Jalan Raya Pos: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Melanjutkan tahap kedua dan pengembangan kegunaan jalan |
Menghapuskan kalimat kerja paksa karena terbukti Daendels memberikan upah kepada Prefek Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(45 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox road
| name = Jalan Raya Pos
| header_type = Historical
| map = Java Great Post Road.svg
| map_alt = Peta Jalan Raya Pos di masa Hindia Belanda
| map_notes = Jalan Raya Pos membentang dari [[Anyar, Serang|Anyer]] hingga [[Panarukan, Situbondo|Panarukan]].
| length_km = 1000
| length_ref = <!-- {{sfn|Tim Ekspedisi Kompas Anjer-Panaroekan|2008|p=5}}{{sfn|Hidayat dkk.|2015|p=11}}{{efn|Dalam laporan jurnalistik [[Kompas (surat kabar)|''Kompas'']] mengenai ekspedisi Jalan Raya Pos yang dilakukannya pada 2008, disebutkan bahwa jalan ini membentang sepanjang {{Convert|1100|km|mi}}.{{sfn|Tim Ekspedisi Kompas Anjer-Panaroekan|2008|pp=72, 82, 406, 412}} Sumber lainnya menyebutkan panjang {{Convert|1228|km|mi}} dan {{Convert|1400|km|mi}}.{{Sfn|Joga dkk.|2019|p=2}}{{Sfn|Hannigan|2015|pp=113-114}}}} -->
| time_period = 1809–sekarang
| history = [[Jeda kekuasaan Prancis dan Britania di Hindia Belanda]]
| direction_a = barat
| direction_b = timur
| terminus_a = [[Anyar, Serang|Anyer]], [[Kabupaten Serang|Serang]]
| terminus_b = [[Panarukan, Situbondo|Panarukan]], [[Kabupaten Situbondo|Situbondo]]
}}▼
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Groote Postweg bij Kampong Tjibabat West-Java TMnr 10007756.jpg|thumb|upright=1.4|Bagian dari Jalan Raya Pos di Kampung [[Cibabat, Cimahi Utara, Cimahi|Cibabat]], [[Kota Cimahi|Cimahi]], [[Jawa Barat]] pada [[Hindia Belanda|masa kolonial]]]]
'''Jalan Raya Pos''' ({{Lang-nl|De Grote Postweg}}), disebut juga '''Jalan Daendels''' dan '''Jalan Anyer-Panarukan''', adalah nama jalan bersejarah yang membentang melintasi [[Jawa]] dan menghubungkan [[Anyar, Serang|Anyer]] dengan [[Panarukan, Situbondo|Panarukan]]. Jalan ini dibangun pada masa pemerintahan [[Herman Willem Daendels]] (1808–1811), [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]].
Jalan ini kini menjadi bagian dari [[Jalan Nasional Rute 1]] (Cilegon-Jakarta, Cirebon-Panarukan), [[Jalan Nasional Rute 2]] (Jakarta-Bogor), [[Jalan Nasional Rute 3]] (Ciawi-Cianjur-Bandung), dan [[Jalan Nasional Rute 5]] (Bandung-Cirebon).
