Jatinangor, Sumedang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Penggunaan kode HTML pada Wiki) |
Koreksi Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(9 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
|dati2=Kabupaten
|nama dati2=Sumedang
|luas= 262
|penduduk=
|penduduktahun=2017
|kelurahan=12 Kelurahan/Desa{{sfn|BPS|2018|page=1}}▼
|pendudukref={{sfn|BPS|2018|page=11}}
|
|nama camat= Herry Dewantara{{cn|date=September 2024}}
|provinsi=Jawa Barat
}}
'''Jatinangor''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Sumedang]], [[Jawa Barat|Provinsi
== Penamaan<ref name=":0">{{Cite web|last=Nurman|first=Iman|date=2021-12-29|title=Baru Tahu, Ini Asal Muasal Nama Jatinangor yang Sekarang jadi Kawasan Pendidikan|url=https://inisumedang.com/baru-tahu-ini-asal-muasal-nama-jatinangor-yang-sekarang-jadi-kawasan-pendidikan/|website=IniSumedang.Com|language=id-ID|access-date=2022-01-08}}</ref> ==
Ada dua versi terkait asal nama Jatinangor
Menurut Tokoh masyarakat Jatinangor yang juga mantan Anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumedang|DPRD Sumedang]] dari [[Partai Golongan Karya|Partai Golkar]] periode 1999-2004 Ismet Suparmat, nama Jatinangor bisa diambil dari nama pohon jati putih yang banyak tersebar di kawasan Kiarapayung sebelum dibabat habis menjadi kawasan pendidikan. Sedangkan nama Nangor bisa dari kata ‘Cangor’ belum masak atau ‘ngora’ (muda, red). Sehingga jika digabungkan Jatinangor berarti pohon jati muda.
Namun, menurut Ismet pula, sebetulnya tanaman keras yang mendominasi di Jatinangor itu adalah pohon karet dan teh. Akan tetapi, mungkin sebagian kecil terdapat pohon jati. Meskipun masyarakat awam mengklaim jika semua pohon yang namanya pohon keras itu Jati.
Sementara itu, menurut Kasi Pemerintahan Kecamatan Jatinangor, Endang Rohmayudi mengatakan nama Jatinangor itu diambil dari kata pohon Jati, sedangkan nangor itu dari kata nangoh atau nagog atau menghadap ke bawah. Berada di atas makam sesepuh Jatinangor bernama Embah Nangoh yang sekarang berlokasi di belakang kampus IKOPIN.
Menurut Endang sebetulnya kecamatan Jatinangor sudah lahir tahun 1935 sebelum Indonesia merdeka. Sehingga jika ditambahkan usianya dengan sekarang, berarti kecamatan Jatinangor itu sudah berusia 86 tahun meskipun nama Jatinangor berubah dari [[Cikeruh, Jatinangor, Sumedang|Kecamatan Cikeruh]] tahun 2000.<ref name=":0" />
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De theeonderneming 'Djatinangor' ten oosten van Bandung TMnr 60009530.jpg|jmpl|kiri|Jatinangor sekitar tahun 1885.]]
