ulama yang mengajar di [[Masjidil Haram]] dan berinteraksi dengan ulama-ulama Mesir yang sedang menunaikan ibadah haji. Salah seorang gurunya di Mekkah adalah Syekh Muhammad Ali bin Husain al-Maliki al-Makki (guru Sayyid Alwi bin Abbas al-Maliki al-Makki dan [[Syekh Yasin Al-Fadani|Syekh Yasin al-Fadani]]).
Istri ketiga dia bernama
Istri keempat dia bernama Piak Putiah yang kemudian diganti namanya menjadi Rasimah dari [[Manggeng, Aceh Barat Daya]] yang melahirkan
Setelah Abuya Muda Waly bercerai dengan istri keduanya (Rabi'ah Jamil), kemudian dia menikah dengan Ummi Aisyah dari [[Teunom, Aceh Jaya|Teunom]], [[Kabupaten Aceh Jaya|Aceh Jaya]].<ref name=":1" />
{{Chart top|width=100%|collapsed=yes|Silsilah Keluarga Waly di Labuhan Haji}}
{{Tree chart/start|align=center}}
{{Tree chart|l17 | | | | | |l01 | | | | | | | | | | | | | |l02 | | |l17=<small>Syekh</small><br>'''[[Muhammad Arsyad al-Banjari|Muhammad<br>Arsyad]]'''<br><small>Mufti [[Kesultanan Banjar|Banjar]]:<br>1770-1812</small>|l01=<small>Syekh</small><br>'''[[Khatib Ali|Khatib Muhammad<br>Ali]]'''<br><small>[[Masjid Istighfar|Parak Gadang]]:<br>1905-1936</small>|l02=<small>Syekh</small><br>'''[[Muhammad Jamil Jaho|Muhammad<br>Jamil]]'''<br><small>[[Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho|Jaho]]:<br>1918-1945</small>}}
{{Tree chart| |Q| | | | | | | |Q|F|y|~|~|~|~|7| |F|~|~|~|~|y|7|!| | | }}
{{Tree chart| |Q| | | | | | |l03 |!|l04 |y|l05 |y|l06 |!|l07 | | |l03=♀ Rasimah|l04=♀ Raudhatun Nur|l05=<small>Syekh</small><br>'''Muhammad<br>Wali'''<br><sup>(1)</sup><br><small>[[Dayah Darussalam Labuhan Haji|Labuhan Haji]]:<br>1940-1961</small>|l06=♀ Pik Putih|l07=<small>♀ Umi Hajah</small><br>'''[[Rabi'ah Jamil|Rabiah<br>Jamil]]'''<br><small>Jaho:<br>1958-1971</small>|boxstyle_l05=background-color:#EAF1DD}}
{{Tree chart| |Q| |,|-|-|-|v|-|-|-|(| | | |!| | | |!| | | |)|-|-|-|.| }}
{{Tree chart| |Q|l08 | |l09 | |l10 | |l11 | |l12 | |l13 | |l14 |l08=<small>Teungku Haji</small><br>'''[[Muhibuddin Waly|Muhibuddin<br>Wali]]'''<br><sup>(2)</sup><br><small>Labuhan Haji:<br>1961-1965<br>1995-1999<br>2008-2012</small>|l09=<small>Teungku Haji</small><br>'''[[Jamaluddin Waly|Jamaluddin<br>Wali]]'''<br><sup>(4)</sup><br><small>Labuhan Haji:<br>1967-1974<br>2012-2016</small>|l10=<small>Teungku Haji</small><br>'''Ruslan<br>Wali'''<br><sup>(8)</sup><br><small>Labuhan Haji:<br>1999-2008</small>|l11=<small>Teungku Haji</small><br>'''[[Amran Waly|Amran<br>Wali]]'''<br><sup>(5)</sup><br><small>Labuhan Haji:<br>1974-1982<br>Pawoh:<br>1982-kini</small>|l12=<small>Teungku Haji</small><br>'''Muhammad Nasir<br>Wali'''<br><sup>(6)</sup><br><small>Labuhan Haji:<br>1982-1988</small>|l13=<small>Teungku Haji</small><br>'''[[Mawardi Waly|Mawardi<br>Wali]]'''<br><sup>(7)</sup><br><small>Jaho:<br>1979-1982<br>2002-2012<br>Labuhan Haji:<br>1988-1995<br>2016-kini</small>|l14=<small>Buya Haji</small><br>'''Ahmad<br>Wali'''<br><small>Jaho:<br>1982-2002</small>|boxstyle_l08=background-color:#EAF1DD|boxstyle_l09=background-color:#EAF1DD|boxstyle_l10=background-color:#EAF1DD|boxstyle_l11=background-color:#EAF1DD|boxstyle_l12=background-color:#EAF1DD|boxstyle_l13=background-color:#EAF1DD}}
{{Tree chart| |Q| | | | | |!| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | }}
{{Tree chart|l15 |~|~|~|l16 | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |l15=<small>Kiai Haji</small><br>'''[[Muhammad Arifin Ilham|Muhammad Arifin<br>Ilham]]'''<br><small>Pendiri<br>Majelis az-Zikra</small>|l16=♀ Wahyuniati Syahla<br>Wali}}
{{Tree chart/end}}
{{Chart bottom}}
== Hubungan dengan Tariqat Naqsyabandiyah Al-Khalidiah ==