== Latar belakang ==
Sistem pengiriman pesan di [[Hindia Belanda]] pertama kali diperkenalkan di masa [[VOC]]. Saat itu, sudah ada korespondensi dari Hindia Belanda ke [[Belanda]] tetapi tujuannya dibatasi pada pejabat-pejabat resmi dan tidak boleh berisi aktivitas VOC di Hindia Belanda untuk menjaga kerahasiaan sumber [[rempah-rempah]] dari para pesaingnya. Sarana pengirimannya saat itu bergantung pada [[kapal perang]] VOC yang berlayar ke berbagai pulau dan belum ada sistem yang terorganisasi.{{Sfn|Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi|1980|p=47}} Kantor pos baru pertama kali didirikan pada 26 Agustus 1746 di [[Batavia]] oleh Gubernur Jenderal yang ke-26, [[Gustaaf Willem baron van Imhoff|Gustaaf Willem van Imhoff]] untuk menjamin keamanan surat-surat penduduk terutama bagi para pedagang yang berdagang di luar Jawa dan orang-orang yang pulang pergi dari dan ke Belanda. Empat tahun kemudian, kantor pos Semarang didirikan dan menggunakan rute yang melalui [[Karawang]], [[Cirebon]], dan [[Pekalongan]].{{Sfn|Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi|1980|p=50}} Transportasi daratan sudah ada setidaknya pada sekitar 1750, yaitu jalan yang menghubungkan [[Batavia]] ke [[Kota Semarang|Semarang]] dan seterusnya ke [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Jalan yang menghubungkan Semarang, [[Kota Surakarta|Surakarta]], dan [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] juga sudah ada pada waktu itu. Namun, hujan tropis yang deras sering kali menghancurkan jalannya.{{Sfn|Nas|Pratiwo|2002|p=709}}
Pada 28 Januari 1807, Daendels diangkat menjadi [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] oleh [[Louis Bonaparte]], adik [[Napoleon Bonaparte]] yang diangkat menjadi raja di [[Kerajaan Hollandia|Belanda]] semasa [[Peperangan era Napoleon|Peperangan Napoleon]].{{Sfn|Tim Ekspedisi Kompas Anjer-Panaroekan|2008|p=16}} Cemas akan masa depan Jawa, khususnya setelah [[Isle de France (Mauritius)|Isle de France]] (kini [[Mauritius]]) diserbu Inggris pada 1807, Louis memberi dua tugas utama dalam bentuk instruksi kepada Daendels, yaitu mempertahankan Jawa dari serbuan Inggris dan membenahi sistem administrasi pemerintahannya.{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=28}} Instruksi yang serupa juga diterimanya dari [[Napoleon Bonaparte]] saat bertemu di [[Paris]], sesaat sebelum pergi ke Jawa.{{Sfn|Tim Ekspedisi Kompas Anjer-Panaroekan|2008|pp=26-27}}
Pilihan Daendels untuk membangun Jalan Raya Pos mungkin diinspirasi oleh [[cursus publicus]], sistem jalan pos [[Kekaisaran Romawi]] yang menghubungkan [[Roma]] dengan kota-kota yang ditaklukkannya.{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=4}}{{Sfn|Tim Ekspedisi Kompas Anjer-Panaroekan|2008|p=5}} Dengan begitu, Daendels berkeinginan untuk menerapkan konsep yang sama dengan menghubungkan [[Batavia]] dengan daerah-daerah di Jawa melalui Jalan Raya Pos.{{Sfn|Hartatik|2018|p=34}} Sumber lainnya mengatakan bahwa idenya untuk membangun sebuah jalan raya mungkin dipengaruhi oleh perjalanannya menuju Jawa. Saat itu, Inggris menguasai lautan dan memblokade Prancis untuk mengakses lautan sehingga memaksa Daendels harus melalui daratan Prancis terlebih dahulu dengan jalan raya yang dibuat oleh Napoleon.{{Sfn|Nas|Pratiwo|2002|p=709}} Upaya membangun jalan ini didasarkan pada salah satu instruksi Louis yang mewajibkan Daendels untuk memperhatikan sarana (transportasi) yang paling sesuai dirancang, melalui kesepakatan dengan para bupati, yang dapat memperbaiki nasib [[Pribumi-Nusantara|pribumi Hindia Belanda]].{{Sfn|Tim Ekspedisi Kompas Anjer-Panaroekan|2008|p=17}}
Pada awalnya, penggunanan jalan ini hanya digunakan untuk kebutuhan pos dan militer hingga akhirnya dibuka untuk umum pada tahun 1857. Selain itu, jalan ini juga tidak boleh dilewati oleh kendaraan milik orang Jawa yang harus menggunakan jalur khusus gerobak yang berada di sisi jalan. Jalan Raya Pos hanya dapat dilewati oleh [[kereta kuda]] Belanda yang dilengkapi oleh kusir dan kenek.{{Sfn|Carey|2022|pp=39-40}}
=== Nama ===
Jalan tersebut dinamai demikian karena Daendels membangun sebanyak 50 [[kantor pos]] di antara Batavia dan [[Surabaya]] untuk mempercepat komunikasi dengan para pejabatnya.{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=5}} Komunikasi saat itu dianggap hal yang berharga karena Daendels merasakan sulitnya berkomunikasi dengan mereka yang tersebar di seluruh Jawa dan lalu lintas laut yang bisanya digunakan untuk menyampaikan surat diblokade Inggris.{{Sfn|Tim Ekspedisi Kompas Anjer-Panaroekan|2008|pp=26-27}}
== Pembangunan ==
[[Berkas:Daendels Legt De Groote Postweg Aan Over Java, KITLV 1403894.tiff|thumb|upright=1.
