Oemar Said Tjokroaminoto: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: halaman dengan galat kutipan |
|||
(57 revisi perantara oleh 37 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
| image = HOS Tjokroaminoto, 20 Mei Pelopor 17 Agustus, p43.jpg
| caption = Hadji Oemar Said Tjokroaminoto
| birth_date = {{birth date|
| birth_place = [[
| death_date = {{death date and age|1934|12|17|
| death_place = [[Yogyakarta]], [[Hindia Belanda]]
| party = {{Parpolicon|PSII}}
| alma_mater = [[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren]]
| occupation = Pendiri sekaligus ketua pertama organisasi [[Sarekat Islam]], guru [[Soekarno]], [[Semaoen]], [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo]], [[Alimin]], [[Musso]], dan [[Tan Malaka]]
| children = [[Siti Oetari]]<br />[[Anwar Tjokroaminoto|Oetarjo Anwar Tjokroaminoto]]<br />[[Harsono Tjokroaminoto]]<br />[[Siti Islamiyah]]<br />[[Ahmad Suyud]]
| spouse = Suharsikin
| relations = [[Soekarno]] (
}}
[[Raden Mas]] [[Haji (gelar)|Haji]] '''Oemar Said Tjokroaminoto''' (Ponorogo, {{lahirmati||16|8|1882||17|12|1934}}),<ref name="PranadipaMahawira"/> lebih dikenal di Indonesia sebagai '''H.O.S. Tjokroaminoto''', adalah seorang [[nasionalis]] Indonesia. Ia menjadi salah satu pemimpin [[Sarekat Dagang Islam]], yang didirikan oleh [[Samanhudi]], yang menjadi Sarekat Islam, yang mereka dirikan bersama.<ref name="Tarling1999"/><ref name="KeatGinOoiTarling2004"/>
== Kehidupan pribadi ==▼
Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat wedana Kleco, [[Kabupaten Magetan|Magetan]] pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati [[Ponorogo]],
Setelah lulus dari sekolah rendah, ia melanjutkan pendidikannya di sekolah pamong praja [[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren|''Opleiding School voor Inlandsche Ambtrnaren'']] (OSVIA) di [[Kota Magelang|Magelang]]. Setelah lulus, ia bekerja sebagai juru tulis patih di [[Ngawi, Ngawi|Ngawi]]. Tiga tahun kemudian, ia berhenti. Tjokromaninoto pindah dan menetap di [[Kota Surabaya|Surabaya]] pada 1906. Di [[Kota Surabaya|Surabaya]], ia bekerja sebagai juru tulis di firma Inggris Kooy & Co dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kejuruan ''Burgerlijk Avondschool'', jurusan Teknik Mesin.<ref>{{Cite journal|last=Achdian|first=Andi|date=2017-08-28|title=Sarekat Islam sebagai Kelanjutan Boedi Oetomo|url=http://jurnal.masyarakatsejarawan.or.id/index.php/js/article/view/51|journal=Jurnal Sejarah|language=id|volume=1|issue=1|pages=30–51|doi=10.26639/js.v1i1.51|issn=2581-2394|access-date=2020-01-20|archive-date=2019-12-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20191222150023/http://jurnal.masyarakatsejarawan.or.id/index.php/js/article/view/51|dead-url=yes}}</ref>▼
Salah satu trilogi darinya yang termasyhur adalah ''Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat''. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan. Dari berbagai muridnya yang paling ia sukai adalah [[Soekarno]] hingga ia menikahkan Soekarno dengan anaknya yakni [[Siti Oetari]], istri pertama [[Soekarno]]. Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah "Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti [[wartawan]] dan bicaralah seperti [[orator]]". Perkataan ini membius murid-muridnya hingga membuat Soekarno setiap malam berteriak belajar pidato hingga membuat kawannya, [[Muso]], [[Alimin]], [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo|S.M. Kartosuwiryo]], [[Darsono]], dan yang lainnya terbangun dan tertawa menyaksikannya.<ref>{{Cite web|date=2022-11-28|title=HOS Tjokroaminoto, Guru Bangsa bergelar Raja Jawa Tanpa Mahkota yang Lahir di Ponorogo dan Cucu Bupati Ponorogo {{!}} Pemerintah Kabupaten Ponorogo|url=https://ponorogo.go.id/2022/11/28/hos-tjokroaminoto-guru-bangsa-bergelar-raja-jawa-tanpa-mahkota-yang-lahir-di-ponorogo-dan-cucu-bupati-ponorogo/|website=ponorogo.go.id|language=en-US|access-date=2023-10-17}}</ref>▼
