Upah-upah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
 
Baris 14:
Pertama, para perempuan akan membakar kemenyan yang sudah disiapkan. Kemenyan diletakkan di atas wadah dasa (tempurung kelapa yang sudah dikikis hingga licin dan menghitam), atau di atas piring alumunium sebagai tempat bara. Saat aromanya menyebar, kemenyan kemudian diserahkan kepada tuan rumah secara estafet, pertanda upah-upah siap dilaksanakan. Kemudian pengatur upacara menyerahkannya kepada pengupah--upah selanjutnya diserahkannya kemenyan kepada orang yang duduk di sebelahnya, begitu seterusnya hingga seluruh orang diruangan mendapat kemenyan, kegiatan ini diulang sebanyak tujuh kali putaran dan akan berakhir di hadapan pengupah-upah. Upacara ini diadakan sebagai upaya pembersihan tempat upacara dari hasrat-hasrat jahat yang mengganggu manusia dan prosesi upacara.<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/upah-upah-tradisi-di-rokan-hulu/|title=Upah Upah Tradisi di Rokan Hulu|last=dediarman|date=2018-08-20|website=Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau|language=en-US|access-date=2019-12-04}}</ref>
 
Berikutnya, pengupah-upah akan menabur beras kuning kepada orang yang diupah-upah setelah sebelumnya berdo'a kepada Allah swt. agar diberi kemudahan saat acara berlangsung.Tahap selanjutnya adalah mengupah-upah. Pengupah-upah akan melakukan prosesi dengan menaburkan nasi upah-upah keatas kepala orang yang diupah-upah, sambil bergerak memutar kearah kanan tujuh kali putaran . Menghitungnya dalam bahasa Melayu diucapkan dengan jelas: “''oso''” (esa/ satu), “''duo''” (dua), “''tigo''” (tiga), “''ompek''” (empat), “''limo''” (lima), “''onom''” (enam), “''tujuh”'', dengan fonem yang tenang. Rangkaian upacara selanjutanya ialah pengupah-upah memberikan pesan dan nasehat kepada orang yang diupah-upah sebagai penguat dirinya atas keterbebasan dari hal-hal yang mengikatnya. Sebelum diakhiri, pengupah-upah kembali menghitung satu sampai tujuh dan disusul oleh kalimat “salangkan kerbau tujuh sekandang, masih dapat dikendalikan, apalagi semangat kalian”. Rentetan terakhir pengupah-upah akan mengembalikan ketempat semula kemenya yang telah digunakan. Usai upah-upah, para tamu akan memakan jamuan yang sudah disediakan oleh tuan rumah. Upacara upah-upah ditutup dengan do'a setelah semua tamu menikmati jamuan yang ada.<ref>{{Cite web|url=https://lamriau.id/upah-upah/|title=Lembaga Adat Melayu Riau|last=|first=|date=|website=www.riau.go.id|access-date=2019-12-01|archive-date=2019-12-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20191204034312/https://lamriau.id/upah-upah/|dead-url=yes}}</ref>
 
== Referensi ==