Kadipaten Pakualaman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Antonw29 (bicara | kontrib)
k Perbaikan penambahan tanda baca agar kalimat lebih mudah dipahami. Melengkapi kata yang masih disingkat. Perbaikan ejaan dan partikel.
Nusantara1945 (bicara | kontrib)
Jenis pemerintahan Monarki Kepangeranan (Kadipaten)
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(61 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Former Country
| native_name = {{jav|ꦑꦢꦶꦥꦠꦺꦤ꧀ꦦꦏꦸꦲꦭꦩꦤ꧀}}<br>{{sub|''Kadipatèn Pakualaman''}}
| native_name =ꦤꦒꦫꦶꦦꦏꦸꦄꦭꦩ꧀ꦩꦤ꧀
| conventional_long_name = NagariKadipaten Pakualaman
| common_name = Kadipaten Pakualaman
| continent = Asia
| region = Asia Tenggara
| country = Indonesia
| religion = mayoritas {{ubl|[[Islam]] (resmi)|[[Kejawen]]}}
| p1 = Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
| s1 = Daerah Istimewa Yogyakarta
| year_start = 1813
| year_end = sekarangSekarang
| date_start = 17 Maret
| date_end = 4 Maret 1950
| event_start = Perjanjian 1813
| event_end = Pengundangan UU No. 3 Tahun 1950
| flag_p1 = Bendera Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.png
| flag_s1 = Flag of Yogyakarta.svg
| image_flag = Flag of Pakualaman.svg
| image_coat = Emblem of Pakualaman.svg
| symbol_type = Lambang{{unbulleted list|Lambang|(''Poho'')}}
| image_map = Mataram Baru 1830.png
| image_map_caption = Wilayah Pakualaman pada tahun 1830 pada peta berwarna kuning dan berada di sebelah barat daya.
| capital = [[Pakualaman, Yogyakarta|Kabupaten Kota Pakualaman]]
| common_languagesofficial_languages = [[bahasa Jawa|Jawa]]
| government_type = Monarki[[Kepangeranan]]
| title_leader = Adipati
| leader1 = KGPAA [[Paku Alam I]]
| year_leader1 = 1813-18291813–1829
| leader2 = KGPAA [[Paku Alam VIIIII]]
| year_leader2 = 1938-1950 (status diturunkan); w. 19981829–1858
| leader3 = KGPAA [[Paku Alam IXV]]
| year_leader3 = 1998-20151878–1900
| leader4 = KGPAA [[Paku Alam XVIII]]
| year_leader4 = 2015-sekarang1938–1950 (status diturunkan); w. 1998
| leader5 = KGPAA [[Paku Alam IX]]
| year_leader5 = 1998–2015
| leader6 = KGPAA [[Paku Alam X]]
| year_leader6 = 2015–sekarang
| currency =
| footnotes = ---{{br}}'''Status Politik:'''{{br}}* negara dependen dari EIC (Inggris) (1813-1816){{br}}* negara dependen dari Nederlands Indie (1816-1942){{br}}* negara dependen dari Kekaisaran Jepang (1942-1945){{br}}* negara dependen/daerah istimewa dari Republik Indonesia dengan bentuk monarki persatuan berparlemen (1945-1950){{br}}* Status negara diturunkan secara resmi menjadi status daerah istimewa setingkat dengan provinsi (1950){{br}}
| today = [[Pakualaman, Yogyakarta|Kemantren Pakualaman]], [[Kota Yogyakarta]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], Indonesia<br>[[Kabupaten Kulon Progo]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], Indonesia
}}
 