▲== Kehidupan pribadi ==
▲Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat wedana Kleco, [[Kabupaten Magetan|Magetan]] pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati [[Ponorogo]] menantu dari R.M. Mangoensoemo yang merupakan wakil bupati Ponorogo.[https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/02/142628879/oemar-said-tjokroaminoto-kehidupan-peran-dan-gerakan-islam?page=all#:~:text=Tjokroaminoto%20lahir%20di%20Ponorogo%2C%2016,.%20Tjokronegoro%20(Bupati%20Ponorogo).]
== Pembentukan serikat Islam ==
▲Setelah lulus dari sekolah rendah, ia melanjutkan pendidikannya di sekolah pamong praja di [[Kota Magelang|Magelang]]. Setelah lulus, ia bekerja sebagai juru tulis patih di Ngawi. Tiga tahun kemudian, ia berhenti. Tjokromaninoto pindah dan menetap di Surabaya pada 1906. Di Surabaya, ia bekerja sebagai juru tulis di firma Inggris Kooy & Co dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kejuruan ''Burgerlijk Avondschool'', jurusan Teknik Mesin.<ref>{{Cite journal|last=Achdian|first=Andi|date=2017-08-28|title=Sarekat Islam sebagai Kelanjutan Boedi Oetomo|url=http://jurnal.masyarakatsejarawan.or.id/index.php/js/article/view/51|journal=Jurnal Sejarah|language=id|volume=1|issue=1|pages=30–51|doi=10.26639/js.v1i1.51|issn=2581-2394}}</ref>
=== Sarekat Dagang Islam ===
Bergelar ''De Ongekroonde van Java'' atau "Raja Jawa Tanpa Mahkota" oleh Belanda, Tjokroaminoto adalah salah satu pelopor pergerakan di [[indonesia]] dan sebagai guru para pemimpin-pemimpin besar di [[Indonesia]]. Berangkat dari pemikirannya pula yang melahirkan berbagai macam [[ideologi]] bangsa Indonesia pada saat itu. Rumahnya sempat dijadikan rumah kost para pemimpin besar untuk menimbah ilmu padanya, yaitu [[Semaoen]], [[Alimin]], [[Muso]], [[Soekarno]], [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo]], bahkan [[Tan Malaka]] pernah berguru padanya. Ia adalah orang yang pertama kali menolak untuk tunduk pada [[Belanda]]. Setelah ia meninggal pada tahun 17 Desember 1934 , lahirlah warna-warni pergerakan Indonesia yang dibangun oleh murid-muridnya, yakni kaum [[sosialis]]/[[komunis]] yang dianut oleh [[Semaoen]], [[Muso]], [[Alimin]]. [[Soekarno]] yang [[nasionalis]], dan [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo]] yang [[Islam]] merangkap sebagai sekretaris pribadi. Namun, ketiga muridnya itu saling berselisih menurut paham masing-masing. Pengaruh kekuatan [[politik]] pada saat itu memungkinkan para pemimpin yang sekawanan itu saling berhadap-hadapan hingga terjadi [[Peristiwa Madiun 1948|Pemberontakan Madiun 1948]] yang dilakukan [[Partai Komunis Indonesia]] karena memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" yang dipimpin [[Muso]]. Dengan terpaksa Presiden Soekarno mengirimkan pasukan elite [[TNI]] yakni [[Divisi Siliwangi]] yang mengakibatkan "abang", sapaan akrab Soekarno kepada Muso, pemimpin Partai komunis pada saat itu tertembak mati pada 31 Oktober 1948. dilanjutkan oleh [[Negara Islam Indonesia]](NII) yang dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo dan akhirnya hukuman mati yang dijatuhkan oleh Soekarno kepada kawannya [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo]] pada 12 September 1962. Pada bulan Mei [[1912]], HOS Tjokroaminoto mendirikan [[organisasi]] [[Sarekat Islam]] yang sebelumnya dikenal [[Serikat Dagang Islam]] dan terpilih menjadi ketua.▼
Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) atau Serikat Buruh Islam, pada akhir tahun 1905, di Surakarta. Tjokroaminoto diminta menyiapkan peraturan yang diperlukan organisasi dan menangani kepengurusannya. Akta tersebut dibuat dan disahkan di Notaris di Surabaya pada tanggal 10 September 1906.
