Kerajaan Pagaruyung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mike herlin (bicara | kontrib) k →Pengaruh Hindu-Budha: Menambahkan masuknya hindu budha di sumatra |
|||
(138 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
{{Redirect|Pagaruyung|[[nagari]] dengan nama yang sama, lihat [[Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar]]. Untuk kegunaan lain}}
{{Infobox Former Country
| native_name
| conventional_long_name = Pagaruyung Dārul Qarār
| common_name = Pagaruyung
| continent = Asia
|
| country = [[Indonesia]]
| religion = Dari [[Buddha]] berubah menjadi [[Islam]]
| image_flag = Flag of Minang.svg
| image_coat = Minangkabau royal seal.jpg
| symbol_type = Cap Mohor
| p1 =
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| flag_p8 =
|
|
|
|
| s3 = Kesultanan Jambi
| flag_s3 =
| s4 = Kesultanan Inderapura
| flag_s4 = Flag of Minang.svg
| s5 = Kesultanan Aceh
| flag_s5 = Flag of Aceh Sultanate.svg
| s6 = Perang Padri{{!}}Pendudukan Kaum Padri atas Kerajaan Pagaruyung
| flag_s6 = Flag of Afghanistan (1880–1901).svg
| s7 = Kerajaan Tambusai
| flag_s7 =
| s8 = Kerajaan Rambah
| flag_s8 =
| s9 = Kerajaan Rokan IV Koto
| flag_s9 =
| s10 = Kedatukan Tapung
| flag_s10 =
| s11 = Kerajaan Kampar Kiri
| flag_s11 =
| s12 = Kerajaan Kuantan
| flag_s12 =
| s13 = Kedatukan Singingi
| flag_s13 =
| s14 = Kesultanan Siak Sri Inderapura
| flag_s14 = Flag of Sultanate of Siak Sri Indrapura.svg
| s15 = Hindia Belanda
| flag_s15 = Flag of the Netherlands.svg
| year_start = 1347
| year_end = 1825
| date_start =
| date_end =
| event_start =
| event_end = Perang Padri
| image_map =
| capital = [[Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar|Pagaruyung]]
| common_languages = [[Bahasa Minang|Minangkabau]], [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]] (zaman Buddha)
| government_type = Monarki
| title_leader = Maharajadiraja - Sultan - [[Yang Dipertuan Pagaruyung]]
| currency =
| footnotes =
| leader_name1 =
| year_leader1 =
| leader1 =
}}
'''Kerajaan Pagaruyung''' ([[bahasa Minangkabau|Bahasa Minang]]: ''Pagaruyuang'', nama lain: ''Pagaruyung Dārul Qarār'') adalah kerajaan yang pernah berdiri di bagian tengah pulau Sumatra, yang wilayahnya sekarang menjadi bagian daratan Provinsi [[Sumatera Barat]], sebagian Provinsi [[Riau]], dan bagian pesisir barat Provinsi [[Sumatera Utara]].
Nama kerajaan ini dirujuk dari nama pohon [[Nibung]] atau Ruyung,<ref>Anonim. 1822. Malayan Miscellanies, Vol II: The Geneology of Rajah of Pulo Percha. Printed And Published at Sumatra Mission Press. Bencoolen</ref> selain itu juga dapat dirujuk dari inskripsi cap mohor [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Sultan Tunggul Alam Bagagar dari Pagaruyung]],<ref name="Amran"/> yaitu pada tulisan beraksara [[Jawi]] dalam lingkaran bagian dalam yang berbunyi (Jawi: سلطان توڠݢل عالم باݢݢر ابن سلطان خليفة الله يڠ ممڤوڽاءي تختا کراجأن دالم نݢري ڤݢرويڠ دار القرار جوهن برداولة ظل الله في العالم; [[Alfabet Latin|Latin]]: ''Sulthān Tunggul Alam Bagagar ibnu Sulthān Khalīfatullāh yang mempunyai tahta kerajaan dalam negeri '''Pagaruyung Dārul Qarār''' Johan Berdaulat Zhillullāh fīl 'Ālam'').<ref name="Note">''Lihat'': [[Bagagarsyah dari Pagaruyung#Cap mohor|Cap mohor Bagagarsyah dari Pagaruyung]] </sup></ref> sayangnya pada cap mohor tersebut tidak tertulis angka tahun masa pemerintahannya. Kerajaan ini runtuh pada masa [[Perang Padri]], setelah ditandatanganinya perjanjian antara [[Kaum Adat]] dengan pihak Belanda yang menjadikan kawasan Kerajaan Pagaruyung berada dalam pengawasan Belanda.<ref name="Stuers"/>