{{Infobox monarchy|border=Duchy|coatofarms=Emblem of Pakualaman.svg|date=1813|first_monarch=[[Paku Alam I]]|incumbent=[[Paku Alam X]]|native_name=
'''Kadipaten Pakualaman''' ([[Hanacaraka]]: {{Jav|ꦦꦏꦸꦄꦭꦩ꧀ꦩꦤ꧀}}) atau '''Nagari Pakualaman''' adalah [[protektorat|negara dependen]] yang berbentuk kerajaan. Kedaulatan dan kekuasaan pemerintahan negara diatur dan dilaksanakan menurut perjanjian/kontrak politik yang dibuat oleh negara induk bersama-sama negara dependen. Sebagai konsekuensi dari bentuk negara kesatuan yang dipilih oleh Republik Indonesia sebagai negara induk, maka pada tahun [[1950]] status negara dependen Kadipaten Pakualaman (bersama-sama dengan [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]]) diturunkan menjadi [[daerah istimewa]] [[Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta|setingkat provinsi]] dengan nama [[Daerah Istimewa Yogyakarta]].
|realm=[[Pakualaman]]|residence=[[Pura Pakualaman]]|royal_title=[[Adipati]]|type=other|other=Adipati Pakualaman|incumbentsince=7 Januari 2016|image=Wakil Gubernur Yogyakarta, Paku Alam X (2020).jpg
|appointer=[[Hereditas]]|coatofarmscaption=[[Daftar Raja Jawa|Lambang kerajaan]]
|heir_apparent=[[Kusuma Bimantara dari Pakualaman|BPH Kusuma Bimantara]]}}
 
'''Kadipaten Pakualaman''' ({{lang-jv|ꦑꦢꦶꦥꦠꦺꦤ꧀ꦦꦏꦸꦲꦭꦩꦤ꧀|Kadipatèn Pakualaman}}) atau '''Praja Pakualaman''' adalah [[negara vasal]] [[wilayah dependensi|dependen]] dari [[:en:French and British interregnum in the Dutch East Indies|Pemerintah Pendudukan Inggris]] dan kemudian [[Hindia Belanda]], yang berbentuk [[Keadipatian|monarki kadipaten]] [[otonomi|otonom]] di [[Pulau Jawa]] bagian tengah. Kedaulatan dan kekuasaan pemerintahan Pakualaman diatur dan dilaksanakan menurut perjanjian atau kontrak politik yang dibuat oleh negara induk bersama-sama negara dependen. Sama halnya dengan [[Mangkunegaran]], penguasa Pakualaman tidak memiliki otoritas yang sama tinggi dengan [[Kasunanan Surakarta]] dan [[Kasultanan Yogyakarta]]. Penguasanya tidak berhak menyandang gelar [[Susuhunan]] (Sunan) ataupun [[Sultan]], melainkan sebagai Pangeran Miji yang bergelar [[Adipati]].
 
Setelah menyatakan bergabung dengan [[Republik Indonesia]] pada tahun [[1945]] dan sebagai konsekuensi dari bentuk negara kesatuan yang dipilih oleh Republik Indonesia selaku negara induk, maka pada tahun [[1950]] status negara dependen Kadipaten Pakualaman (bersama-sama dengan [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]]) diturunkan menjadi [[daerah istimewa]] [[Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta|setingkat provinsi]] dengan nama [[Daerah Istimewa Yogyakarta]].
 
== Pembentukan ==
'''Kadipaten Pakualaman''' atau Negeri Pakualaman atau Praja Pakualaman didirikan pada tanggal [[17 Maret]] [[1813]], ketika Pangeran Notokusumo, putra dari [[Hamengku Buwono I|Sultan Hamengku Buwono I]] dengan [[Selir Srenggorowati]] dinobatkan oleh [[Gubernur-Jenderal]] [[Sir Thomas Raffles]] (Gubernur Jendral [[Britania Raya]] yang memerintah saat itu) sebagai Kangjeng Gusti Pangeran Adipati<ref>Disingkat KGPA</ref><ref>Penggunaan gelar Kangjeng Gusti Adipati Arya (KGPAA) baru digunakan oleh Paku Alam V</ref> [[Paku Alam I]]. Status kerajaan ini mirip dengan status [[Praja Mangkunagaran]] di [[kota Surakarta|Surakarta]].
 
