Konten dihapus Konten ditambahkan
Dubaya (bicara | kontrib)
infobox yang panjang membuat gambar tergeser bawah sekali di tampilan web. gambar disembunyikan sementara
 
(79 revisi perantara oleh 40 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{about|kain tradisional Indonesia|maskapai penerbangan|Batik Air|stasiun televisi di Kota Pekalongan|Batik TV}}
{{Infobox clothing type
| name = Batik
| image_file = BatikCollectie IndonesiaNMvWereldculturen, RV-847-81, Batikpatroon, 'Parang sawut', voor 1891.jpg
| image_size =
| caption = Batik dariparang [[Surakarta]]dari diYogyakarta, [[Jawaakhir Tengah]];abad sebelum19 1997M.
| type = ArtSeni Fabrickain
| material = [[Kain]], [[sutra]], [[kapas]]
| location = [[Indonesia]]
}}
{{Infobox intangible heritage
| Image = [[File:Women Making Batik, Ketelan crop.jpg|255px]]
| Caption = Pengrajin batik di [[Jawa]] menggambar pola rumit menggunakan [[canting]] dan [[lilin]] yang disimpan panas dan cair dalam panci kecil yang dipanaskan, pada 27 Juli 2011
| ICH = Batik
| State Party = Indonesia
| Type =
| Domains = Keahlian tradisional, tradisi dan ekspresi lisan, praktik sosial, ritual dan acara perayaan
| ID = 170
| Region = APA
| Year = 2009
| Session = 4
| List = Daftar Perwakilan
| Link = https://ich.unesco.org/en/RL/indonesia-batik-00170
| Below = [[File:Unesco Cultural Heritage logo.svg|100px]]
| Note = Batik tulis dan batik cap
}}
{{Infobox intangible heritage
| Image = [[File:Museum Batik.JPG|255px]]
| Caption = Museum Batik [[Pekalongan]], [[Jawa Tengah]]
| ICH = Pendidikan dan Pelatihan Batik
| State Party = Indonesia
| Type =
| Domains = Keahlian tradisional, tradisi dan ekspresi lisan, praktik sosial, ritual dan acara perayaan
| ID = 318
| Region = APA
| Year = 2009
| Session = 4
| List = Daftar dari Praktik Pengamanan yang Baik
| Link = https://ich.unesco.org/en/BSP/education-and-training-in-indonesian-batik-intangible-cultural-heritage-for-elementary-junior-senior-vocational-school-and-polytechnic-students-in-collaboration-with-the-batik-museum-in-pekalongan-00318
| Below = [[File:Unesco Cultural Heritage logo.svg|100px]]
| Note = Pendidikan dan pelatihan Batik sebagai [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia]] untuk siswa SD, SMP, SMA, SMK dan politeknik, bekerja sama dengan Museum Batik di Pekalongan
}}
{{Budaya Indonesia}}
'''Batik''' ({{lang-jv|([[Hanacaraka]]): ꦧꦛꦶꦏ꧀|Bathik}}) adalah [[kain]] [[Budaya Indonesia|Indonesia]] bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan [[Malam (zat)|malam]] pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan.<ref name=KBBIDaring>{{cite web
 
'''Batik''' adalah [[kain]] [[Budaya Indonesia|Indonesia]] bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan [[Malam (zat)|malam]] pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan.<ref name=KBBIDaring>{{cite web
| last =
| first =
Baris 26 ⟶ 58:
| archive-url = https://web.archive.org/web/20160329093336/http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php
| dead-url = yes
}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Tunggal|first=Aprilia Restuning|last2=Darmaningrum|first2=Kurniawati|last3=Fajri|first3=Rosa Nikmatul|date=2022-12-29|title=PENINGKATAN DAYA SAING UMKM BATIK TULIS LASEM MUSTIKA CANTING MELALUI UPGRADING PRODUK DAN DIGITAL MARKETING|url=https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/al-khidmat/article/view/19856|journal=Al-Khidmat|volume=5|issue=2|pages=82–88|doi=10.15575/jak.v5i2.19856|issn=2654-4431}}</ref> sebagai keseluruhan [[teknik]], [[teknologi]], serta pengembangan [[motif]] dan budaya yang terkait, oleh [[UNESCO]] telah ditetapkan sebagai [[Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi]] (''Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity'') sejak [[2 Oktober]] [[2009]].<ref>[http://www.unesco.org/culture/ich/index.php?RL=00170 UNESCO: Indonesian Batik]</ref> Sejak saat itu, 2 Oktober ditetapkan sebagai [[Hari Batik Nasional]].
 
Teknik seni kain yang mirip batik dapat ditemukan pada berbagai kebudayaan di dunia seperti di [[Nigeria]], [[Tiongkok]], [[India]], [[Malaysia]], [[Sri Lanka]] dan daerah-daerah lain di Indonesia. Batik pesisir Indonesia dari pulau [[Jawa]] memiliki sejarah [[akulturasi]] yang panjang, dengan corak beragam yang dipengaruhi oleh berbagai budaya, serta paling berkembang dalam hal pola, teknik, dan kualitas pengerjaan dibandingkan batik dari daerah lain.
 
Batik telah dianggap oleh masyarakat sebagai ikon budaya penting di Indonesia. Masyarakat Indonesia mengenakan batik sebagai busana kasual dan formal yang dapat digunakan dalam beragam acara.
 