Sebelumnya kerajaan ini tergabung dalam '''[[Malayapura]]''',<ref name="de Casparis">{{cite book|last=Casparis|first= J.G.|authorlink=Johannes Gijsbertus de Casparis|title=Indonesian palaeography: a history of writing in Indonesia from the beginnings to C. A, Part 1500|publisher= E. J. Brill|year= 1975|id= ISBN 978-90-04-04172-1}}</ref> sebuah kerajaan yang pada [[Prasasti Amoghapasa]] disebutkan dipimpin oleh [[Adityawarman]],<ref>Mhd. Nur, et al. (2016) "[http://repositori.kemdikbud.go.id/10454/1/ST.BAGAGARSYAH.pdf Perjuangan Sultan Alam Bagagar Syah Dalam Melawan Penjajah Belanda di Minangkabau pada Abad ke 19]" Agam : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan</ref> yang mengukuhkan dirinya sebagai penguasa ''Bhumi Malayu'' di ''[[Sumatra|Suwarnabhumi]]''. Termasuk pula di dalam Malayapura adalah kerajaan [[Dharmasraya]] dan beberapa kerajaan atau daerah taklukan Adityawarman lainnya.<ref name="Cap"/>
Baris 44 ⟶ 88:
[[Berkas:Adityawarman.jpg|jmpl|kiri|200px|[[Arca Bhairawa]] di [[Museum Nasional Republik Indonesia]], [[Jakarta]].]]
Munculnya nama [[Pagaruyung]] sebagai sebuah kerajaan
Dari [[Prasasti Amoghapasa|manuskrip]] yang dipahat kembali oleh Adityawarman pada bagian belakang [[Arca Amoghapasa]]<ref name="Kern">Kern, J.H.C., (1907), ''De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka'', Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.</ref> disebutkan pada tahun 1347 Adityawarman memproklamirkan diri menjadi raja di [[Malayapura]], Adityawarman merupakan putra dari [[Adwayawarman]] seperti yang terpahat pada [[Prasasti Kuburajo]], dan anak dari [[Dara Jingga]] putri dari
Dari [[prasasti Suruaso]] yang beraksara [[Melayu]] menyebutkan Adityawarman menyelesaikan pembangunan selokan untuk mengairi ''taman Nandana Sri Surawasa yang senantiasa kaya akan padi''<ref name="Cas">{{cite journal |last=Casparis |first= J.G. |authorlink=Johannes Gijsbertus de Casparis |title=An ancient garden in West Sumatra |journal=Kalpataru |year=1990 |issue=9|pages= 40-49}}</ref> yang sebelumnya dibuat oleh pamannya yaitu [[Akarendrawarman]] yang menjadi raja sebelumnya, sehingga dapat dipastikan sesuai dengan [[adat Minangkabau]], pewarisan dari ''mamak'' (paman) kepada ''kamanakan'' (kemenakan) telah terjadi pada masa tersebut
Adityawarman pada awalnya dikirim untuk menundukkan daerah-daerah penting di Sumatra, dan bertahta sebagai raja bawahan (''uparaja'') dari [[Majapahit]].<ref name="Mul">{{cite book|last=Muljana|first=S.|authorlink=Slamet Muljana|title=Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara|location=Yogyakarta|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|year=2005|id= ISBN 979-98451-16-3}}</ref> Namun dari prasasti-prasasti yang ditinggalkan oleh raja ini belum ada satu pun yang menyebut sesuatu hal yang berkaitan dengan ''Bhumi Jawa'' dan kemudian dari [[berita Tiongkok]] diketahui Adityawarman pernah mengirimkan utusan ke [[Tiongkok]] sebanyak 6 kali selama rentang waktu 1371 sampai 1377.<ref name="Kozok" />
Baris 54 ⟶ 98:
Setelah meninggalnya Adityawarman, kemungkinan Majapahit mengirimkan kembali ekspedisi untuk menaklukan kerajaan ini pada tahun 1409.<ref name="Mul" /> Legenda-legenda Minangkabau mencatat pertempuran dahsyat dengan tentara Majapahit di daerah [[Padang Sibusuk]]. Konon daerah tersebut dinamakan demikian karena banyaknya mayat yang bergelimpangan di sana. Menurut legenda tersebut tentara [[Jawa]] berhasil dikalahkan.