=== Masa awal ===
Berawal dari pertikaian [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]] di bawah Sri Sultan [[Hamengkubuwana II|Hamengku Buwono II]] (HB II) melawan pemerintahan [[Gubernur jenderal|Gubernur Jenderal]] [[Belanda]] (di bawah pengaruh Prancis semasa Raja Lodewijk Napoleon dari [[Prancis]]) [[Herman Willem Daendels]]. Daendels mengirim pasukannya menyerang [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Kraton Yogyakarta]] pada Desember [[1810]] untuk memadamkan [[pemberontakan Raden Ronggo]] (KAA Ronggo Prawirodirdjo III, bupati [[Kabupaten Madiun|Madiun]] dan penasihat politik HB II) yg akhirnya berakibat penurunan paksa HB II dari tahta. Tampuk kekuasaan dialihkan kepada GRM Soerojo yg diangkat sebagai wali raja (''regent'') dengan gelar Sultan [[Hamengkubuwana III|Hamengku Buwono III]]. Saudara tiri HB II, [[Paku Alam I|Pangeran Notokusumo]] dan putranya [[Notodiningrat]], yang mendukung pemberontakan ini pun ditangkap Belanda di [[Kota Semarang|Semarang]] dan dibawa ke [[Batavia]].
 
Baris 59 ⟶ 72:
Segera setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda-Prancis kepada Inggris, Hamengkubuwana II kembali mengambil alih tahta dari putranya. Kepada pemerintah Inggris Sultan mengusulkan beberapa tuntutan, di antaranya, pembayaran kembali uang ganti rugi daerah pesisiran yang diambil Belanda, Penyerahan makam-makam leluhur, dan diserahkannya Pangeran Natakusuma dan putranya Natadiningrat.
 
Oleh Raffles, HB II dibiarkan dalam kedudukannya dan bahkan diperkuat kedudukannya. Tuntutan Sultan untuk membebaskan kedua kerabatnya dipenuhi. Namun HB II diminta untuk membubarkan Angkatan Bersenjata Kasultanan. Akibat campur tangan Inggris terlalu jauh dalam urusan istana, HB II segera mengadakan perundingan dengan Sunan [[Pakubuwana IV|PakubuwonoSahandhap Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Susuhunan Pakubuwana IV]] dari [[Keraton Surakarta Hadiningrat|Surakarta]] untuk melepaskan diri dari Inggris. HB II secara terang-terangan menentang Inggris dengan menolak pembubaran pasukannya dan justru memperkuat pertahanan di istana serta menambah jumlah milisi bersenjata. Natakusuma dan Kapten Tan Djiem Sing-lah yang memberi tahu kepada Inggris segala rencana Sultan.
 
Dan akibatnya pada [[18 Juni]] [[1812]], pasukan Inggris bersenjata lengkap dipimpin Admiral Gillespie mengepung Kraton Yogyakarta, dibantu oleh [[Legiun Mangkunegaran]] di bawah komando Pangeran Prangwedana. Gillespie segera mengirim ultimatum kepada HB II untuk segera menyerahkan tahta pada Adipati Anom dan menjadikan BPH Natakusuma menjadi ''pangeran mardika''. Sultan HB II dengan tegas enggan memenuhi ultimatum. Sebuah versi lain mengemukakan mulai [[18 Juni]] [[1812]] istana mulai dihujani meriam. Setelah mengepung tiga hari dan mengadakan serangan kilat pada hari terakhir, istana dapat ditaklukkan pada [[20 Juni]] [[1812]]. Versi lain berpendapat mulai 20 Juni 1812 keraton mulai diserang dan pada [[28 Juni]] 1812 istana sepenuhnya dapat dikuasai Inggris. Pada tanggal itu pula Sultan HB II untuk kedua kalinya diberhentikan dan sekali lagi HB III dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta.
 
Akhirnya HB II ditangkap dan dibuang ke [[Pulau Pinang|Pulau Penang]] dan putra mahkotanya RM Suryo dinobatkan sebagai raja penuh bergelar Sultan Hamengku Buwono III (HB III). Peristiwa ini dikenal sebagai '''''GEGER SEPOY''''' oleh orang2masyarakat YogyakartaJogja. (catatan: Sepoy berasal dari kata nama pasukan Inggris yg direkrut dari kaum Sepoy/Sepohi/Sepehi dari [[India]]).
 