== Etimologi ==
[[Kamus Besar Bahasa Indonesia]] mendefinisikan kata bahasa Indonesia ''batik'' sebagai "kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya melalui proses tertentu."<ref>{{cite web |url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/batik|title=Batik|author=<!--Not stated-->|website=kbbi.kemdikbud.go.id |publisher= Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan}}</ref> Istilah ini diserap dari [[bahasa Jawa]] ''bathik'' ([[aksara Jawa]]: {{lang|jv|ꦧꦛꦶꦏ꧀}}, [[aksara Pegon|Pegon]]: {{lang|jv-Arab|باتيق}}).{{efn|Banyak sumber memberi penjelasan bahwa istilah ''bathik'' sendiri merupakan gabungan dua akar kata, misal ''amba'' "menulis" dan ''titik''.<ref>{{cite journal |last=Trixie|first=Alicia Amaris |title=Filosofi Motif Batik sebagai Identitas Bangsa Indonesia |date=July 2020 |journal=Folio |volume=1|issue=1|pages=1-19 |url=https://journal.uc.ac.id/index.php/FOLIO/article/view/1380}}</ref> Namun begitu penjelasan seperti ini bisa jadi tafsir [[keratabasa]] [[etimologi rakyat|rakyat]] karena kerap tidak memiliki sumber awal yang jelas dan tidak ditemukan dalam kamus Bahasa Jawa seperti ''Baoesastra Djawa''.}} Dalam ''Baoesastra Djawa'', ''bathikan'' juga dapat bermakna "menggambar" atau "menulis".<ref>{{Cite book|last=Poerwadharminta|first=WJS|year=1939|publisher=J. B. Wolters' Uitgevers-Maatschappij N. V. Groningen|place=Batavia|title=Baoesastra Djawa}}</ref> Makna ini dapat dibandingkan dengan pendapat [[Robert Blust]] yang menelusuri akar kata ''bathik'' hingga rekonstruksi [[Bahasa Proto-Austronesia|Proto-Austronesia]] ''*batik'' serta ''*beCik'' dengan makna umum "hiasan" atau "corak."{{sfn|Blust|1995|pp=496}}<ref>{{cite web |last1=Blust |first1=Robert |last2=Trussel |first2=Stephen |title=Austronesian Comparative Dictionary, web edition |url=https://www.trussel2.com/ACD/acd-s_b.htm#29977 |date=2020}}</ref>
Secara etimologi, istilah "batik" berasal dari {{lang-jv|ꦲꦩ꧀ꦧꦛꦶꦏ꧀|ambathik}} yang dihasilkan dari [[Lakuran (linguistik)|lakuran kata]] {{lang|jv|ꦲꦩ꧀ꦧ}} (''amba'') yang berarti "lebar" atau "luas" (merujuk kepada kain), dan {{lang|jv|ꦤꦶꦛꦶꦏ꧀}} (''nithik'') yang berarti "membuat titik" dan kemudian berkembang menjadi istilah {{lang-jv|ꦧꦛꦶꦏ꧀|bathik}}, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar.<ref name=UNESCO/><ref name="Batik"/><ref>{{Cite web|title=Pengertian Batik|url=http://alonabatik.com/berita/detail/pengertian-batik-40287.html#:~:text=Secara%20etimologi%20(cabang%20ilmu%20linguistik,atau%20%E2%80%9Cnitik%E2%80%9D%20berarti%20titik.|access-date=2 January 2021|work=Primus Supriono}}</ref> Kata dalam {{lang-jv|ꦧꦛꦶꦏꦤ꧀|bathikan}} juga dapat bermakna sebagai "menggambar" atau "menulis".<ref>{{Cite book|last=Poerwadharminta|first=WJS|title=Bausastra}}</ref> Istilah ''bathik'' kemudian diserap kedalam [[bahasa Indonesia]] menjadi "batik" dengan menggantikan bunyi huruf "-th" sebagai "-t" dikarenakan orang non-[[suku Jawa|Jawa]] tidak bisa melafalkannya dengan mudah.
 
Di Jawa, kata ''bathik/batik'' baru terekam dalam sumber-sumber tertulis pasca masa Hindu-Buddha, yakni dari abad 16 M ke atas.{{sfn|Langewis & Wagner|1964|pp=16}}{{sfn|Maxwell|2003|pp=325}} Satu-satunya istilah yang mungkin berhubungan dengan batik dalam sumber-sumber [[bahasa Jawa Kuno]] adalah ''tulis warna'' yang diduga setara dengan teknik batik tulis masa kini.{{sfn|Sardjono & Buckley|2022|pp=66}} Di luar Jawa, kata ''batik'' pertama terekam dalam dokumen pengiriman barang tahun 1641 dari kapal pedagang yang berlayar antara [[Batavia]]-[[Bengkulu]].{{sfn|Gittinger|1979|pp=16}}. Istilah batik menjadi lebih banyak diketahui di luar masyarakat Nusantara setelah terbitnya buku ''[[The History of Java]]'' oleh [[Thomas Stamford Raffles]] pada tahun 1817 yang memuat penjelasan proses membatik.{{sfn|Sardjono & Buckley|2022|pp=64}} Di masa kolonial Belanda, sumber Belanda menggunakan sejumlah variasi pengejaan seperti ''mbatik'', ''mbatek'', dan ''batek''.<ref>{{cite web |access-date=2024-08-30 |work=[[Oxford English Dictionary]] |title=batik |url=https://www.oed.com/dictionary/batik_n?tab=factsheet#26282814}}</ref><ref>{{cite web |url=https://www.dictionary.com/browse/batik |title=Batik |website=[[Dictionary.com]] |access-date=2024-08-30 }}</ref>
Dalam [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]], "batik" didefinisikan sebagai kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan lilin (atau dalam {{lang-jv|ꦩꦭꦩ꧀|malam}}) pada kain itu, yang kemudian pengolahannya melalui proses tertentu.<ref>{{cite web |url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/batik|title=Batik|author=<!--Not stated-->|website=kbbi.kemdikbud.go.id |publisher= Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan}}</ref> Jadi, dapat disimpulkan bahwa "batik" dapat merujuk kepada sebuah proses maupun hasil jadi (bersifat bendawi) dari proses tersebut.
<!--DIMOHON AGAR TIDAK MEMASUKKAN KLAIM ARTI KATA TANPA SUMBER SEPERTI BERIKUT Secara etimologi, istilah "batik" berasal dari {{lang-jv|ꦲꦩ꧀ꦧꦛꦶꦏ꧀|ambathik}} yang dihasilkan dari [[Lakuran (linguistik)|lakuran kata]] {{lang|jv|ꦲꦩ꧀ꦧ}} (''amba'') yang berarti "lebar" atau "luas" (merujuk kepada kain), dan {{lang|jv|ꦤꦶꦛꦶꦏ꧀}} (''nithik'') yang berarti "membuat titik" dan kemudian berkembang menjadi istilah {{lang-jv|ꦧꦛꦶꦏ꧀|bathik}}, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar. Batik juga disebut berasal dari Bahasa Melayu Kuno yakni Ba- yang merupakan imbuhan untuk kata kerja dan -tik yakni titik.
Jadi Batik berarti membuat titik. >> Istilah ''bathik'' kemudian diserap kedalam [[bahasa Indonesia]] menjadi "batik" dengan menggantikan bunyi huruf "-th" sebagai "-t" dikarenakan orang non-[[suku Jawa|Jawa]] tidak bisa melafalkannya dengan mudah.
-->
 