Pada masa penjajahan, Jatinangor merupakan kawasan perkebunan [[teh]] dan [[Karet|pohon karet]] yang dikuasai oleh perusahaan swasta milik [[Belanda]], ''Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen'' yang berdiri tahun 1841, dengan luas saat itu mencapai 962 hektar, membentang dari tanah—yang saat ini merupakan kawasan [[Institut Pemerintahan Dalam Negeri]] (IPDN) hingga [[Gunung Manglayang]]. Perusahaan tersebut dimiliki oleh seorang pria berkebangsaan [[Jerman]], bernama Willem Abraham Baud (1816–1879) atau lebih terkenal di masyarakat dengan sebutan Baron Baud.<ref>{{cite web |url=http://himaper.fib.unpad.ac.id/sejarah-jatinangor/ |title=Sejarah Jatinangor |website=Himpunan Mahasiswa Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran |date=23 September 2014 |accessdate=25 September 2014 |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025150135/http://himaper.fib.unpad.ac.id/sejarah-jatinangor/ |dead-url=yes }}</ref> Untuk mengontrol perkebunannya yang luas, Baron Baud membangun sebuah menara. Menara ini dilengkapi dengan sebuah lonceng yang terletak di puncak menara dan tangga untuk sampai ke puncaknya. Menara ini kemudian dikenal sebagai [[Menara Loji]].<ref>{{cite web|url=https://www.jatinangorku.com/menara-loji-saksi-sejarah-jatinangor-yang-terabaikan.html|title=Menara Loji: Saksi Sejarah Jatinangor yang Terabaikan |date=28 Maret 2012 |accessdate=29 Maret 2012 |website=Jatinangorku}}</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Aanleg van de spoorweg bij Djatinangor TMnr 60052200.jpg|jmpl|Pembangunan [[jalur kereta api Rancaekek–Tanjungsari]] tahun 1916.]]
Untuk memperlancar transportasi hasil perkebunan tersebut, pada tahun 1916 dibangun [[Jalur kereta api Rancaekek–Tanjungsari|jalur rel kereta api]] yang menghubungkan [[Rancaekek, Bandung|Rancaekek]] ke [[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]] dalam program proyek rel kereta api Rancaekek-Tanjungsari-Citali sepanjang 15 km, sesuai ''Koninklijke Besluit'' (Peraturan Negara) tanggal 4 Januari 1916 serta Lembaran Negara Nomor 36.<ref>{{cite web |url=https://kabarpriangan.co.id/sejarah-jalur-kereta-api-di-jatinangor-dibangun-untuk-kebutuhan-militer/ |title=Sejarah Jalur Kereta Api di Jatinangor, Dibangun Untuk Kebutuhan Militer |first=Azis |last=Abdullah |date=12 Juni 2017 |accessdate=15 Juli 2017 |website=Kabar Priangan |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025150117/https://kabarpriangan.co.id/sejarah-jalur-kereta-api-di-jatinangor-dibangun-untuk-kebutuhan-militer/ |dead-url=yes }}</ref> Awalnya hanya akan dibangun rel kereta api Rancaekek-Jatinangor saja sepanjang 5,25 km untuk keperluan mengangkut hasil perkebunan Jatinangor saja. Atas permintaan pihak militer rel kereta api itu agar digunakan untuk keperluan angkutan umum juga, maka diperpanjanglah jalur rel tersebut hingga ke Tanjungsari dan [[Citali, Pamulihan, Sumedang|Citali]] sepanjang 11,5 km.{{sfn|ANRI|1976|page=71}} Tetapi kemudian rel kereta api hingga Citali ditangguhkan karena kekurangan biaya dan peralatan untuk menembus alam di sana sehingga rel kereta api itu hanya sampai [[Stasiun Tanjungsari]].{{sfn|ANRI|1976|page=105}} Jalur kereta api tersebut dioperasikan pada 13 Februari 1921.
Kemudian, pada tahun 1918, ''[[Staatsspoorwegen|Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf]]'', sebuah perusahaan kereta api milik Belanda membangun sebuah jembatan rel kereta penghubung Rancaekek-Tanjungsari yang disebut sebagai Jembatan Cikuda atau yang lebih dikenal sebagai Jembatan Cincin.<ref>{{
[[Berkas:Cikuda Railway Bridge.jpg|jmpl|kiri|Jembatan Cikuda tahun 1924.]]