Akibat pertempuran tersebut, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat harus menerima konsekuensi, antara lain:
Baris 79 ⟶ 92:
Setelah memerintah selama sekitar 16 tahun Paku Alam I wafat pada tahun [[1829]] dan dimakamkan di [[Kotagede, Yogyakarta|Kotagede]], Yogyakarta. Pendiri Kadipaten Pakualaman ini meninggalkan 11 putra-putri, dan digantikan takhtanya oleh putranya, RT Notodiningrat (Pangeran Suryaningrat), dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Suryaningrat pada [[18 Desember]] [[1829]]. Baru setelah menandatangani ''Politiek Contract'' [[1831]]-[[1832]]-[[1833]] dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda, dia dikukuhkan menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPA) [[Paku Alam II]].
 
=== Masa kemerdekaan ===
Paku Alaman juga dilengkapi dengan sebuah legiun tetapi tidak pernah menjadi legiun tempur yang besar karena selanjutnya hanya berfungsi sebagai seremonial dan pengawal pejabat Kadipaten.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Sultan [[Hamengkubuwana IX]] dan Sri Paduka [[Paku Alam VIII]] mengirimkan ucapan selamat kepada [[Soekarno]]-[[Hatta]] atas kemerdekaan Indonesia dan atas terpilihnya mereka sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Dukungan kedua pemimpin monarki ini semakin kuat kepada republik setelah terbitnya {{ke wikisource|Amanat 5 September 1945}} yang berisikan integrasi monarki Yogyakarta ke dalam Republik Indonesia. Dari peristiwa tersebut, Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman resmi bergabung dalam Republik Indonesia dengan status daerah istimewa setingkat provinsi, di mana pelaksanaannya disahkan pada tahun 1950. Sultan diangkat sebagai Gubernur, dan Sri Paku Alam sebagai Wakil Gubernur.
 
== Wilayah ==
Kadipaten Pakualaman dahulu berkuasa atas wilayah di sekitar [[Pura Pakualaman]] yang telah menjadi bagian dari Kecamatan [[Pakualaman, Yogyakarta|Pakualaman]]. Wilayah lain yang masuk dalam kekuasaan Kadipaten Pakualaman ialah wilayah [[Kabupaten Adikarto]] yang telah menjadi bagian selatan dari Kabupaten Kulon Progo. Kadipaten Pakualaman juga menguasai wilayah Karang Kemuning yang berpusat di Brosot dan mencakup empat distrik, yaitu Galur, Tawangharjo, Tawangsongko, dan Tawangkerto.<ref>{{Cite book|last=Sulistyowati, N. A., dan Priyatmoko, H.|date=2019|url=http://repository.usd.ac.id/37889/1/Ebook_Toponim%20Jogja-.pdf|title=Toponim Kota Yogyakarta|location=Jakarta|publisher=Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=978-623-7092-08-7|pages=320|url-status=live}}</ref> Selain itu, Kadipaten Pakualaman juga diberi kekuasaan atas wilayah [[Parakan, Temanggung|Parakan]] (Kedu), serta sebagian [[Bagelen, Purworejo|Bagelen]] dan [[Klaten]]. Pembagian ini merupakan hasil yang ditetapkan oleh Pemerintah Inggris setelah peristiwa [[Geger Sepehi]].
 
Namun, kekalahan [[Diponegoro]] dalam [[Perang Jawa]] pada 1830 mengakibatkan Kasultanan dan Pakualaman harus menyerahkan wilayah ''mancanagara'' mereka masing-masing kepada pemerintah Belanda. Alhasil, wilayah Pakualaman menjadi sebatas Kabupaten Kota Pakualaman dan Adikarto saja. Adapun Kabupaten Adikarto dihapus pada 1951, dan digabung bersama dengan [[Kulon Progo]] yang saat itu merupakan wilayah Kasultanan Yogyakarta. Wilayah Adikarto mencakup kawasan pesisir kabupaten Kulon Progo saat ini.
 
Setelah penyerahan wilayah ''mancanagara'' pada tahun 1830, Pakualaman menjadi monarki dengan wilayah terkecil dari tiga pecahan Mataram lainnya.
 