=== Sarekat Islam ===
▲Salah satu trilogi darinya yang termasyhur adalah ''Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat''. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan. Dari berbagai muridnya yang paling ia sukai adalah [[Soekarno]] hingga ia menikahkan Soekarno dengan anaknya yakni [[Siti Oetari]], istri pertama [[Soekarno]]. Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah "Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti [[wartawan]] dan bicaralah seperti [[orator]]". Perkataan ini membius murid-muridnya hingga membuat Soekarno setiap malam berteriak belajar pidato hingga membuat kawannya, [[Muso]], [[Alimin]], [[S.M Kartosuwiryo]], [[Darsono]], dan yang lainnya terbangun dan tertawa menyaksikannya.
Atas saran Tjokroaminoto, kata perdagangan dalam nama organisasi tersebut dihapus dan SDI menjadi [[Sarekat Islam]] (SI) atau Persatuan Islam. Ketuanya adalah H. Samanhudi, sedangkan Tjokroaminoto menjadi ketuanya. Beberapa hari kemudian, undang-undangnya dikirim ke Gubernur Jenderal untuk disahkan menjadi lembaga hukum.
Sebuah komite pusat dibentuk dengan Samanhudi sebagai ketua dan Tjokroaminoto sebagai wakil ketua. Dalam menjelaskan tujuan organisasinya, Tjokroaminoto menyatakan SI tidak akan menentang pemerintah Hindia Belanda. Demi kepentingan organisasi, ia dan pengurus lainnya menemui Gubernur Jenderal saat itu [[Alexander Willem Frederik Idenburg]] pada tanggal 29 Maret 1913. Idenburg menyatakan bahwa demi kepentingan umum ([[Bahasa Belanda|Belanda]]: ''algemeen belang''), pengesahan SI tidak dapat diberikan, namun serikat Islam setempat dapat diberikan status badan hukum.
Tjokro meninggal di Yogyakarta, Indonesia, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun. Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, [[Yogyakarta]], setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI di [[Banjarmasin]].▼
Keanggotaan SI meningkat pesat, menjadi sekitar dua setengah juta.
=== Sarekat Islam Pusat ===
Karena pesatnya perkembangan serikat Islam lokal, maka perlu dibentuk serikat Islam pusat yang mengkoordinasikannya. Pada tahun 1915, Sarekat Islam Pusat atau Centraal Sarekat Islam (CSI) didirikan dengan Tjokroaminoto sebagai ketuanya, [[Abdoel Moeis]] sebagai wakil ketuanya, dan [[Samanhudi|Samanhoedi]] sebagai ketua kehormatan. Sejak itu, Tjokroaminoto terus menjadi ketua atau anggota pengurus SI hingga kematiannya.