== Sejarah teknik batik ==
{{see also|Sejarah batik di Indonesia}}
<!--[[Berkas:Niya batik.jpg|250px|jmpl|Tekstil batik dari [[Niya]] ([[Cekungan Tarim]]), Tiongkok.]]
[[Berkas:Prajnaparamita clothes detail.JPG|jmpl|220px|lurus|ka|Detail ukiran kain yang dikenakan [[Prajnaparamita]], arca yang berasal dari Jawa Timur abad ke-13. Ukiran pola lingkaran dipenuhi kembang dan sulur tanaman yang rumit ini mirip dengan pola batik tradisional Jawa.]]-->
Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan [[Malam (zat)|malam]] atau lilin adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di [[Mesir]] menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus [[mumi]] yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di [[Asia]], teknik serupa batik juga diterapkan di [[Tiongkok]] semasa [[Dinasti T'ang]] (618-907) serta di [[India]] dan [[Jepang]] semasa [[Periode Nara]] (645-794). Di [[Afrika]], teknik yang mirip dengan batik dikenal oleh [[Suku Yoruba]] di [[Nigeria]], serta [[Suku Soninke]] dan [[Wolof]] di [[Senegal]].<ref name="ReferenceA">Nadia Nava, ''Il batik'' - Ulissedizioni - [[1991]] ISBN 88-414-1016-7</ref> Di [[Indonesia]], batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah [[Perang Dunia I]] atau sekitar tahun 1920-an.<ref>[https://www.womanindonesia.co.id/sejarah-batik-di-indonesia-sejak-zaman-kerajaan/ Sejarah Batik Indonesia ]</ref>
 
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. [[Gerret Pieter Rouffaer|G.P. Rouffaer]] berpendapat bahwa teknik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari [[India]] atau [[Srilangka]] pada abad ke-6 atau ke-7.<ref name="ReferenceA"/> Di sisi lain, [[J.L.A. Brandes]] (arkeolog Belanda) dan [[F.A. Sutjipto]] (sejarawan Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti [[Toraja]], [[Flores]], [[Halmahera]], dan [[Papua]]. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.<ref name="books.google.com.my">[http://books.google.com.my/books?id=yJVgQAAACAAJ&dq=iwan+tirta Iwan Tirta, Gareth L. Steen, Deborah M. Urso, Mario Alisjahbana, 'Batik: a play of lights and shades, Volume 1', By Gaya Favorit Press, 1996, ISBN 979-515-313-7, 9789795153139]{{Pranala mati|date=Juni 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan [[Malam (zat)|malam]] atau lilin adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di [[Mesir]] menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus [[mumi]] yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di [[Asia]], teknik serupa batik juga diterapkan di [[Tiongkok]] semasa [[Dinasti T'ang]] (618-907) serta di [[India]] dan [[Jepang]] semasa [[Periode Nara]] (645-794). Di [[Afrika]], teknik seperti batik dikenal oleh [[Suku Yoruba]] di [[Nigeria]], serta [[Suku Soninke]] dan [[Wolof]] di [[Senegal]].<ref name="ReferenceA">Nadia Nava, ''Il batik'' - Ulissedizioni - [[1991]] ISBN 88-414-1016-7</ref> Di [[Indonesia]], batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah [[Perang Dunia I]] atau sekitar tahun 1920-an.<ref>[http://pesonabatik.site40.net/Sejarah_Batik.html Sejarah Batik]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola ''gringsing'' sudah dikenal sejak abad ke-12 di [[Kerajaan Kediri|Kediri]], [[Jawa Timur]]. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat ''[[canting]]'' sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.<ref name="books.google.com.my"/> Detail ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh [[Prajnaparamita]], arca dewi kebijaksanaan Buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detail pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan ''canting'' telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.<ref name="Volkenkunde">{{cite web|url=http://volkenkunde.nl/nl/node/1049|title=Prajnaparamita and other Buddhist deities|publisher=Volkenkunde Rijksmuseum|archiveurl=https://web.archive.org/web/20140502004644/http://volkenkunde.nl/nl/node/1049|archivedate=2 May 2014|accessdate=1 May 2014|url-status=dead}}</ref> Pada perempat terakhir abad ke-13, kain batik dari Jawa telah diekspor ke [[kepulauan Karimata]], [[Siam]], bahkan sampai ke [[Mosul]].<ref>{{Cite book|title=China as a Sea Power, 1127-1368|last=Jung-pang|first=Lo|publisher=Flipside Digital Content Company Inc.|year=2013|isbn=9789971697136|location=|pages=}}</ref>
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. [[Gerret Pieter Rouffaer|G.P. Rouffaer]] berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari [[India]] atau [[Srilangka]] pada abad ke-6 atau ke-7.<ref name="ReferenceA"/> Di sisi lain, [[J.L.A. Brandes]] (arkeolog Belanda) dan [[F.A. Sutjipto]] (sejarawan Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti [[Toraja]], [[Flores]], [[Halmahera]], dan [[Papua]]. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.<ref name="books.google.com.my">[http://books.google.com.my/books?id=yJVgQAAACAAJ&dq=iwan+tirta Iwan Tirta, Gareth L. Steen, Deborah M. Urso, Mario Alisjahbana, 'Batik: a play of lights and shades, Volume 1', By Gaya Favorit Press, 1996, ISBN 979-515-313-7, 9789795153139]</ref>
 