Sebelum kerajaan ini berdiri, sebenarnya masyarakat di wilayah Minangkabau sudah memiliki sistem politik semacam [[konfederasi]], yang merupakan lembaga musyawarah dari berbagai [[Nagari]] dan [[Luhak]]. Dilihat dari kontinuitas sejarah, kerajaan Pagaruyung merupakan semacam perubahan sistem administrasi semata bagi masyarakat setempat ([[Suku Minangkabau|
=== Pengaruh Hindu-Budha ===
[[Berkas:Adityawarman batu tulis.jpg|jmpl|kiri|200px|Prasasti Adityawarman]]
Pengaruh Hindu-Budha di Sumatra bagian tengah telah muncul kira-kira pada abad ke-13,<ref name="Sanskrit in Southeast Asia">{{cite book|last=Mahāwitthayālai Sinlapākō̜n|first=|coauthors=Phāk Wichā Phāsā Tawanʻō̜k|title=Sanskrit in Southeast Asia|year=2003|publisher=Sanskrit Studies Centre, Silpakorn University|location=|id=ISBN 974-641-045-8 }}</ref> yaitu dimulai pada masa pengiriman [[Ekspedisi Pamalayu]] oleh [[Kertanagara]], dan kemudian pada masa pemerintahan Adityawarman dan putranya [[Ananggawarman]]
Dari [[prasasti Batusangkar]] disebutkan Ananggawarman sebagai ''yuvaraja'' melakukan ritual ajaran Tantris dari [[agama Buddha]] yang disebut ''hevajra'' yaitu upacara peralihan kekuasaan dari Adityawarman kepada putra mahkotanya, hal ini dapat dikaitkan dengan kronik Tiongkok tahun 1377 tentang adanya utusan ''San-fo-ts'i'' kepada [[Kaisar Tiongkok]] yang meminta permohonan pengakuan sebagai penguasa pada kawasan ''San-fo-ts'i''.<ref>{{cite book|last=Suleiman|first=S.|authorlink=Satyawati Suleiman|title=The archaeology and history of West Sumatra|publisher=Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional, Departemen P & K|year=1977}}</ref>
Baris 71 ⟶ 115:
Pengaruh [[Islam]] di Pagaruyung berkembang kira-kira pada abad ke-16, yaitu melalui para musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan Malaka. Salah satu murid ulama Aceh yang terkenal Syaikh [[Abdurrauf Singkil]] (Tengku Syiah Kuala), yaitu Syaikh [[Burhanuddin Ulakan]], adalah ulama yang dianggap pertama-tama menyebarkan agama Islam di Pagaruyung. Pada abad ke-17, Kerajaan Pagaruyung akhirnya berubah menjadi kesultanan Islam. Raja Islam yang pertama dalam tambo adat Minangkabau disebutkan bernama ''[[Sultan Alif]]''.<ref name="Dt" />
Dengan masuknya agama Islam, maka aturan adat yang bertentangan dengan ajaran agama Islam mulai dihilangkan dan hal-hal yang pokok dalam adat diganti dengan aturan agama Islam. Pepatah adat Minangkabau yang terkenal: ''"[[Adat bersendi syarak|
Islam juga membawa pengaruh pada sistem pemerintahan kerajaaan Pagaruyung dengan ditambahnya unsur pemerintahan seperti ''Tuan Kadi'' dan beberapa istilah lain yang berhubungan dengan Islam. Penamaan negari [[Sumpur Kudus, Sijunjung|Sumpur Kudus]] yang mengandung kata ''kudus'' yang berasal dari kata ''Quddūs'' (suci) sebagai tempat kedudukan ''Rajo Ibadat'' dan [[Limo Kaum, Lima Kaum, Tanah Datar|Limo Kaum]] yang mengandung kata ''qaum'' jelas merupakan pengaruh dari bahasa Arab atau Islam. Selain itu dalam perangkat [[adat]] juga muncul istilah [[Imam]], [[Katik]] (Khatib), [[Bila]] (Bilal), [[Malin]] (Mu'alim) yang merupakan pengganti dari istilah-istilah yang berbau [[Agama Hindu|Hindu]] dan [[Buddha]] yang dipakai sebelumnya misalnya istilah ''Pandito'' (pendeta).