Kongres nasional CSI yang pertama sekaligus kongres SI yang ketiga pada masa kepemimpinannya diadakan di Bandung pada bulan Juni 1916. Penggunaan kata nasional menandakan persoalan yang disuarakan Tjokroaminoto, yaitu perlunya persatuan seluruh rakyat Indonesia. SI memperoleh pengakuan atas kekuasaannya dengan dilantiknya Tjokroaminoto dan Abdoel Moeis sebagai anggota [[Volksraad]] yang baru dibuka pada tahun 1918.
SI di bawah Tjokroaminoto berkembang, namun muncul pertentangan dari dalam, sementara kepercayaan pemerintah kolonial menurun. Tantangan terberat datang dari faksi [[Marxisme|Marxis]]/[[Leninisme|Leninis]] pimpinan [[Semaoen|Semaun]] yang berhadapan dengan Tjokroaminoto. Akhirnya faksi Marxis–Leninis pecah dan membentuk SI-Merah (“SI-Merah”), yang kemudian bergabung dengan [[Partai Komunis Indonesia]].
Pada tahun 1921, Tjokroaminoto ditangkap atas tuduhan pembunuhan oleh SI-afd. B di Cimareme, [[Kabupaten Garut|Garut]], [[Jawa Barat]]. Dia dibebaskan sekitar 9 bulan kemudian tanpa pengadilan pada bulan Agustus 1922.
=== Partai Sarekat Islam ===
CSI menjadi lemah, dan namanya diubah menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) pada bulan Februari 1923. Tjokroaminoto melakukan upaya untuk mempersatukan kelompok luar Jawa. Setelah serangan propaganda dilancarkan, pemberontakan terjadi dimana-mana, hingga ia dan Abdoel Moeis dilarang mengunjungi beberapa daerah. Pada saat itu, Pan-Islamisme dilancarkan. Tjokroaminoto dan [[Mas Mansoer]] menunaikan ibadah haji.
Usulan politik hijrah atau “migrasi” dengan sikap tidak kooperatif terhadap pemerintah kolonial akhirnya diterima Kongres, yang menyebabkan penolakan Tjokroaminoto ketika ia akan terpilih menjadi anggota Volksraad pada tahun 1927. Sebuah Komite Ulama juga didirikan untuk membahas tafsir Al-Quran kontroversial Tjokroaminoto pada tahun 1928.
=== Partai Syarikat Islam Indonesia ===
Kemudian PSI diubah menjadi Partai Persatuan Islam Indonesia atau [[Partai Syarikat Islam Indonesia]] (PSII) pada awal tahun 1929. Terjadi konfrontasi antara [[Soekiman Wirjosandjojo|Soekiman]] yang nasionalis dan Tjokroaminoto yang religius yang menyebabkan keluarnya Soekiman untuk membentuk partai baru, Partai Islam Indonesia.
== Wafat ==
▲Tjokro meninggal di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], Indonesia, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun. Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, [[Yogyakarta]], setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI di [[
== Gelar "Raja Jawa Tanpa Mahkota" ==
▲
Namun, ketiga muridnya itu saling berselisih menurut paham masing-masing. Pengaruh kekuatan [[politik]] pada saat itu memungkinkan para pemimpin yang sekawanan itu saling berhadap-hadapan hingga terjadi [[Peristiwa Madiun 1948|Pemberontakan Madiun 1948]] yang dilakukan [[Partai Komunis Indonesia]] karena memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" yang dipimpin [[Muso]]. Dengan terpaksa Presiden Soekarno mengirimkan pasukan [[TNI]] yakni [[Divisi Siliwangi]] yang mengakibatkan "abang", sapaan akrab [[Soekarno]] kepada [[Musso|Muso]], pemimpin Partai komunis pada saat itu tertembak mati pada 31 Oktober 1948.