Legenda dalam literatur [[bahasa Melayu|Melayu]] abad ke-17, [[Sulalatus Salatin]] menceritakan [[Laksamana Hang Nadim]] yang diperintahkan oleh [[Sultan Mahmud]] untuk berlayar ke [[India]] agar mendapatkan 140 lembar kain ''serasah'' dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya, kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa.<ref>[http://books.google.com.my/books?id=QYVkAAAAMAAJ&q=hang+nadim+lukis&dq=hang+nadim+lukis Dewan sastera, Volume 31, Issues 1-6 By Dewan Bahasa dan Pustaka]</ref> Oleh beberapa penafsir,<sup>who?</sup> ''serasah'' itu ditafsirkan sebagai batik.
Keberadaan kegiatan Batik tertua berasal dari [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]] yang masih bernama [[Kerajaan Wengker|Wengker]] sebelum abad ke 7, Kerajaan di Jawa Tengah belajar batik dari Ponorogo. Karena itu, batik-batik Ponorogo agak mirip dengan batik yang beredar di Jawa Tengah, hanya saja batik ponorogo batik yang dihasilkan rata-rata berwarna hitam pekat atau biasa disebut batik irengan karena yang dekat dengan unsur-unsur magis. sehinggga dikembangkan oleh kerajaan - kerjaan di Jawa Tengah dan Jogja.<ref>{{Cite web|last=(sha/jun/rio/nji/c6/fat)|first=(sha/jun/rio/nji/c6/fat)|date=2012|title=Batik Jawa Timur|url=https://jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id/2012/10/19/batik-jawa-timur-2/|website=Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur - pusak jawatimuran|access-date=16/08/2021}}</ref>
 
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku ''[[Sejarah Pulau Jawa|History of Java]]'' (London, 1817) tulisan Sir [[Thomas Stamford Raffles]]. Ia pernah menjadi Gubernur Jenderal [[Inggris]] di Jawa. Pada 1873 seorang saudagar Belanda [[Van Rijekevorsel]] memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di [[Rotterdam]] dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di ''[[Exposition Universelle]]'' di [[Paris]] pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.<ref name="ReferenceA"/>
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola ''gringsing'' sudah dikenal sejak abad ke-12 di [[Kerajaan Kediri|Kediri]], [[Jawa Timur]]. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat ''[[canting]]'', sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.<ref name="books.google.com.my"/> Detail ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh [[Prajnaparamita]], arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detail pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan ''canting'' telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.<ref name="Volkenkunde">{{cite web|url=http://volkenkunde.nl/nl/node/1049|title=Prajnaparamita and other Buddhist deities|publisher=Volkenkunde Rijksmuseum|archiveurl=https://web.archive.org/web/20140502004644/http://volkenkunde.nl/nl/node/1049|archivedate=2 May 2014|accessdate=1 May 2014|url-status=dead}}</ref> Pada perempat terakhir abad ke-13, kain batik dari Jawa telah diekspor ke [[kepulauan Karimata]], [[Siam]], bahkan sampai ke [[Mosul]].<ref>{{Cite book|title=China as a Sea Power, 1127-1368|last=Jung-pang|first=Lo|publisher=Flipside Digital Content Company Inc.|year=2013|isbn=9789971697136|location=|pages=}}</ref>
 
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru pun bermunculan, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama, imigran dari Indonesia ke [[Malaysia]] juga membawa batik bersama mereka.
Legenda dalam literatur [[bahasa Melayu|Melayu]] abad ke-17, [[Sulalatus Salatin]] menceritakan [[Laksamana Hang Nadim]] yang diperintahkan oleh [[Sultan Mahmud]] untuk berlayar ke [[India]] agar mendapatkan 140 lembar kain ''serasah'' dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa.<ref>[http://books.google.com.my/books?id=QYVkAAAAMAAJ&q=hang+nadim+lukis&dq=hang+nadim+lukis Dewan sastera, Volume 31, Issues 1-6 By Dewan Bahasa dan Pustaka]</ref> Oleh beberapa penafsir,<sup>who?</sup> ''serasah'' itu ditafsirkan sebagai batik.
 
Sekarang batik sudah berkembang di beberapa tempat di luar Jawa, bahkan hingga ke manca negara. Di Indonesia batik sudah dikembangkan juga di Aceh dengan batik Aceh, batik Cual di Riau, Batik Papua, batik Sasirangan Kalimantan Timur, dan batik Minahasa.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku ''[[Sejarah Pulau Jawa|History of Java]]'' (London, 1817) tulisan Sir [[Thomas Stamford Raffles]]. Ia pernah menjadi Gubernur [[Inggris]] di Jawa semasa [[Napoleon]] menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda [[Van Rijekevorsel]] memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di [[Rotterdam]] dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di ''[[Exposition Universelle]]'' di [[Paris]] pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.<ref name="ReferenceA"/>
 
== Budaya batik ==
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke [[Wilayah persekutuan|Wilayah Persekutuan Malaysia]] juga membawa Batik bersama mereka.
 
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "[[Batik cap|Batik Cap]]" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", di mana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Di berbagai daerah di Indonesia memiliki ciri khas batiknya masing-masing.
Sekarang batik sudah berkembang di beberapa tempat di luar Jawa, bahkan sudah ke manca negara. Di Indonesia batik sudah pula dikembangkan di Aceh dengan batik Aceh, Batik Cual di Riau, Batik Papua, batik Sasirangan Kalimantan, dan Batik Minahasa.
 