Baris 80 ⟶ 124:
Pada awal abad ke-17, kerajaan ini terpaksa harus mengakui kedaulatan [[Kesultanan Aceh]],<ref>Kathirithamby-Wells, J., (1969), ''Achehnese Control over West Sumatra up to the Treaty of Painan of 1663'', JSEAH 10, 3:453-479.</ref> dan mengakui para gubernur Aceh yang ditunjuk untuk daerah pesisir pantai barat Sumatra. Namun sekitar tahun 1665, masyarakat Minang di pesisir pantai barat bangkit dan memberontak terhadap gubernur Aceh. Dari surat penguasa Minangkabau yang menyebut dirinya ''Raja Pagaruyung'' mengajukan permohonan kepada VOC, dan VOC waktu itu mengambil kesempatan sekaligus untuk menghentikan monopoli Aceh atas emas dan lada.<ref>Basel, J.L., (1847), ''Begin en Voortgang van onzen Handel en Voortgang op Westkust'', TNI 9, 2:1-95.</ref> Selanjutnya VOC melalui seorang ''regent''nya di Padang, ''Jacob Pits'' yang daerah kekuasaannya meliputi dari Kotawan di selatan sampai ke Barus di utara Padang mengirimkan surat tanggal 9 Oktober 1668 ditujukan kepada ''[[Ahmadsyah dari Pagaruyung|Sultan Ahmadsyah]], Iskandar Zur-Karnain, Penguasa Minangkabau yang kaya akan emas'' serta memberitahukan bahwa VOC telah menguasai kawasan pantai pesisir barat sehingga perdagangan emas dapat dialirkan kembali pada pesisir pantai.<ref>NA, VOC 1277, ''Mission to Pagaruyung'', fols. 1027r-v</ref> Menurut catatan Belanda, Sultan Ahmadsyah meninggal dunia tahun 1674<ref name="Dobbin">{{cite book|last=Dobbin|first=C.E.|coauthors=|title=Islamic revivalism in a changing peasant economy: central Sumatra, 1784-1847|publisher=Curzon Press|year=1983|id=ISBN 0-7007-0155-9}}</ref> dan digantikan oleh anaknya yang bernama [[Indermasyah dari Suruaso|Sultan Indermasyah]].<ref>SWK 1703 VOC 1664, f. 117-18</ref>
Ketika [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] berhasil mengusir [[Kesultanan Aceh]] dari pesisir
Sekitar tahun 1750 kerajaan Pagaruyung mulai tidak menyukai keberadaan VOC di [[Padang]] dan pernah berusaha membujuk Inggris yang berada di [[Bengkulu]], bersekutu untuk mengusir Belanda walaupun tidak ditanggapi oleh pihak Inggris.<ref name="Kato">{{cite book|last=Kato|first=Tsuyoshi|authorlink=Tsuyoshi Kato|title=Adat Minangkabau dan merantau dalam perspektif sejarah|publisher=PT Balai Pustaka|year=2005|id=ISBN 979-690-360-1}}</ref> Namun pada tahun 1781 Inggris berhasil menguasai Padang untuk sementara waktu,<ref name="Raffles, chapter V">{{cite book|last=Raffles|first=Sophia|coauthors=|title=Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles|publisher=J. Duncan|volume=Volume I|chapter=Chapter V|page=|year=1835|id=|ISBN= }}</ref> dan waktu itu datang utusan dari Pagaruyung memberikan ucapan selamat atas keberhasilan Inggris mengusir Belanda dari Padang.<ref name="Marsden">{{cite book|last=Marsden|first=William|authorlink=William Marsden|title=The history of Sumatra: containing an account of the government, laws, customs and manners of the native inhabitants, with a description of the natural productions, and a relation of the ancient political state of that island|url=https://archive.org/details/historysumatrac01marsgoog|year=1784}}</ref> Menurut Marsden tanah Minangkabau sejak lama dianggap terkaya dengan emas, dan waktu itu kekuasaan raja Minangkabau disebutnya sudah terbagi atas ''raja Suruaso'' dan ''raja Sungai Tarab'' dengan kekuasaan yang sama.