Pada 29 April 1808, agar lebih mengetahui permasalahan di Jawa lebih lanjut, Daendels melakukan perjalanan dari
Pembangunan Jalan Raya Pos pertama dimulai dari Buitenzorg ke Karangsambung (kini [[Tomo, Sumedang|Kecamatan Tomo]] di [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]])<ref>{{Cite web|last=Santosa|first=Iwan|date=27 November 2020|title=Petualangan di Jalan Raya Pos Tahun 1852|url=https://interaktif.kompas.id/baca/petualangan-di-jalan-raya-pos-tahun-1852/|website=Kompas.id|language=id|access-date=22 September 2023}}</ref> berdasarkan perintah Daendels pada 5 Mei 1808. Jalur ini direncanakan melalui [[Cisarua, Bogor|Cisarua]], [[Cianjur, Cianjur|Cianjur]], [[Rajamandala Kulon, Cipatat, Bandung Barat|Rajamandala]], [[Kota Bandung|Bandung]], [[Parakan Muncang, Nanggung, Bogor|Parakan Muncang]], dan [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]]. Secara teknis, jalur tersebut harus dibuat selebar 2 [[w:Dutch units of measurement#Roede|rijnlandse roeden]] (~7.5 meter) dan didirikan tiang di setiap 400 [[w:Dutch units of measurement#Roede|rijnlandse roeden]] (~1.5 kilometer) untuk menunjukkan jarak dan menandai batas distrik.{{Sfn|Tim Ekspedisi Kompas Anjer-Panaroekan|2008|pp=6-7}} Pemerintah menyediakan anggaran sebesar 30.000 ringgit perak untuk membangun jalur ini, sementara para pekerjanya disediakan oleh [[w:nl:Java's Noordoostkust|Gubernur Pantai Timur Laut Jawa]], [[Nicolaus Engelhard]] sebanyak 1.100 orang.{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=13}}
Proyek ini dipimpin oleh Kolonel [[Zeni]] Balthazar Friedrich Wilhelm van Lützow dengan bantuan dari Komisi Negara dan dua [[Rekayasawan|insinyur]] militer. Van Lützow kemudian menyerahkan tanggung jawab sebagian pengerjaan, yaitu jalur Cisarua-Cianjur dan Parakan Muncang-Karangsambung, kepada dua insinyurnya. Masing-masing insinyur dibantu oleh dua [[bintara]] yang dipilihnya.{{Sfn|Tim Ekspedisi Kompas Anjer-Panaroekan|2008|p=22}}{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=27}} Daendels juga menetapkan jumlah pekerja dan upah yang berbeda untuk membangun jalan ini, mengingat kondisi medan yang berat yang dihadapi oleh para pekerja.{{Sfn|Tim Ekspedisi Kompas Anjer-Panaroekan|2008|pp=6-7}}
▲=== Tahap pertama ===
{| class="wikitable" style="text-align:center;"
|+Penetapan jumlah pekerja dan upah untuk Jalur Pertama{{Sfn|Tim Ekspedisi Kompas Anjer-Panaroekan|2008|pp=6-7}}
!Dari
!Ke
Baris 53 ⟶ 78:
|4 per orang/bulan
|}
Pada 28 Maret 1809, para pekerja dari Batavia dan [[Parahyangan|Preanger]] yang membangun jalan antara Cianjur-Sumedang diberi bantuan berupa 1.5 [[pon]] beras setiap hari dan 5 pon garam garam setiap bulan hingga jalan selesai dibangun. Sehari setelahnya, para pekerja juga diberi kapak dan peralatan lainnya. Kemudian, para pekerja yang didatangkan dari [[Kota Cirebon|Cirebon]] dan daerah ''[[
<gallery mode="packed" heights="150" widths="100">
Berkas:
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM
Berkas:KITLV A750 - Post Tjisokan aan de Grote Postweg in de buurt van Tjiandjoer, KITLV 111099.tiff|Sebuah pos di Cisokan,
Berkas:KITLV A34 - De nieuwe Groote Postweg
</gallery>
===
[[Berkas:Luchtopname van Panaroekan, KITLV MLD384 019.tiff|thumb|upright=1.3|Jalan Raya Pos berakhir di [[Panarukan, Situbondo|Panarukan]], sebuah kecamatan di [[Kabupaten Situbondo]]. Foto udara Panarukan pada 1949 oleh Layanan Penerbangan [[Angkatan laut di Hindia Belanda|Angkatan Laut Hindia Belanda]].]]