== Pemerintahan umum ==
Negeri Paku Alaman, Daerah Pakualaman, Praja Pakualaman, atau Kadipaten Pakualaman adalah nama resmi yang dipergunakan oleh monarki terkecil di Jawa Tengah bagian selatan. Monarki yang didirikan pada tahun 1813 itu, berbentuk Monarki kepangeranan (Principality)<ref>bandingkan dengan bentuk Negara Monaco dan Liechtenstein di Eropa</ref> dan kadipaten (Duchy).<ref>bandingkan dengan bentuk negara Luxemburg di Eropa</ref> Pemerintahan dijalankan oleh Pepatih Pakualaman bersama-sama Residen/Gubernur Hindia Belanda untuk Yogyakarta.
 
Status Pakualaman berganti-ganti seiring dengan perjalanan waktu. Pada 1813-1816 merupakan negara dependen di bawah Pemerintah Kerajaan Inggris India Timur (East Indian). Selanjutnya tahun 1816-1942 merupakan negara dependen Kerajaan Nederland, dengan status '''Zelfbestuurende Landschappen''' Hindia Belanda. Dari 1942 sampai 1945 merupakan bagian dari Kekaisaran Jepang dengan status '''Kooti''' di bawah pengawasan Penguasa Militer Tentara XVI Angkatan Darat.
 
Sebagai kadipaten di bawah Kasultanan maupun Kasunanan, penguasa Pakualaman tidak berhak dimakamkan di [[Pemakaman Imogiri|Astana Imogiri]]. Pakualaman memiliki tempat pemakaman khusus yakni [[Astana Giriganda]] yang berada di kaki bukit Menoreh, di [[Kaligintung, Temon, Kulon Progo|Kalurahan Kaligintung]], [[Temon, Kulon Progo|Kapanewon Temon]], [[Kabupaten Kulon Progo]]. Meski begitu, Giriganda baru dibangun pada masa pemerintahan Paku Alam V, dan baru digunakan sebagai tempat pemakaman Paku Alam V hingga IX. Sedangkam pemimpin sebelumnya dimakamkan di [[Pasarean Mataram|Pasarean Kotagede]].
Mulai tahun 1945, negeri kecil ini bergabung dan menjadi daerah Indonesia. Kemudian dengan Kasultanan Yogyakarta membentuk pemerintahan bersama sampai tahun 1950 saat secara resmi keduanya dijadikan sebuah daerah istimewa, bukan lagi sebagai sebuah negara.
Adipati [[Paku Alam VIII]] menjadi tokoh penting dalam bergabungnya Kadipaten Pakualaman ke dalam Republik Indonesia. Ia juga menjadi pemimpin Pakualaman sekaligus pemimpin dalam trah Mataram Islam dengan masa kekuasaan terlama sepanjang sejarahnya, yakni 61 tahun (1937-1998).
 
== Perekonomian ==
Baris 92 ⟶ 116:
 
== Budaya ==
[[File:Studioportret van Pakoe Alam VII met zijn echtgenote te Jogjakarta, KITLV 183897.tiff|ki|jmpl|Potret Sri Paku Alam VII dan GBRAA Retno Puwoso sebagai ''garwa padmi''. Tampak dirinya dan istri memakai pakaian kebesaran yang terpengaruh gaya Surakarta.]]
Negeri Pakualaman berusaha mengembangkan budaya yang mempunyai ciri berbeda dengan Kesultanan untuk menunjukkan independensi status ''pricipality''-nya. Hal ini dapat dilihat misalnya dari bentuk pakaian tradisional yang dikenakan. Pengembangan budaya ini dimulai sejak [[Paku Alam II]]
 
Negeri Pakualaman berusaha mengembangkan budaya yang mempunyai ciri berbeda dengan Kesultanan untuk menunjukkan independensi status ''pricipality''-nya. Hal ini dapat dilihat misalnya dari bentuk pakaian tradisional yang dikenakan. Pengembangan budaya ini dimulai sejak [[Paku Alam II]].
 
