Wayang sadat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5 |
|||
(8 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 7:
== Etimologi ==
Secara [[
== Refleksi Tauhid ==
Baris 19:
* Iman Kepada Kitab Tuhan
Umat Islam percaya bahwa dogma yang tersurat dalam [[Al-Qur'an]] merupakan firman Allah SWT. Oleh karena itu, umat Islam ditekankan untuk mempelajari, mendalami, dan mengamalkan perintah dan larangan yang tersurat dalam ''kitabullah'' baik secara pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Dalam lakon Ki Ageng Pengging, ketiga tataran di atas digarap dalam adegan pertama melalui tokoh Ki Ageng Pengging, [[Nyi Ageng Pengging]], dan [[Nyi Ageng Tingkir]]. Berikut ini kutipan dialog yang menyebut istilah ''[[kataman]]''.<ref name=":0" />
Ki Ageng Pengging: ''Ngaten mbakyu, anggen kula badhe ngawontenaken perpisahan kaliyan anak kula Mas Karebet mangke, Kula sarengaken kalian upacara kataman santri angkatan taun menika. Mila lajeng menika wonten pahargyan saben taun mbakyu.'' Percakapan antaran Ki Anggeng Pengging dengan Nyi Ageng Tingkir tersebut menyampaikan akan mengadakan upacara perpisahan antara Ki Ageng Pengging (bapak) dengan anaknya yaitu Mas Karebet. Upacara perpisahan tersebut dibarengkan dengan acara Kataman. Kataman adalah tes membaca Al Qur'an dari [[juz 1]] sampai dengan [[juz 30]] secara baik dan benar sesuai dengan [[tajwid]] yaitu panjang pendek pengucapan, pelafalan, intonasi, jeda, dan pemberhentian.<ref>{{Cite book|title=Dakwah Islam dalam Wayang Sadat Lakon Ki Ageng Pengging|last=Murtana|first=I Nyoman|date=2011|publisher=ISI Press|isbn=978-602-8755-33-7|location=Surakarta|pages=65|url-status=live}}</ref>
* Iman Kepada Nabi
Percaya kepada nabi dalam pertunjukan Wayang Sadat lakon Ki Ageng Pengging, dimunculkan dalam ''[[jineman]]'' (rangkaian akhir dari sulukan jejer pertama). Syair ''jineman'' dalam ''sulukan'' diambil dari syair [[selawatan]]. Syair selawatan ini juga dipakai dalam bagian akhir ''sulukan pathet sanga wantah''. Berikut ini kutipan syair selawatan: ''
Dalam ayat di atas digunakan kata
*Iman Kepada Hari Akhir
Baris 32 ⟶ 34:
Ki Ageng Pengging: ''Unine piye?''
Mengkreng: ''Ngaten,
Ki Ageng Pengging: ''Ya bener, tegese?''
Mengkreng: ''Tegesipun, apa kowe apa sira kepriye Gusti Allah nganakake perlambang tumrap kalimah Toyibah Lailahaillallah. Pepindhane kaya dene wit kang gedhe, oyote kukuh bakuh tumanem ing bumi, pucuke rumangsang langit''.
Ki Ageng Pengging: ''Ya terjemahane wis bener, njur tegese maknane kepiye?''
Baris 41 ⟶ 44:
Mengkreng: ''Ngaten Ki Ageng, tiyang gesang menika sanadyan mawi gegebengan agami, tujuan ingkang pungkasan menika kamulyan mbenjang wonten ing akherat samawiyah mrika, nanging menika kedah tumapak ing bumi, liripun kedah alandhesan realitas ngaten lho Ki Ageng''.<ref>{{Cite book|title=Dakwah Islam dalam Wayang Sadat Lakon Ki Ageng Pengging|last=Murtana|first=I Nyoman|date=2011|publisher=ISI Press|isbn=978-602-8755-33-7|location=Surakarta|pages=70|url-status=live}}</ref>
Apabila direfleksikan, dialog tersebut mempunyai makna yang sangat dalam yaitu semua makhluk hidup apabila berusaha dengan sungguh-sungguh, Allah akan selalu memberi petunjuk dan mengabulkan permohonannya. Hal ini sesuai dengan [[Surah Ibrahim]] ayat 25 yang artinya sebagai berikut: “Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.<ref>{{Cite book|title=Al-Qur’an dan Terjemahannya|last=Departemen Agama RI|first=|date=1990|publisher=Yayasan Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an|isbn=|location=Jakarta|pages=383|url-status=live}}</ref> Dialog tersebut juga mengandung makna bahwa orang hidup itu meskipun sudah beragama diwajibkan mengingat akan kematian. Hal ini sesuai dengan Al-Quran [[Surah At-Taubah|Surah At-Taubat]] ayat 35 yang berbunyi: “Kullu nafsin dzaaiqatil mauut” yang artinya: “Tiap-tiap jiwa (yang bernyawa) akan merasai mati”. Oleh karena itu, manusia hidup patut mempersiapkan diri menghadapi mati itu tanpa memohon kematian, sebab setiap orang sudah punya ajal masing-masing. Kematian orang lain hendaknya menjadi pelajaran. Oleh karena itu, Nabi bersabda: “Cukuplah sudah dengan kematian itu, menjadi peringatan dan pelajaran di mana kematian tak mengenal usia seseorang di mana dan kapan saja. Tua-muda, kaya-miskin semuanya akan mati”.<ref>{{Cite book|title=Tafsir Al-Maraghi Juz XV|last=Mustafa|first=Ahmad|date=1985|publisher=CV. Toha Putra|isbn=|location=Semarang|pages=86|url-status=live}}</ref>
Dari refleksi di atas, dapat digarisbawahi bahwa pagelaran wayang sadat khususnya dalam lakon Ki Ageng Pengging memuat ajaran Tauhid yang tampak dari berbagai ketokohan, percakapan, dan simbolisasi di dalamnya. Ajaran
== Lihat pula ==
Baris 57 ⟶ 60:
{{Wayang}}
[[Kategori:Kabupaten Klaten]]
[[Kategori:Wayang]]
|