Mas Pardi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Achmad Suharto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(17 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 11:
|birth_date = {{birth date|1901|10|1|df=y}}
|death_date = {{Death date and age|1968|8|13|1901|10|1}}
|birth_place = {{negara|Belanda}} [[Ambarawa]], [[JawaKeresidenan TengahSemarang]], [[Hindia Belanda]]
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Semarang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
|nationality = [[Indonesia]]
|party =
Baris 20:
|religion =
|signature =
|allegiance = {{flag|[[Indonesia}}]]
|branch = [[Berkas:LambangInsignia TNIof ALthe Indonesian Navy.pngsvg|25px]] [[TNI Angkatan Laut]]
|rank = [[Berkas:Pdu20-TNI laksdatni stafNavy-RADM.pngsvg|25px]] [[Laksamana Muda]] [[TNI]]
|serviceyears = 1945 - 1957
|unit = Korps Pelaut
|battles =
|honorific-prefix=[[Laksamana Muda]] [[TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]])
}}
[[Laksamana Muda(Indonesia)|Laksamana]] [[TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) '''Mas Pardi''' ({{lahirmati|[[Ambarawa]], [[Jawa Tengah]]|1|10|1901|[[Semarang]], [[Jawa Tengah]]|13|8|1968}}) adalah pendiri dan sekaligus pemimpin dari [[BKR]] Laut pusat, yang merupakan cikal bakal dari [[TNI Angkatan Laut]]. Mas Pardi juga terkenal sebagai "[["Bapak Pelayaran Indonesia"]]" dengan banyak mendirikan sekolah maritim pada saat itu. Pada tanggal [[10 September]] [[1945]], BKR laut diubah namanya menjadi [[TKR]] Laut. Pada saat itu jabatan Mas Pardi masih bernama Kepala Staf Umum TKR Laut. Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya namanya diabadikan menjadi salah satu gedung yang ada di [[Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang]] dan [[Akademi Angkatan Laut]], [[TNI]] [[TNI Angkatan Laut|Angkatan Laut]].<ref>{{cite web|url=http://www.aal.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=397:akademi-angkatan-laut-peringati-maulid-nabi-muhammad-saw-1433-hijriyah|title=Keluarga Besar Akademi Angkatan Laut (AAL) memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 1433 Hijriyah/2012 Masehi di Gedung Mas Pardi, AAL, Bumimoro, Surabaya|date=8 Februari 2012|publisher=Akademi Angkatan Laut|work=www.aal.ac.id|accessdate=4 November 2013}}</ref><ref>{{cite book|title=Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut 1945-1949|authors=Sub Direktorat Sejarah TNI-AL|year=1987}}</ref>
 
== Bapak Ilmu Pelayaran ==
Mas Pardi sudah aktif dalam dunia pelayaran sejak masa penjajahan Belanda. Masuknya Jepang pada tahun 1942 ke Indonesia, Mas Pardi yang termasuk sebagai Pelaut Senior di kalangan pribumi melanjutkan kariernya ke Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) yang dibentuk oleh Kaigun (Angkatan Laut Jepang) yang saat ini institusinya bernama [[Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang]].

Bersama dengan [[Sudomo]], [[Ali Sadikin]], [[RE Martadinata]],[[Yos Sudarso]], yang merupakan murid-muridnya di SPT Semarang, Mas Pardi aktif menjadi instruktur untuk para pelaut muda. Menjelang kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Mas Pardi dan barisan pelaut atau bahariwan Indonesia turut mengawal pembacaan Teks Proklamasi di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 bersama Barisan Pelopor.