Budaya Jawa gaya Pakualaman merupakan salah satu sub-kebudayaan Jawa yang cukup unik, di mana terdapat ''[[mestizo]]'' atau percampuran antara budaya gaya [[Keraton Surakarta Hadiningrat|Surakarta]] dan [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]] dalam beberapa pakaian, tarian, batik dan gamelan. Pengaruh Surakarta mulai dikembangkan pada masa [[Paku Alam VII]], di mana ia menikah dengan GBRAA Retno Puwoso yang merupakan salah satu anak dari [[Pakubuwana X]], raja Surakarta saat itu.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Tradisi Pakualaman Harus Dipertahankan|url=https://radarjogja.jawapos.com/breaking-news/2015/02/18/tradisi-pakualaman-harus-dipertahankan/|website=jawapos.com|publisher=|access-date=09 Oktober 2022}}</ref>
 
== Pertahanan dan Keamanan ==
Pertahanan secara umum dikendalikan oleh pihak Hindia Belanda. Kadipaten ini diperkenankan memelihara sepasukan kecil yang digunakan untuk memelihara keamanan dan upacara kerajaan yang bernama [[Legiun Pakualaman]]. Pasukan legiun tersebut dibubarkan pada tahun 1892, di masa kepemimpinan [[Paku Alam V]].<ref>{{cite journal |title= Dinamika Legiun Pakualaman Pada Masa Paku Alam V Tahun 1872-1892 | url = http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/ilmu-sejarah/article/viewFile/5617/5363 | first = Annisaul | last = Mahfudhoh | journal = e-journal | year = 2016 | publisher = Universitas Negeri Yogyakarta }}</ref>
 
Masa kini, Kadipaten Pakualaman menyisakan dua prajurit bregada yang bertugas dalam upacara-upacara kadipaten, yakni bregada ''Lombok Abang'' dan bregada ''Plangkir''. Pada hari sabtu Kliwon setiap bulannya, biasanya diadakan upacara ganti duaja atau pergantian giliran bregada untuk berjaga dalam istana.<ref>[https://visitingjogja.jogjaprov.go.id/22163/upacara-ganti-dwaja-bregada-jaga-kadipaten-pakulaman-mendekatkan-puro-pakualaman-dengan-masyarakat/ Upacara Ganti Dwaja Bregada Jaga Kadipaten Pakulaman Mendekatkan Puro Pakualaman Dengan Masyarakat]</ref>
 
== Daftar Adipati Pakualaman ==
{{main|Daftar raja Jawa#MataramKesultanan BaruMataram}}
 
Berikut adalah daftar penguasa Pakualaman:
 