<ref name="Marsden"/> Sebelumnya pada tahun 1732, ''regent'' VOC di Padang telah mencatat bahwa ada seorang ''ratu'' bernama ''Yang Dipertuan Puti Jamilan'' telah mengirimkan tombak dan pedang berbahan emas, sebagai tanda pengukuhan dirinya sebagai penguasa ''bumi emas''.<ref name="Barbara">{{cite book|last=Andaya|first=B.W.|authorlink=Barbara Watson Andaya|title=To live as brothers: southeast Sumatra in the seventeenth and eighteenth centuries|publisher=University of Hawaii Press|year=1993|id=ISBN 0-8248-1489-4}}</ref> Walaupun kemudian setelah pihak Belanda maupun Inggris berhasil mencapai kawasan pedalaman Minangkabau, tetapi mereka belum pernah menemukan cadangan emas yang signifikan dari kawasan tersebut.<ref>Miksic, John., (1985), ''Traditional Sumatran Trade'', Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient.</ref>
Sebagai akibat konflik antara Inggris dan [[Prancis]] dalam [[Peperangan era Napoleon|Perang Napoleon]] di mana Belanda ada di pihak Prancis, maka Inggris memerangi Belanda dan kembali berhasil menguasai pantai barat
=== Runtuhnya Pagaruyung ===
{{utama|Perang Padri}}
{{quote box|width=45%|align=right|quote="Dari reruntuhan kota (Pagaruyung) ini menjadi bukti bahwa di sini pernah berdiri sebuah peradaban Melayu yang luar biasa, menyaingi Jawa, situs dari banyak bangunan kini tidak ada lagi, hancur karena perang yang masih berlangsung."|source=— Pendapat dari [[Thomas Stamford Raffles]].{{butuh rujukan}}}}
Kekuasaan raja Pagaruyung sudah sangat lemah pada saat-saat menjelang perang Padri, meskipun raja masih tetap dihormati. Daerah-daerah di pesisir barat jatuh ke dalam pengaruh [[Aceh]], sedangkan [[Kerajaan Inderapura|Inderapura]] di [[kabupaten Pesisir Selatan|pesisir selatan]] praktis menjadi kerajaan merdeka meskipun resminya masih tunduk pada raja Pagaruyung. Sedangkan daerah pesisir timur sudah lebih dulu dibawah pengaruh [[Kesultanan Melaka]] dan di masa mendatang pada daerah yang lain saat terjadinya perebutan kekuasaan atas sebagian besar wilayah [[Kerajaan Pagaruyung]] oleh [[Kaum Padri]] pun di antaranya menjadi wilayah yang merdeka, seperti [[Kerajaan Kampar Kiri|Kampar Kiri]], [[Kedatukan Singingi|Singingi]] dan [[Kerajaan Kuantan|Kuantan]].
Pada awal abad ke-19 pecah konflik antara [[Kaum Padri]] dan [[Kaum Adat]]. Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara mereka. Seiring itu dibeberapa negeri dalam
Karena terdesak oleh Kaum Padri, keluarga kerajaan Pagaruyung meminta bantuan kepada [[Belanda]], dan sebelumnya mereka telah melakukan diplomasi dengan [[Inggris]] sewaktu Raffles mengunjungi Pagaruyung serta menjanjikan bantuan kepada mereka.<ref name="Amran"/> Pada tanggal [[10 Februari]] [[1821]]<ref name="Stuers">{{cite book|last=Stuers||first=H.J.J.L.|coauthor= Veth, P.J.|title=De vestiging en uitbreiding der Nederlanders ter westkust van Sumatra|publisher=P.N. van Kampen|year=1849}}</ref> [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Sultan
[[Berkas:Naar-beide-zijden-front.jpg|jmpl|kiri|250px|Pasukan Belanda dan [[Kaum Padri|Padri]] saling berhadapan di medan perang. Lukisan sekitar tahun 1900.]]