Pada Juli 1808, Daendels bertemu dengan 38 bupati untuk memerintahkan mereka memperbaiki dan menghubungkan jalan-jalan desa. Ia juga menyerahkan pembangunan jalan Cirebon-Surabaya kepada mereka agar mereka bisa menarik orang-orang umum ke dalam pengerjaan melalui [[pengabdian masyarakat]]. Di [[Jawa Tengah]], jalan raya ini melewati [[Kabupaten Tegal|Tegal]], [[Kabupaten Pemalang|Pemalang]], [[Comal, Pemalang|Comal]], [[Kota Pekalongan|Pekalongan]], [[Kabupaten Kendal|Kendal]], [[Kaliwungu, Kendal|Kaliwungu]], [[Kota Semarang|Semarang]], [[Kabupaten Demak|Demak]], [[Kabupaten Kudus|Kudus]], [[Kabupaten Pati|Pati]], [[Kabupaten Rembang|Rembang]], dan [[Lasem, Rembang|Lasem]]. Sementara di Jawa Timur, jalan raya ini melewati [[Kabupaten
Dengan jalan raya yang sisanya dikerjakan oleh para bupati, Daendels tidak perlu membuat laporan rinci untuk jalan-jalan tersebut. Konsekuensinya, tidak ada arsip-arsip kolonial yang memuat laporan pembangunan jalannya. Satu-satunya informasi yang didapat yang melaporkan pembangunannya adalah korespondensi antara Daendels dengan [[Kementerian Koloni (Belanda)|Menteri Perdagangan dan Koloni]] saat itu, {{Interlanguage link|Paulus van der Heim|nl}}.{{Sfn|Tim Ekspedisi Kompas Anjer-Panaroekan|2008|pp=25-26}}
== Kegunaan ==▼
== Dalam budaya populer ==
[[Film dokumenter]] ''
Kehadiran Jalan Raya Pos menandai dimulainya era modern Jawa yang terintegrasi. Seiring berjalannya waktu, Jalan Raya Pos menjadi daerah perkotaan yang sambung-menyambung dan menggantikan peran sungai-sungai besar yang awalnya menjadi jalur utama perekonomian yang membentang dari utara ke selatan, menghubungkan daerah pesisir dengan daerah pedalaman, menjadi dari barat ke timur melalui jalur darat sepanjang pesisir utara Pulau Jawa. Kehadiran Jalan Raya Pos juga mengubah konsep kosmologis dan konsep tata kota tradisional Jawa yang sebelumnya menghadap ke sungai atau pegunungan.{{Sfn|Carey|2022|pp=39-40}}
== Lihat pula ==
* [[Jalur Pantura]]
* ''[[Jalan Raya Pos, Jalan Daendels]]'', buku karya [[Pramoedya Ananta Toer]]
== Referensi ==
<!--'''Catatan'''
{{Notelist|30em}}-->
<ref name=Chijs1895>{{Cite book|last=Chijs|first=J. A. van der|date=1895|url=https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/1264444#page/1/mode/1up|title=Nederlandsch-Indisch plakaatboek, 1602-1811, vertiende deel 1804-1808|location=[[Den Haag]]|publisher=[[Martinus Nijhoff]]|url-status=live}}</ref>▼
<ref name=TempoDaendels>{{Cite book|last=Daendels' Great Post Road Special Report Team|date=2015|url=https://books.google.co.id/books?id=deNeDwAAQBAJ|title=The Devil's Highway Daendels's Great Post Road|location=[[Jakarta]]|publisher=Tempo Publishing|isbn=978-602-718633-0|language=en|url-status=live}}</ref>▼