Pemberontakan kemudian dilakukan oleh [[Negara Islam Indonesia]] (NII) yang dipimpin oleh [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo|S.M. Kartosuwiryo]] dan akhirnya hukuman mati yang dijatuhkan oleh [[Soekarno]] kepada kawannya [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo]] pada 12 September 1962.
== Lihat pula ==
* [[Tokoh Indonesia]]
==
* Dalam film ''[[Soekarno (film)|Soekarno]]'' (2013), Tjokroaminoto diperankan oleh [[Rukman Rosadi]].
* Dalam film ''[[Tjokroaminoto: Guru Bangsa]]'' (2015), Tjokroaminoto diperankan oleh [[Reza Rahadian]].
* Dalam film ''[[Tjokroaminoto: Guru Bangsa]]'' (2015), Tjokroaminoto (kecil) diperankan oleh [[Christoffer Nelwan]].
* Dalam film ''[[Buya Hamka (film)|Buya Hamka]]'' (2023), Tjokroaminoto diperankan oleh [[Reza Rahadian]].
== Polemik
Tempat kelahiran Tjokroaminoto menuai Polemik karena terdapat dua versi, yakni di Ponorogo dan Madiun. Bila di Ponorogo Tjokroaminoto lahir di [[Tegalsari, Jetis, Ponorogo|Tegalsari]] sedangkan di [[Kota Madiun|Madiun]] sendiri terdapat dua tempat yakni Bakur dan Bukur. Namun tempat lahir Tjokroaminoto yang diakui adalah yang di Ponorogo setelah melalui penelitian dan berbagai literasi buku sejarah seperti Buku Sejarah Sarekat Islam dan Pendidikan Bangsa,
Selain itu telah disahkannya sebuah Jalan HOS Cokroaminoto di Ponorogo yang diajukan Bupati Ponorogo, [[Ipong Muchlissoni|Ipong Muchlisoni]] kepada Pemerintah Pusat
Sedangkan nama Cokroaminoto di Kota Madiun dijadikan nama jalan yang legendaris . Terdapat juga sebuah lembaga pendidikan di Kota Madiun yang terkenal memakai namanya. Serta oleh-oleh khas dan favorit, Bluder Cokro.
Tjokroaminoto diangkat menjadi Pahlawan Nasional oleh Presiden Indonesia [[Soekarno]] pada tahun 1961 berdasarkan Nomer Surat Keputusan SK/590/Tahun/1961 pada tanggal 09 November 1961, dengan biodata sebagai berikut ini sebagaimana tercatat dalam Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial, Kementrian Sosial Republik Indonesia<ref>Album 97 Pahlawan Indonesia, Jakarta Departemen pendidikan dan Budaya, 30 Nopember 1987
Nama : Haji Umar Said Cokroaminoto▼
Nomer Surat Keputusan Presiden terkait pahlawan nasional SK/590/Tahun/1961 pada tanggal 09 November 1961
Lahir : Ponorogo, 1883▼
No. 27
Wafat : Yogyakarta, 17 Desember 1934▼
Nama : HOS Tjokroaminoto
▲Lahir : Ponorogo, 16 Agustus 1883
Wafat : 17 Desember 1934</ref>
Lahir: Ponorogo, 16 Agustus 1883
== Referensi ==
{Amelz, HOS Tjokroaminoto Hidup dan Perjuangannya Jilid II (Jakarta: Bulan Bintang, 1952)}
== Bacaan lebih lanjut ==
* Mirnawat. ''Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap''. Cerdas Interaktif, 2012.
{{Pahlawan Indonesia}}
{{DEFAULTSORT:Tjokroaminoto, Oemar}}
[[Kategori:Meninggal usia 52]]▼
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Ideolog Indonesia]]
[[Kategori:Pendiri partai politik]]
[[Kategori:Politikus Hindia Belanda]]
[[Kategori:Tokoh pejuang yang dibuang]]
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Ponorogo]]
[[Kategori:Keluarga Tjokroaminoto]]
[[Kategori:Syarikat Islam Indonesia]]
|