Memasuki [[Revolusi Nasional Indonesia|masa kemerdekaan Indonesia]], tanah perkebunan karet Jatinangor tersebut [[Nasionalisasi|dinasionalisasikan]], dan menjadi milik Pemerintah Daerah (Pemda) Sumedang. Sayangnya, Pemda tidak melakukan penjagaan yang baik terhadap situs ini. Pada tahun 1980, lonceng Menara Loji dicuri. Hingga kini, kasus pencurian ini belum terselesaikan.<ref>{{
Pada tahun 1990, area perkebunan dialihfungsikan menjadi kawasan pendidikan dengan dibangunnya empat [[perguruan tinggi]], yakni [[Institut Pemerintahan Dalam Negeri]] (IPDN), [[Institut Manajemen Koperasi Indonesia]] (Ikopin), [[Universitas Padjadjaran]] dan [[Universitas Winaya Mukti]].<ref>{{cite web |url=http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2015/10/14/345964/jatinangor-belum-menjadi-kawasan-pendidikan-ideal |title=Jatinangor Belum Menjadi Kawasan Pendidikan Ideal |first=Miradin Syahbana |last=Rizky |date=14 Oktober 2015 |accessdate=15 Oktober 2015 |website=[[Pikiran Rakyat]] |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025154858/http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2015/10/14/345964/jatinangor-belum-menjadi-kawasan-pendidikan-ideal |dead-url=yes }}</ref> Nama Jatinangor sebagai nama kecamatan baru dipakai sejak tahun 2000-an.<ref>{{cite web|url=http://rri.co.id/post/berita/500921/daerah/hut_jatinangor_ke18_kupas_sejarah_tokoh_dan_seni_budaya_lokal.html|title=HUT Jatinangor ke-18, kupas Sejarah Tokoh dan Seni Budaya Lokal|date=12 Maret 2018|accessdate=13 Maret 2018|website=[[Radio Republik Indonesia]]|archive-date=2018-10-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20181025150153/http://rri.co.id/post/berita/500921/daerah/hut_jatinangor_ke18_kupas_sejarah_tokoh_dan_seni_budaya_lokal.html|dead-url=yes}}</ref> Seiring dengan hadirnya kampus-kampus tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan fisik dan sosial yang pesat. Sebagaimana halnya yang menimpa lahan pertanian lain di Pulau Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun pusat perbelanjaan.<ref>{{cite web |url=http://kabarsumedang.com/pembangunan-di-jatinangor-alami-peningkatan-cukup-signifikan/ |title=Pembangunan di Jatinangor Alami Peningkatan Cukup Signifikan |website=Kabar Sumedang |date=5 Januari 2015 |accessdate=6 Januari 2015 |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025185907/http://kabarsumedang.com/pembangunan-di-jatinangor-alami-peningkatan-cukup-signifikan/ |dead-url=yes }}</ref><ref>{{cite web|url=https://www.jatinangorku.com/pembangunan-jatinangor-abaikan-tata-ruang.html|title=Pembangunan Jatinangor Abaikan Tata Ruang |date=26 Maret 2014 |accessdate=27 Maret 2014 |website=Jatinangorku}}</ref> [[Institut Teknologi Bandung]] kemudian membangun kampusnya di kawasan ini pada tahun 2010.<ref>{{cite web|url=https://jatinangor.itb.ac.id/sejarah-kampus-itb-jatinangor/|title=Sejarah Kampus ITB Jatinangor |website=Direktorat Eksekutif ITB Jatinangor |accessdate=27 Maret 2018}}</ref>
Pada tahun 2015, Kecamatan Jatinangor menjadi salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan kota metropolitan [[Bandung Raya]].<ref>{{
== Geografi dan administrasi ==
=== Batas-batas wilayah ===
[[File:West side aerial view of Mount Geulis, cloudy day 2021.jpg|jmpl|Gunung Geulis, bentang alam yang menjadi salah satu batas wilayah Kecamatan Jatinangor]]
Dengan luas wilayah 262 km²,{{sfn|BPS|2018|page=3}} Kecamatan Jatinangor terletak di [[koordinat]] antara 6°53'43,3"–6°57'41" [[Lintang Selatan|LS]] dan 107°45'8,5"–107°48'11" [[Bujur Timur|BT]].
|