Sepulang dari menunaikan ibadah haji bersama Rabiah Jamil. Abuya Muda Waly berangkat menuju [[Batu Bersurat, XIII Koto Kampar, Kampar]], [[Riau]] untuk menemui [[Abdul Gani Kampar|Syekh Haji Abdul Ghani al-Kamfari]]. Walaupun secara keilmuan Abuya Muda Waly telah diakui oleh masyarakat dan para ulama besar [[Minangkabau]] tetapi itu belum dapat menenangkan hati dia, sehingga akhirnya dia mengambil langkah untuk memasuki jalan [[Sufisme|tasawwuf]] melalui Tariqat [[Tarekat Naqsyabandiyah|Naqsyabandiyah]]<ref>{{Cite news|url=http://www.kmamesir.org/2017/08/profil-singkat-syekh-muda-waly-al.html|title=Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir: Profil Singkat Syekh Muda Waly Al-Khalidy, Ulama Pembaharu Pesantren di Aceh (1)|newspaper=Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir|access-date=2018-09-10}}</ref> pada Syekh
Pada 15 Mei 1942, Abuya Muda Waly membentuk ormas [[Perti|PERTI]] di Labuhan Haji. PERTI Labuhan Haji menjadi cabang PERTI pertama di Provinsi Aceh yang kedudukannya saat itu langsung dibawah kantor pusat di [[Kota Bukittinggi|Bukitinggi]] karena belum terbentuk pengurus daerah di tingkat provinsi Aceh. Setelah, ormas PERTI bertransformasi menjadi [[partai politik]] pada 22 November 1945, guru Abuya Muda Waly yaitu [[Teungku Hasan Krueng Kale|Syekh Muhammad Hasan Krueng Kale]] menyambut baik pengembangan PERTI di Aceh dan kemudian diangkat menjadi Ketua PERTI Daerah Aceh pada tahun 1952. Pada Maret 1954, Abuya Muda Waly dan Syekh Hasan Krueng Kalee mewakili PERTI Aceh ikut dalam Konferensi Alim Ulama di [[Cipanas|Cipanas Bogor]] yang menghasilkan penetapan gelar ''Waliyul Amri Adh-Dharuri Bisy-Syaukah'' kepada [[Presiden Soekarno]].<ref>{{Cite web|date=2021-05-05|title=Milad Perti ke 93, OPI Aceh: Negara Berhutang Besar ke Perti|url=https://atjehwatch.com/2021/05/06/milad-perti-ke-93-opi-aceh-negara-berhutang-besar-ke-perti/|website=Atjeh Watch|language=id-ID|access-date=2023-09-16}}</ref>
== Reformasi pendidikan dayah ==
[[Dayah Darussalam Labuhan Haji|Dayah Darussalam]] adalah salah satu laboratorium Abuya Muda Waly untuk memformulasikan ulang sistem pendidikan pesantren di Aceh pada masa itu. Di dayah inilah pertama sekali diperkenalkan dua sistem yaitu sistem dayah tradisional dimana siswa yang mengikuti jalur ini diharuskan untuk belajar suatu kitab tertentu hingga tamat. Sistem kedua yang diterapkan di dayah ini adalah sistem madrasah, dimana para siswanya belajar dengan mengikuti pola tertentu dan menggunakan gedung yang telah ditentukan. Sistem ini juga tidak mengharuskan siswa untuk menamatkan suatu kitab tetapi harus aktif dalam diskusi-diskusi yang diselenggarakan di dalam kelas.<ref name=":0" />
== Perjuangan ==
Pada masa penjajahan Jepang terdapat dua kubu ulama di Aceh yaitu [[Persatuan Ulama Seluruh Aceh|PUSA]] dan
Ketika meletus pemberontakan DI/TII, Abuya Muda Waly termasuk ke dalam golongan ulama yang menolak pemberontakan ini dan sebagian besar tergabung dalam PERTI. Adapun beberapa ulama yang menolak DI/TII antara lain adalah [[Teungku Hasan Krueng Kale|Teungku H. Hasan Krueng Kalee]], Teungku Abdussalam Meuraxa, dan Teungku Saleh Meusigit Raya.<ref name=":1" />
== Wafat ==
Abuya Muda Waly wafat dalam usia 44 tahun pada
== Usulan Gelar Pahlawan Nasional ==
[[Kesatuan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah|Pengurus Besar Kesatuan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah]], [[Organisasi Pelajar Islam|Pimpinan Daerah Organisasi Pelajar Islam]] [[Aceh|Provinsi Aceh]] dan beberapa ormas Islam lainnya mengusulkan Abuya Muda Waly diangkat menjadi [[Pahlawan nasional|Pahlawan Nasional]].
== Referensi ==
Baris 86 ⟶ 100:
[[Kategori:Sufi Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Aceh Selatan]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Aceh]]▼
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]▼
[[Kategori:Tokoh dari Aceh Selatan]]
[[Kategori:Tokoh Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
[[Kategori:Ulama Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Syafi'i Abad ke-14 H]]
[[Kategori:Pimpinan pesantren Indonesia]]
▲[[Kategori:Tokoh Aceh]]
[[Kategori:Tokoh Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Waly]]
|