'''Kutipan'''
<ref name=NasPratiwo2002>{{Cite journal|last=Nas|first=P. J. M.|last2=Pratiwo|date=2002|title=Java and De Groote Postweg, La Grande Route, the Great Mail Road, Jalan Raya Pos|url=https://www.jstor.org/stable/27867990|journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde|volume=158|issue=4|issn=0006-2294||language=en|url-status=live}}</ref>▼
{{Reflist|30em}}
<ref name=200TaoenAnjerPanaroekan>{{Cite book|last=Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan|date=2008|url=https://books.google.co.id/books?id=ZyBtRz7Fh7QC|title=Ekspedisi Anjer-Panaroekan: Laporan Jurnalistik Kompas (200 tahun Anjer-Panaroekan, jalan untuk perubahan)|publisher=Penerbit Buku Kompas|isbn=978-979-709-391-4|language=id|ref=harv|url-status=live}}</ref>▼
'''Daftar pustaka'''
▲}}
{{Refbegin|colwidth=30em}}
▲
* {{Cite book|last=Hannigan|first=Tim|date=2015|url=https://books.google.co.id/books?id=abGHCgAAQBAJ|title=Brief History of Indonesia: Sultans, Spices, and Tsunamis: The Incredible Story of Southeast Asia's Largest Nation|publisher=Tuttle Publishing|isbn=978-1-4629-1716-7|language=en|url-status=live|ref=harv}}
* {{Cite book|last=Hartatik|first=Endah Sri|date=2018|url=http://eprints.undip.ac.id/70452/|title=Dua Abad Jalan Raya Pantura. Sejak Era Kerajaan Mataram Islam Hingga Orde Baru|location=[[Yogyakarta]]|publisher=Nurmahera|isbn=978-602-50619-1-2|ref=harv|archive-url=https://web.archive.org/web/20200222160816/http://eprints.undip.ac.id/70452/|archive-date=22 Februari 2020|url-status=live}}
▲
* {{Cite book|last=Joga|first=Nirwono|last2=Ismaun|first2=Iwan|last3=Atmawidjaja|first3=Endra Saleh|last4=Indrajoga|first4=Dhaneswara Nirwana|date=2019|url=https://books.google.co.id/books?id=PVKZDwAAQBAJ|title=Trans Jawa: Merajut Keberagaman Lansekap|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=978-602-06-2120-3|language=id|ref={{Harvid|Joga dkk.|2019}}|url-status=live}}
▲
* {{Cite book|date=1980|url=https://books.google.co.id/books?id=40XNPvksnqIC|title=Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia, Volume 1-3|publisher=Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi|language=id|ref={{Harvid|Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi|1980}}|url-status=live|location=[[Jakarta]]}}
* {{Cite book|last=Carey|first=Peter|last2=A. Noor|first2=Farish|title=Ras, Kuasa, dan Kekerasan Kolonial di Hindia Belanda, 1808-1830|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|location=Jakarta|isbn=978-602-481-656-8|ref={{sfnref|Carey|2022}}|url-status=live}}
{{Refend}}
== Bacaan lebih lanjut ==
{{Refbegin}}
▲
{{Refend}}
{{Batavia}}
Baris 91 ⟶ 131:
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Hindia Belanda]]
[[Kategori:Jalan di Jawa]]
|