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun-temurun sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Motif batik pun akan berbeda sesuai dengan peruntukannya, seperti pada saat acara pernikahan dan lainnya. Bahkan, sampai saat ini beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga [[keraton]] [[Yogyakarta]] dan [[Surakarta]].
== Jenis Batik di Indonesia ==
* [[Batik]]
* [[Batik Kalimantan]]
* [[Batik Papua]]
* [[Batik Maluku]]
* [[Batik Nusa Tenggara]]
* [[Batik Sumatra]]
* [[Batik Bali]]
* [[Batik Cianjur]]
 
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. Batik tidak hanya dikenakan untuk orang tua atau acara formal saja. Saat ini batik sudah tak terhingga corak dan modelnya, dan dapat dikenakan oleh semua kalangan usia dan acara.
== Budaya batik ==
<!--[[Berkas:Sacred Dance Bedhoyo Ketawang A.JPG|jmpl|ka|Batik dipakai untuk membungkus seluruh tubuh oleh penari Tari [[Bedhoyo Ketawang]] di keraton Jawa.]]-->
=== Corak batik ===
{{further|Motif batik}}
Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh budaya lokal dan asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu, misalnya kalangan keraton. Namun, batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh etnis [[Tionghoa]], yang juga memopulerkan corak ''[[Burung foniks|phoenix]]''. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip), benda-benda yang dibawa penjajah (gedung atau kereta kuda), dan warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat karena biasanya masing-masing corak memiliki arti atau lambang masing-masing.
 
== Teknik pembuatan ==
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", di mana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Pembuatan dimulai dengan mencuci kain jadi (kini umumnya [[kain mori]]),{{efn|Proses batik menerapkan rintangan pada kain yang telah ditenun, ini berbeda dengan [[ikat]] yang mana rintangan diterapkan pada benang sebelum ditenun.}} kemudian direndam dan dipukul dengan palu kayu hingga halus. Corak yang diinginkan kemudian digambar dengan pensil dan disalin menggunakan malam panas, umumnya terdisri dari campuran [[paraffin]] atau [[lilin lebah]] dengan resin tumbuhan. Malam berfungsi sebagai rintangan yang mencegah penyerapan warna pada proses pencelupan. Rintangan demikian menghasilkan corak negatif ketika malam disisihkan dari kain tercelup.{{sfn|Trefois|2010}}{{sfn |Elliott |1984|pp=50-59}} Pengerajin dapat membuat corak rumit dengan aneka warna dengan mengulang proses pemberian malam dan pencelupan.
 
[[File:Resist dyeing.svg|thumb|upright=2|center|Prinsip dasar dalam membuat pola batik: corak digambar dengan malam, kain dicelup pewarna, malam disisihkan sehingga tercipta pola negatif pada kain.]]
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga [[keraton]] [[Yogyakarta]] dan [[Surakarta]].
[[Berkas:Skirt from Cirebon, Java, early 20th century, coton, 'tulis' batik.jpg|ka|jmpl|Batik Cirebon bermotif mahluk laut]]
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
 
Malam perintang bisa diterapkan pada kain dengan sejumlah alat, misal canting, cap, dan kuas. {{sfn|Trefois|2010}} Canting adalah alat yang paling dasar dan tradisional, terutama digunakan untuk menulis batik tulis. Penggunaan canting memungkinkan detil pola yang kecil dan halus meski prosesnya menjadi sangat padat karya. Batik cap memungkinkan produksi yang lebih cepat dan efisien namun dengan mengorbankan kehalusan detil.<ref name=UNESCO>{{cite web |title=Indonesia Batik |url=https://ich.unesco.org/en/RL/indonesian-batik-00170 |publisher=UNESCO |access-date=21 October 2019 |archive-date=8 December 2020 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201208025553/https://ich.unesco.org/en/RL/indonesian-batik-00170 |url-status=live }}</ref>{{sfn|Handayani et al|2018|pp=237}}
[[Berkas:Sacred Dance Bedhoyo Ketawang A.JPG|jmpl|ka|Batik dipakai untuk membungkus seluruh tubuh oleh penari Tari [[Bedhoyo Ketawang]] di keraton Jawa.]]
 
=== CorakBatik batiktulis ===
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh [[Tionghoa]], yang juga memopulerkan corak ''phoenix''. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
 
Batik tulis ([[aksara Jawa]]: ꦧꦠꦶꦏ꧀ꦠꦸꦭꦶꦱ꧀; [[aksara Pegon|Pegon]]: باتيق توليس) adalah batik yang polanya digambar menggunakan canting. Kain yang sudah diberi malam akan dicelup pewarna kemudian dijemur. Setelah kering, malam disisihkan dengan cara direbus atau dikerik untuk menghasilkan kontras warna antara bagian kain yang terintang dan tidak terintang. Proses diulang sesuai dengan jumlah warna dan kerumitan pola yang diinginkan.{{sfn|Trefois|2010|pp=99}}{{sfn|Gillow|Sentance|2000|p=135}} Canting tersedia dalam beberapa ukuran dan ada pula yang dapat menghasilkan titik/garis majemuk. Di luar Indonesia, canting dapat memiliki varian bentuk tergantung dari pola-pola yang biasa dibuat.
== Cara pembuatan ==
 
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari [[kapas]] yang dinamakan [[kain mori]]. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti [[sutera]], [[poliester]], [[rayon]] dan bahan sintetis lainnya. [[Motif]] batik dibentuk dengan cairan [[lilin]] dengan menggunakan alat yang dinamakan [[canting]] untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan [[warna]] yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.
<gallery class=center mode=nolines widths="200px" heights="200px" caption="Batik tulis">
File:Tjanting.jpg|Contoh penggunaan canting untuk menggambar malam pada batik tulis.
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Batiksters aan het werk TMnr 20017682.jpg |Pembuatan batik tulis di Yogyakarta
File:Miao batik 苗族蜡染, Guizhou, 2016 (52411662580).jpg|Variasi canting bernama ''ladao'' yang digunakan masyarakat [[suku Miao |Miao]] dari [[Guizhou]]
File:Batik-coloracio.jpg| variasi canting yang digunakan di Sri Lanka untuk garis tebal.
</gallery>
 