{| width=85% class="wikitable"
! style="background-color:#B9D1FF" width=5% | No.
! style="background-color:#B9D1FF" width=10% | Potret
! style="background-color:#B9D1FF" width=17% | Nama
! style="background-color:#B9D1FF" width=9% | Jangka hidup
! style="background-color:#B9D1FF" width=9% | Awal memerintah
! style="background-color:#B9D1FF" width=9% | Akhir memerintah
! style="background-color:#B9D1FF" width=9% | Keterangan
|-
|align="center" | 1
|align="center" | [[Berkas:Emblem of Pakualaman.svg|100px]]
|align="center" | '''[[Paku Alam I]]'''<br /><small>Pangeran Natakusuma</small>
|align="center" | {{Birth date|1764|3|21|df=y}} – {{Death date and age|1829|10|4|1764|3|21|df=y}}
|align="center" | [[1813]]
|align="center" | [[1829]]
|align="center" | Anak dari [[Hamengkubuwana I]]
|-
|align="center" | 2
|align="center" | [[Berkas:Pangeran Adipati Pakoe Alam II, KITLV 4347 (retouched).jpg|100px]]
|align="center" | '''[[Paku Alam II]]'''<br /><small>Raden Tumenggung Natadiningrat</small>
|align="center" | {{Birth date|1786|6|25|df=y}} – ?
|align="center" | [[1829]]
|align="center" | [[1858]]
|align="center" | Anak dari [[Paku Alam I]]
|-
|align="center" | 3
|align="center" | [[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Pakoe Alam IV van het Prinsdom Pakoe Alam uit Djogjakarta Midden-Java TMnr 60009413.jpg|100px]]
|align="center" | '''[[Paku Alam III]]'''<br /><small>Pangeran Sasraningrat</small>
|align="center" | {{Birth date|1827|12|20|df=y}} – {{Death date and age|1864|10|17|1827|12|20|df=y}}
|align="center" | [[1858]]
|align="center" | [[1864]]
|align="center" | Anak dari [[Paku Alam II]]
|-
|align="center" | 4
|align="center" | [[Berkas:Emblem of Pakualaman.svg|100px]]
|align="center" | '''[[Paku Alam IV]]'''<br /><small>Raden Mas Nataningrat</small>
|align="center" | {{Birth date|1841|10|25|df=y}} – ?
|align="center" | [[1864]]
|align="center" | [[1878]]
|align="center" | Keponakan dari [[Paku Alam III]]
|-
|align="center" | 5
|align="center" | [[Berkas:KITLV A443 - Pakoe Alam V in legeruniform, KITLV 84836.tiff|100px]]
|align="center" | '''[[Paku Alam V]]'''<br /><small>Pangeran Suryadilaga</small>
|align="center" | {{Birth date|1833|6|23|df=y}} – ?
|align="center" | [[1878]]
|align="center" | [[1900]]
|align="center" | Anak dari [[Paku Alam II]]
|-
|align="center" | 6
|align="center" | [[Berkas:Emblem of Pakualaman.svg|100px]]
|align="center" | '''[[Paku Alam VI]]'''<br /><small>Pangeran Natakusuma</small>
|align="center" | {{Birth date|1856|4|9|df=y}} – ?
|align="center" | [[1900]]
|align="center" | [[1902]]
|align="center" | Anak dari [[Paku Alam V]]
|-
|align="center" | 7
|align="center" | [[Berkas:Emblem of Pakualaman.svg|100px]]
|align="center" | [[Dewan Perwalian Pakualaman]]
|align="center" |
|align="center" | [[1902]]
|align="center" | [[1906]]
|align="center" |
|-
|align="center" | 8
|align="center" | [[Berkas:Portrait of Paku Alam VII.tiff|100px]]
|align="center" | '''[[Paku Alam VII]]'''<br /><small>Raden Mas Haryo Surarjo</small>
|align="center" | {{Birth date|1882|12|9|df=y}} – {{Death date and age|1937|12|16|1882|12|9|df=y}}
|align="center" | [[1906]]
|align="center" | [[1937]]
|align="center" | Anak dari [[Paku Alam VI]]
|-
|align="center" | 9
|align="center" | [[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Pangeran Hadipati Hario Praboe Soerjodilogo Pakoe Alam VIII in Javaanse kleding TMnr 10002783.jpg|100px]]
|align="center" | '''[[Paku Alam VIII]]'''<br /><small>Raden Mas Haryo Sularso Kunto Suratno</small>
|align="center" | {{Birth date|1910|4|10|df=y}} – {{Death date and age|1998|9|11|1910|4|10|df=y}}
|align="center" | [[1937]]
|align="center" | [[1998]]
|align="center" | Anak dari [[Paku Alam VII]]
|-
|align="center" | 10
|align="center" | [[Berkas:PakuAlamIX.jpg|100px]]
|align="center" | '''[[Paku Alam IX]]'''<br /><small>Raden Mas Haryo Ambarkusumo</small>
|align="center" | {{Birth date|1938|5|7|df=y}} - {{Death date and age|2015|11|21|1938|5|7|df=y}}
|align="center" | [[1998]]
|align="center" | [[2015]]
|align="center" | Anak dari [[Paku Alam VIII]]
|-
|align="center" | 11
|align="center" | [[Berkas:Paku Alam X di Pura Pakualaman (cropped).jpg|100px]]
|align="center" | '''[[Paku Alam X]]'''<br /><small>Raden Mas Wijoseno Hario Bimo</small>
|align="center" | {{Birth date and age|1962|12|15|df=y}} – sekarang
|align="center" | [[2016]]
|align="center" | petahana
|align="center" | Anak dari [[Paku Alam IX]]
|-
|}
 
== Referensi ==
{{reflist}}
* [[Soedarisman Poerwokoesoemo]] (1984) [[Daerah Istimewa Yogyakarta]]. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
* (1985) Kadipaten Paku Alaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Baris 131 ⟶ 263:
[[Kategori:Kadipaten Pakualaman| ]]
[[Kategori:Sejarah Yogyakarta]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Pakualaman]]