Chairuddin Ismail: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Asang Lawai (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan|date=2010}}
{{Infobox Officeholder
|honorific-prefix =
|name = {{PAGENAME}}
|image = Jenderal Chairuddin Ismail.jpg
|imagesize = 200px
|caption =
Baris 21 ⟶ 20:
|children =
|residence =
|alma_mater = Akademi Kepolisian
|occupation = Polisi
|religion = Islam
| allegiance = {{flag|Indonesia}}
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian National Police.svg|25px]] [[Kepolisian Republik Indonesia]]
| unit =
| rank = [[Berkas:PDU_JEN STAF.png|25px]] [[Jenderal Polisi]]
| serviceyears =
}}
 
[[Jenderal Polisi]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) '''Chairuddin Ismail''' ({{lahirmati||27|12|1947}}) adalah pensiunan perwira Polri. Ia pernah menjadi Pejabat Sementara [[KapolriKepala Kepolisian Negara Republik Indonesia]] (Pjs. de facto Kapolri) menggantikan Jenderal [[Suroyo Bimantoro]], dan pernah menjadi tim sukses pasangan capres [[Jusuf Kalla]]-[[Wiranto]].
 
== Polemik kisruh di tubuh Polri ==
Pada masa kepemimpinan [[Suroyo Bimantoro]] terjadi polemik kekisruhan di tubuh Polri. Presiden dan para pendukungnya memang belakangan sukses membujuk [[parlemen]] agar menerima pengangkatan Bimantoro, meski dengan syarat.{{fact}} Tetapi belakangan, muncul [[ironi]] baru: Presiden mengulangi kekeliruan dengan "memecat" Bimantoro dan mengangkat Chairuddin tanpa persetujuan parlemen.{{fact}} Dan situasi berbalik, Bimantoro menjadi salah satu [[Pion (catur)|pion]] [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|DPR]] dalam perang politiknya melawan Presiden.{{fact}} Bagaimanapun, masa [[bulan madu]] antara Bimantoro dan Presiden memang hanya sebentar. Baru satu bulan menjadi Kapolri, Bimantoro sudah berseberangan pikiran dengan Presiden.{{fact}} Mereka berbeda dalam penanganan gerakan Papua Merdeka. Presiden Gus Dur memperbolehkan pengibaran [[Bendera Bintang Kejora]], simbol [[Organisasi Papua Merdeka]], sedangkan Bimantoro tegas tidak menoleransinya.{{fact}} Perbedaan pendapat itulah yang menurut Kepala Badan Hubungan Masyarakat [[Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia|Mabes Polri]] menjadi awal mula kerenggangan hubungan antara Polri dan Istana.
Baris 33 ⟶ 39:
Pada awal Juni itu, hampir bersamaan waktu dengan pergantian 5 menteri dan Jaksa Agung, Presiden meminta Bimantoro mengundurkan diri.{{fact}} Namun, Bimantoro menolak.{{fact}} Pada tanggal [[2 Juni]] 2001, Presiden melantik [[Inspektur Jenderal Polisi]] Chairuddin Ismail sebagai Wakil Kapolri.<ref>[http://www.tribuneindia.com/2001/20010603/world.htm#5 "Wahid appoints new deputy police chief"]</ref> Yang menarik, jabatan Wakil Kapolri ini sebenarnya telah dihapuskan oleh Presiden sendiri melalui Keppres No. 54/2001 tertanggal [[1 April]] 2001.{{fact}} Kasus ini telah memuncakkan dualisme dalam tubuh kepolisian dan perseteruan Presiden dengan parlemen.{{fact}}
 
Pengangkatan Chairuddin memunculkan penolakan 102 jenderal polisi yang tidak menghendaki ada politisasi di tubuh Polri.{{fact}} Masalah Polri ini semakin berlarut-larut.{{fact}} Bertepatan dengan peringatan [[Hari Bhayangkara]], [[1 Juli]], Presiden mengumumkan pemberhentian Kapolri nonaktif Bimantoro, dan akan menugasi mantan Asisten Operasi Mabes Polri itu sebagai [[Duta Besar]] RI di [[Malaysia]].<ref>[{{Cite web |url=http://www.tempo.co.id/harian/fokus/64/2,1,6,id.html |title="Bimantoro Non-Aktif, Chairuddin Jadi Wakapolri"] |access-date=2012-06-17 |archive-date=2003-08-18 |archive-url=https://web.archive.org/web/20030818183733/http://www.tempo.co.id/harian/fokus/64/2,1,6,id.html |dead-url=yes }}</ref> Beberapa jam kemudian, lagi-lagi Bimantoro menolak. Situasi Mabes Polri semakin panas, apalagi muncul pernyataan sikap para perwira menengah Polri, meminta Bimantoro ikhlas mundur, ditambah lagi berita akan ditangkapnya Bimantoro karena dianggap telah membangkang terhadap perintah Presiden. Bimantoro tidak goyah, dan memaksa Presiden melakukan langkah lebih dramatis. Pada tanggal [[20 Juli]] 2001, dia melantik Chairuddin Ismail resmi sebagai Pejabat Sementara Kapolri, meski dengan bayaran yang mahal. Pelantikan itu memicu krisis politik baru: DPR meminta MPR segera menyelenggarakan [[sidang istimewa]], meski Presiden mengangkat Chairuddin hanya sebagai Pejabat Sementara Kapolri dengan pangkat [[Jenderal Polisi|jenderal penuh bintang 4]].{{fact}} Setelah Presiden Megawati Soekarnoputri dilantik, Chairuddin dicopot dari jabatannya.
 
== Referensi ==