=== Batik cap ===
 
Batik cap (aksara Jawa: ꦧꦠꦶꦏ꧀ꦕꦥ꧀; Pegon: باتيق چڤ) adalah batik yang polanya digambar menggunakan cap. Cap memungkinkan pengisian bidang kain dengan lebih cepat dibanding canting dan juga memungkinkan pengulangan pola (dalam kain maupun antar-kain) yang lebih konsisten. Penggunaan cap memungkinkan batik dengan harga lebih murah dibanding batik tulis yang murni menggunakan canti, meski cap tetap perlu keahlian tersendiri untuk menghasilkan produk bagus. Bahan cap dapat bervariasi. Di India abad pertengahan, cap batik cenderung dibuat dair kayu. Cap di Jawa masa kini umumnya menggunakan kabel dan helaian tembaga yang memerlukan keahlian tersendiri untuk dibuat. Sisa proses pencelupan sama dengan batik tulis.<ref name="Ajie 2018">{{cite web |first=Stefanus |last=Ajie |title=Preserving traditional values through stamped batik |url=https://www.thejakartapost.com/life/2018/10/07/preserving-traditional-values-through-stamped-batik.html |publisher=[[The Jakarta Post]] |access-date=2024-08-30 |date=2018-10-18}}</ref>{{sfn|Gillow|Sentance|2000|pp=136–137}}
 
<gallery class=center mode=nolines widths="200px" heights="200px" caption="Batik cap">
 
File:A handmade Batik Cap copper motif printing block.jpg|Contoh cap tembaga yang digunakan di Jawa
File:Printing wax-resin resist for Batik with a Tjap, Yogyakarta, 1996.jpg|Mencap pola di Jawa
File:Bamako Fabric Stamper (26613476748).jpg|Mencap pola di [[Bamako]], [[Mali]]
</gallery>
 
=== Batik lukis ===
 
Batik lukis (aksara Jawa: ꦧꦠꦶꦏ꧀ꦭꦸꦏꦶꦱ꧀; Pegon: باتيق لوكيس) adalah jenis lebih baru yang menggunakan kombinasi alat seperti canting dan kuas layaknya lukisan untuk mengaplikasikan malam. Kuas terutama digunakan untuk menutupi bidang yang luas pada kain. Corak pada batik lukis cenderung tidak memiliki pakem.<ref name="Nafiun">{{cite web |title=Batik Lukis |url=https://www.nafiun.com/2015/03/batik-lukis.html |publisher=www.nafiun.com |access-date=24 January 2021 |archive-date=30 September 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210930011938/https://www.nafiun.com/2015/03/batik-lukis.html |url-status=live }}</ref><!--seems to be an online encyclopedia, i.e. a tertiary source, just about usable-->
 
<gallery class=center mode=nolines widths="200px" heights="200px" caption="Batik lukis">
 
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een batikster tijdens het vervaardigen van een doek met een afbeelding van Rangda TMnr 20018445.jpg |Seorang Pengerajin di [[Yogyakarta]] melukis [[Rangda]] menggunakan malam dan kuas.
File:Woman with brush painting batik Sri Lanka.JPG |Seorang pengerajin di [[Kandy]], [[Sri Lanka]].
</gallery>
 
=== Pewarnaan ===
 
Terlepas dari cara pengapikasian malam, perwarnaan atau pencelupan akan sama. Kain bermalam dicelup dalam bak pewrna sesuai keinginan. Malam kemudian disisihkan dengan dikerik atau direndam air mendidih, yang menyisakan pola negatif pada kain. Sebelum penemuan pewarna sistesis, pencelupan adalah salah satu tahap pembuatan batik yang paling rumit. Pewarna alami, kebanyakan dari tumbuhan, tidak selalu menghasilkan warna yang konsisten. Pengerajin perlu mempertimbangkan bagaimana zat pewarna berinteraksi ketika suatu kain perlu pencelupan majemuk. Banyak pengerajin yang menggunakan resep khusus berdasarkan ketersediaan tumbuhan sekitar. Pewarna alami juga seringkali perlu pencelupan berkali-kali untuk menghasilkan warna pekat sehingga memperlambat proses produksi.{{sfn |Elliott |1984|pp=56-59}} Pewarna sintesis mempermudah proses, namun menghasilkan limbah kimia yang bisa jadi berbahaya bagi lingkungan. Ramah lingkungan menjadi salah salah satu alasan beberapa pengerajin batik tetap menggunakan pewarna alami meski tersedia pilihan sintesis.{{sfn|Handayani et al|2018}}{{sfn|Sumarsono et al|2013}}{{sfn|Trefois|2010}}
 
== Jenis batik ==
<!--[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een batikker aan het werk met een wasstempel TMnr 20018444.jpg|jmpl|219x219px|Pembuatan batik cap.]]
[[Berkas:Siska Yuniati at Taman Siswa, 2012-09-07.jpg|jmpl|Pembuatan batik tulis.]]-->
=== Menurut teknik ===
* [[Batik tulis]] adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
* [[Batik cap]] adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari [[tembaga]]). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
* [[Batik lukis]] adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
 
=== Menurut asal pembuatan ===
 
;Batik Jawa
 
Sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik Jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo, Yogyakarta atau biasa disebut Batik Jogja dan Kota Pekalongan atau yang biasa disebut Batik Pekalongan.
Sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun- temurun. Batik Jawa memunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarenakan motif-motif itu memunyai makna, bukan hanya sekadar gambar, tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik Jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo, Yogyakarta atau biasa disebut Batik Jogja dan Kota Pekalongan atau yang biasa disebut Batik Pekalongan.
 