Pada 10 September 1945, Mas Pardi menggalang kembali bahariwan Indonesia yang tercecer dalam suatu wadah bernama BKR Laut. Badan ini yang kemudian bertransformasi menjadi TKR Laut dan turut serta dalam menggelar aksi pertempuran melawan Sekutu/Belanda baik di laut maupun darat di berbagai daerah Indonesia.<ref>[http://maritimnews.com/mengenal-sosok-mas-pardi-bapak-ilmu-pelayaran/ "Sosok Mas Pardi, Bapak Ilmu Pelayaran"]</ref>
 
== Pasukan BKR Laut ==
Setelah merampungkan keorganisasian TKR Laut, Mas Pardi yang termasuk kalangan sepuh (seusia dengan Bung Karno) digantikan oleh [[Mohammad Nazir]] sebagai pucuk pimpinan badan pertahanan matra laut. Selanjutnya, Mas Pardi aktif kembali dalam dunia pendidikan pelaut dan bekerja di jawatan pelayaran di [[Yogyakarta]]. Pasca pengakuan kedaulatan, pemerintahan Indonesia tengah berbenah dalam memperbaiki struktur kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam tubuh Angkatan Laut. Seiring dengan dibangunnya IAL – Institut Angkatan Laut (sekarang [[AAL]]) pada tahun 1953, Bung Karno sudah mencanangkan Indonesia sebagai negara maritim yang besar. Pidatonya yang terkenal saat peresmian IAL ialah sebagai berikut: "Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya…, bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan sekadar menjadi jongos-jongos di kapal, bukan! Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawati samudra. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri".
 
Pidatonya yang terkenal saat peresmian IAL ialah sebagai berikut: "Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya…, bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan sekadar menjadi jongos-jongos di kapal, bukan! Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawati samudra. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri".
Pada tahun yang sama, atas usulan Mas Pardi, Badan Diklat Perhubungan Republik Indonesia mendirikan Akademi Ilmu Pelayaran yang menyelenggarakan Program Diploma III (setara dengan BSc) dengan 2 jurusan antara lain: Nautika dan Teknika (sertifikat kompetensi Klas III) dengan lama pendidikan 3-4 tahun. Baru pada 27 Februari 1957, AIP diresmikan oleh [[Bung Karno]]. Saat itu juga menjadi Akademi Pelayaran Pertama di Indonesia dengan lokasi kampus yang berada di Jl. Gunung Sahari, Mangga Dua Ancol, [[Jakarta Utara]]. Mas Pardi pun ditunjuk sebagai juga sebagai pengajar di AIP. Sementara kepala AIP pertama ialah HP Kalangi, seorang Indo Belanda yang aktif juga dalam dunia kepelautan. Tugas lembaga pendidikan ini hanya satu yaitu menyiapkan SDM Pelaut Indonesia yang andal dan terampil, sebagaimana isi pidato Bung Karno pada saat meresmikan IAL. Berdasarkan pengalamannya di dunia pelayaran sejak zaman [[Belanda]] dan [[Jepang]], hingga menjadi pimpinan BKR Laut, Mas Pardi meletakan sendi-sendi kepelautan [[Indonesia]]. Hal itu menjadi jembatan lintas zaman sejak masa [[Sriwijaya]] dan [[Majapahit]] hingga masa kemerdekaan yang bercita-cita menjadi negara maritim atau Mercusuar Dunia. Beliau wafat di Poliklinik SPM Semarang, Jawa Tengah karena sakit dalam usia 66 tahun, hari Selasa tanggal 13 Agustus 1968 jam 18.45 WIB.<ref>{{Cite book|date=1973|title=Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Periode Perang Kemerdekaan) 1945 - 1950.|location=Jakarta|publisher=Dinas Sejarah TNI-AL|pages=768|url-status=live}}</ref> Makam beliau dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal, Semarang, Jawa Tengah pada tahun 2012.
 
==Meninggal Referensi Dunia==
Beliau wafat di Poliklinik SPM Semarang, Jawa Tengah karena sakit dalam usia 66 tahun, hari Selasa tanggal 13 Agustus 1968 jam 18.45 WIB.<ref>{{Cite book|date=1973|title=Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Periode Perang Kemerdekaan) 1945 - 1950.|location=Jakarta|publisher=Dinas Sejarah TNI-AL|pages=768|url-status=live}}</ref> Makam beliau dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal, Semarang, Jawa Tengah pada tahun 2012.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
Baris 46 ⟶ 53:
{{Kotak_selesai}}
 
{{Kepala Staf TNI Angkatan Laut}}
{{indo-bio-stub}}
 
[[Kategori:Kepala Staf TNI Angkatan Laut]]
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut]]
[[Kategori:Tokoh dari Semarang]]
 
 
{{indoIndo-bio-stub}}