=== Berdasarkan daerah asal ===
{{col|2}}
* [[Batik Aceh]]
* [[Batik Bali]]
* [[Batik Banyumas]]
* [[Batik Banten]]
* [[Batik Belanda]]
* [[Batik Betawi]]
* [[Batik BesurekCilacap]]
* [[Batik Cianjur]]
* [[Batik Cirebon]]
* [[Batik Jambi]]
* [[Batik Jepara]] / [[Batik Kartini]]
* [[Batik Jepang]]
* [[Batik Jombang]]
* [[Batik Kalimantan]]
* [[Batik Kebumen]]
* [[Batik Kediri]]
* [[Batik Kudus]]
* [[Batik Lasem]]
* [[Batik Madura]]
* [[Batik Malang]]
* [[Batik Maluku]]
* [[Batik Minangkabau]]
* [[Batik Minahasa]]
* [[Batik Nusa Tenggara]]
* [[Batik Papua]]
* [[Batik Pekalongan]]
* [[Batik TegalProbolinggo]] (Tegalan)
* [[Batik Sumatra]]
* [[Batik Solo]]
* [[Batik Yogyakarta]]
* [[Batik Tasik]]
* [[Batik AcehTegal]] (Tegalan)
* [[Batik Cirebon]]
* [[Batik Kebumen]]<ref>[http://lifestyle.kompas.com/read/2015/09/19/135405720/Batik.Kebumen.adalah.Batik.Indonesia.yang.Bersahaja Batik Kebumen adalah Batik Indonesia yang Bersahaja]</ref>
* [[Batik Jombang]]
* [[Batik Banten]]
* [[Batik Tulungagung]]
* [[Batik KediriYogyakarta]]{{end-col}}
* [[Batik Kudus]]
* [[Batik Jepara]] / [[Batik Kartini]]
* [[Batik Brebes]]
* [[Batik Minangkabau]]
* [[Batik Minahasa]]
* [[Batik Belanda]]
* [[Batik Jepang]]
{{end-col}}
 
=== Berdasarkan corak ===
{{col|2}}
* [[Batik KratonBesurek]]
* [[Batik Sudagaran]]
* [[Batik Cuwiri]]
* [[Batik Gedog]]
* [[Batik Jlamprang]]
* [[Batik Kawung]]
* [[Batik Kraton]]
* [[Batik Petani]]
* [[Batik Tambal]]
* [[Batik Sida Mukti]]
* [[Batik Sekar Jagad]]
* [[Batik Pringgondani]]
* [[Batik KawungSekar Jagad]]
* [[Batik Sida Luhur]]
* [[Batik Sida Asih]]
* [[Batik Semen Rama]]
* [[Batik JlamprangSida Asih]]
* [[Batik GedogSida Luhur]]
* [[Batik Sida Mukti]]
* [[Batik Sudagaran]]
* [[Batik Tambal]]
* [[Batik Galaran]]
* [[Batik Andaindi]]
* [[Batik Cebong Punggul]]
* [[Batik Cebong Kumpul]]
* [[Batik Blarak Sineret]]
* [[Batik Lar Bruntal]]
* [[Batik Buntal Gabahan]]
* [[Batik Rujak Sente]]
* [[Batik Ladrang Manis]]
* [[Batik Mangrove]]
* [[Batik Kembang]]
* [[Batik Ambiring]]
 
 
 
{{end-col}}
 
== Galeri ==
<gallery>
Berkas:Vrouw maakt batik tulis te Yogyakarta, KITLV D13315 KITLV D13315.tiff|Perempuan pembuat batik tulis di Yogyakarta, 1979.
Berkas:Vrouw maakt batik toelis te Jogjakarta KITLV 182615.tiff|Perempuan pembuat batik tulis di Yogyakarta, sekitar 1930.
Berkas:Indonesian_Batik_painting_representing_Rama-Sinta_wayang_figures.jpg|Lukisan Batik menggambarkan tokoh wayang Rama dan Sinta
Berkas:Batik Tiga Negeri Lasem Tulis.jpg|Batik Tiga Negeri
Berkas:Batik Jawa Hokokai Pekalongan Tulis.jpg|[[Batik Jawa Hokokai]], 1942-1945
Baris 149 ⟶ 239:
Berkas:Batik Buketan Pekalongan Tulis 2.jpg|Batik Buketan
Berkas:Batik Lasem Tulis.jpg|Batik Lasem
Berkas:WBMMotif Brigita3batik jmbg (1).jpgJPG|Batik MinahasaJombang
</gallery>
 
== Lihat pula ==
{{col|2}}
=== Merk ===
* [[Batik Keris]]
* [[Batik Arjuna Weda]]
* [[Batik Kendil]]
 
=== Tokoh ===
* [[Iwan Tirta]]
Baris 186 ⟶ 271:
* [[Museum Ullen Sentalu]]
* [[Museum Batik Pekalongan]]
 
===Seniman ===
* [[Amri Yahya]]
* [[Harris Riadi]]
 
=== Busana khas terbuat dari batik ===
Baris 204 ⟶ 293:
* [[Akar wangi]]
{{end-col}}
 
==Catatan==
{{notelist}}
 
== Referensi ==
Baris 209 ⟶ 301:
 
== Daftar pustaka ==
* {{Cite journal |last=Blust |first=Robert |date=December 1995 |title=The Prehistory of the Austronesian-Speaking Peoples: A View from Language |journal=Journal of World Prehistory |volume=9 |issue=4 |pages=453–510 |doi=10.1007/BF02221119 |url=https://zorc.net/rdzorc/AUSTRONESIAN/Blust%20-%201995%20-%20Prehistory%20of%20Austronesian%20Peoples%20-%20JWP%209-4%20p%20453-510.pdf}}
* Doellah, H.Santosa. (2003). ''Batik: The Impact of Time and Environment'', Solo: Danar Hadi. {{ISBN|979-97173-1-0}}
* Elliott, Inger McCabe. (1984) ''Batik: fabled cloth of Java'' photographs, Brian Brake ; contributions, Paramita Abdurachman, Susan Blum, Iwan Tirta ; design, Kiyoshi Kanai. New York: Clarkson N. Potter Inc., {{ISBN|0-517-55155-1}}
* Fraser-Lu, Sylvia.(1986) ''Indonesian batik: processes, patterns, and places'' Singapore: Oxford University Press. {{ISBN|0-19-582661-2}}
* Gillow, John; Dawson, Barry. (1995) ''Traditional Indonesian Textiles''. Thames and Hudson. {{ISBN|0-500-27820-2}}
* {{cite book |last=Gittinger |first=Mattiebelle |year=1979 |title=Splendid Symbols: Textiles and Tradition in Indonesia |place=Singapore |publisher=Oxford University Press |ref={{sfnref |Gittinger |1979}}}}
* {{cite book |last1=Langewis |first1=Laurens |last2=Wagner |first2=Frits A. |year=1964 |title=Decorative Art in Indonesian Textiles |place=Amsterdam |publisher=CPJ van der Peet |ref={{sfnref |Langewis & Wagner |1964}}}}
* {{cite book |last=Maxwell |first=Robyn |year=2003 |title=Textiles of Southeast Asia: Tradition, Trade and Transformation |place=Singapore |publisher=Periplus |ref={{sfnref |Maxwell |2003}}}}
* {{cite book |last=Nava |first=Nadia |year=1991 |title=Il batik: come tingere e decorare i tessuti diegnando con la cera |place= |publisher=Ulisse |ref={{sfnref |Nava |1991}} |isbn=88-414-1016-7}}
* QuaChee & eM.K. (2005) ''Batik Inspirations: Featuring Top Batik Designers''. {{ISBN|981-05-4447-2}}
* Raffles, Sir Thomas Stamford. (1817) ''History of Java'', Black, Parbury & Allen, London.
* {{cite journal |last1=Sardjono |first1=Sandra |last2=Buckley |first2=Christopher |title=A 700-years old blue-and-white batik from Indonesia |ref={{sfnref |Sardjono & Buckley |2022}} |journal=Fiber, Loom and Technique: The Journal of the Tracing Patterns Foundation|year=2022 |volume=1 |pages=64–78 |url=https://fltjournal.libraryhost.com/index.php/flt/article/view/7/6}}
* Sumarsono, Hartono; Ishwara, Helen; Yahya, L.R. Supriyapto; Moeis, Xenia (2013). ''Benang Raja: Menyimpul Keelokan Batik Pesisir''. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. {{ISBN|978-979-9106-01-8}}.
* {{cite book |last1=Sumarsono |first1=Hartono |last2=Ishwara |first2=Helen |last3=Yahya |first3=L.R. Supriyapto |last4=Moeis |first4= Xeni |year=2016 |title=Batik Garutan: Koleksi Hartono Sumarsono |place=Jakarta |publisher=Kepustakaan Populer Gramedia |isbn=978-602-6208-09-5 |ref={{sfnref |Sumarsono et al |2016}}}}
* Tirta, Iwan; Steen, Gareth L.; Urso, Deborah M.; Alisjahbana, Mario. (1996) "Batik: a play of lights and shades, Volume 1", Indonesia: Gaya Favorit. {{ISBN|979-515-313-7}}, {{ISBN|978-979-515-313-9}}
* {{cite book |last1=Sumarsono |first1=Hartono |last2=Ishwara |first2=Helen |last3=Yahya |first3=L.R. Supriyapto |last4=Moeis |first4=Xeni |year=2013 |title=Benang Raja: Menyimpul Keelokan Batik Pesisir |place=Jakarta |publisher=Kepustakaan Populer Gramedia |isbn=978-979-9106-01-8 |ref={{sfnref|Sumarsono et al|2013}}}}
* Nadia Nava, ''Il batik'' - Ulissedizioni - 1991 {{ISBN|88-414-1016-7}}
* {{cite book |last1=Tirta |first1=Iwan |last2=Steen |first2=Gareth L. |last3=Urso |first3=Deborah M.|last4=Alisjahbana |first4=Mario |year=1996 |title=Batik: a play of lights and shades, Volume 1|place=Indonesia |publisher=Gaya |isbn=978-979-515-313-9 |ref=none}}
 
=== BacaanPustaka lanjutanlainnya ===
* [[Victor Pogadaev|Pogadaev, Victor]] (2002). "The Magic of Batik" in "Vostochnaya Kollektsiya" (Oriental Collection), Spring 2002, p.&nbsp;71-74.
 
== Pranala luar ==
{{commonscat}}
* {{id}} [http://fraktal.bandungfe.net Batik Fraktal Kontemporer]
* [http://fraktal.bandungfe.net Batik Fraktal Kontemporer]
* {{id}} [http://www.kotaserang.com/2013/08/batik-banten-seni-budaya-lokal-yang-mendunia.html Batik Banten: Seni budaya lokal yang mendunia]
*[https://www.pameranlawan.com/2023/06/cara-memakai-kain-batik-yang-lagi-trend.html Cara Memakai Kain Batik]
 
* [http://www.kotaserang.com/2013/08/batik-banten-seni-budaya-lokal-yang-mendunia.html Batik Banten: Seni budaya lokal yang mendunia]
* {{en}} [https://www.youtube.com/watch?v=wylWYSHkzoQ&ab_channel=UNESCO Indonesian Batik] - UNESCO: Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity - 2009
{{Batik}}
{{Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia di Indonesia}}
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Batik| ]]
[[Kategori:Karya AgungMahakarya Warisan Budaya OralLisan sertadan NonbendawiTakbenda Manusia]]
[[Kategori:Reka cipta Indonesia]]