Sementara Sultan
Setelah menyelesaikan [[Perang Diponegoro]] di [[Jawa]], Belanda kemudian berusaha menaklukkan Kaum Padri dengan kiriman tentara dari Jawa, [[Pulau Madura|Madura]], [[Bugis]] dan [[Ambon]].<ref>Teitler, G., (2004), ''Het einde Padri Oorlog: Het beleg en de vermeestering van Bondjol 1834-1837'': Een bronnenpublicatie, Amsterdam: De Bataafsche Leeuw.</ref> Namun ambisi kolonial Belanda tampaknya membuat kaum adat dan Kaum Padri berusaha melupakan perbedaan mereka dan bersekutu secara rahasia untuk mengusir Belanda. Pada tanggal [[2 Mei]] [[1833]] Sultan
Setelah kejatuhannya, pengaruh dan prestise
== Wilayah kekuasaan ==
Menurut [[Tomé Pires]] dalam ''Suma Oriental'',<ref name="Cortes" /> tanah Minangkabau selain dataran tinggi pedalaman Sumatra tempat di mana rajanya tinggal, juga termasuk wilayah pantai timur ''Arcat'' (antara [[Aru (disambiguasi)|Aru]] dan [[Sungai Rokan|Rokan]]) ke [[Jambi]] dan kota-kota pelabuhan pantai barat ''Panchur''
|author=Cheah Boon Kheng, Abdul Rahman Haji Ismail
|title=Sejarah Melayu
Baris 112 ⟶ 156:
:''Dari Sikilang Aia Bangih''
:''
:''Dari Durian Ditakuak Rajo''
:''
''Sikilang Aia Bangih'' adalah batas utara, sekarang di daerah [[Kabupaten Pasaman Barat|Pasaman Barat]], berbatasan dengan [[Kabupaten Mandailing Natal|Natal]], [[
{{col-begin}}
Baris 147 ⟶ 191:
: Daerah sekitar [[Gunung Sago]] dan [[Gunung Singgalang]]
: Daerah sekitar [[Gunung Talang]] dan [[Gunung Kerinci]]
: Daerah
: Daerah
: Daerah [[Jambi]] sebelah barat
: Daerah yang berbatasan dengan [[Jambi]]
: Daerah sekitar [[Kabupaten Indragiri Hulu|Indragiri Hulu
: Daerah sekitar Gunung Sailan dan [[Kabupaten Kuantan Singingi|Singingi]]
: Daerah
: Daerah sekitar [[Danau Singkarak]] dan [[Batang Ombilin]]
: Daerah hingga Samudra Indonesia
: Daerah
: Daerah yang berbatasan dengan Samudra Indonesia
: Daerah sebelah timur
: Daerah di kawasan [[Rao, Pasaman|Rao]] dan [[Mapat Tunggul, Pasaman
: Daerah perbatasan dengan [[Kabupaten Tapanuli Selatan|Tapanuli selatan]]
: Daerah sepanjang
: Daerah sekitar Silauik dan [[Lunang]]
: Daerah hingga [[Tanjung Simalidu]]
: Daerah sehiliran [[Batang Hari]]''
{{col-end}}
=== Pengaruh ===
Pengaruh
== Sistem pemerintahan ==
=== Raja ===
{{main|Raja Pagaruyung}}
Adityawarman pada awalnya menyusun sistem pemerintahannya mirip dengan sistem pemerintahan yang ada di [[Majapahit]]<ref name="Dt">Batuah, A. Dt. & Madjoindo, A. Dt., (1959), ''Tambo Minangkabau dan Adatnya'', Jakarta: Balai Pustaka.</ref> masa itu, meskipun kemudian menyesuaikannya dengan karakter dan struktur kekuasaan kerajaan sebelumnya ([[Kerajaan Dharmasraya|Dharmasraya]] dan [[Sriwijaya]]) yang pernah ada pada masyarakat setempat. Ibu kota diperintah secara langsung oleh raja, sementara daerah pendukung tetap diperintah oleh [[Datuk di Minangkabau|Datuk]] setempat.<ref>{{cite book|last=Muljana|first=S.|authorlink=Slamet Muljana|title=Sriwijaya|url=https://archive.org/details/Sriwijaya|location=Yogyakarta|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|year=2006|id= ISBN 979-8451-62-7}}</ref>
Pagaruyung memiliki sistem raja triumvirat yang disebut ''rajo tigo selo'' ("tiga orang raja yang bersila"), yang terdiri atas:<ref>{{Cite book|last=[[Mochtar Naim]]|first=|date=2002|url=https://books.google.co.id/books?id=WupuAAAAMAAJ&q=pagaruyung+%22+triumvirat%22&dq=pagaruyung+%22+triumvirat%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjdtf_Ar8DrAhWCeisKHX_mAO4Q6AEwAHoECAEQAg|title=Menelusuri jejak Melayu-Minangkabau|location=|publisher=Yayasan Citra Budaya Indonesia|isbn=978-979-95830-8-6|pages=6|language=id|url-status=live}}</ref>
Baris 187 ⟶ 231:
# '''[[Tuan Gadang]]''' yang berkedudukan di [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]].
Belakangan, pengaruh [[Islam]] menempatkan '''Tuan Kadi''' yang berkedudukan di [[Padang Ganting, Padang Ganting, Tanah Datar|Padang Ganting]] menggeser kedudukan Tuan Gadang di [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]], dan bertugas menjaga syariah agama.{{citation needed}}
Sebagai aparat pemerintahan, masing-masing [[Basa Ampek Balai Tapan, Pesisir Selatan|Basa Ampek Balai]] punya daerah-daerah tertentu tempat mereka berhak menagih upeti sekadarnya, yang disebut rantau masing-masing pembesar tersebut. Bandaro memiliki rantau di [[Bandar Sepuluh|Bandar X]], rantau Tuan Kadi adalah di [[Koto VII, Sijunjung|VII Koto]] dekat [[Kabupaten Sijunjung|Sijunjung]], Indomo punya rantau di bagian utara Padang sedangkan Makhudum punya rantau di [[Semenanjung Malaya|Semenanjung Melayu]], di daerah permukiman orang Minangkabau di sana.{{citation needed}}
Selain itu dalam menjalankan roda pemerintahan, kerajaan juga mengenal aparat pemerintah yang menjalankan kebijakan dari kerajaan sesuai dengan fungsi masing-masing, yang sebut ''[[Langgam nan Tujuah]]''. Mereka terdiri dari:
# Pamuncak Koto [[Suku Piliang|Piliang]]
# Perdamaian Koto Piliang
# Pasak Kungkuang Koto Piliang
Baris 213 ⟶ 257:
! Luhak Tanah Data !! Luhak Agam !! Luhak Limopuluah
|-
|
|-
| Limo Kaum - Duo Baleh Koto dan Sambilan Koto Di Dalam, Tanjuang Nan Tigo Lubuak Nan Tigo, Tabek Sawah Tangah dan Limo Kaum Bunsu || Matua - Palembayan || Lareh
|-
| Sungai Tarok Salapan Batua - Nan Baikua Bakapalo, Bakapak Baradai, Bagombak Bakatitiran Di Ujuang Tunjuak dan Langgam Nan Tujuah || Sapuluah Koto Maninjau ||Luhak
|-
| Batipuah - Sapuluah Koto || Garagahan Lubuak Basuang ||Ranah dan Sehilir Kampar Kanan (Ujuang Luhak)
|-
| Pagaruyuang, Buo, Sumpu Kudus, Sumaniak, Saruaso dan Padang Gantiang sekitarnya || Tigo Koto Batu Kambiang dan Sitalang ||Sandi
|-
|
|-
|
|-
|
|-
| Tujuah Koto Sungai Lansek dan Ampek Baleh Koto Aia Amo || ||
|-
|
|}
Di daerah ''Darek'' atau daerah inti Kerajaan Pagaruyung terbagi atas 3 [[luhak]] (''Luhak Nan Tigo'', yaitu Luhak ''Tak nan Data'', belakangan menjadi [[Luhak Tanah Data]], [[Luhak Agam]] dan [[Luhak Limopuluah]]). Sementara pada setiap nagari pada kawasan luhak ini diperintah oleh para penghulu, yang mengepalai masing-masing suku yang berdiam dalam nagari tersebut. [[Penghulu]] dipilih oleh anggota suku, dan warga [[nagari]] untuk memimpin dan mengendalikan pemerintahan nagari tersebut. Keputusan pemerintahan diambil melalui kesepakatan para penghulu di ''Balai Adat'', setelah dimusyawarahkan terlebih dahulu. Di daerah inti Kerajaan Pagaruyung, [[Raja Pagaruyung]] tetap dihormati walau hanya bertindak sebagai penengah dan penentu batas wilayah.
==== Rantau ====
Raja Pagaruyung mengendalikan secara langsung daerah ''[[Rantau]]''. Ia boleh membuat peraturan dan memungut pajak di sana. Rantau merupakan suatu kawasan yang menjadi pintu masuk ke alam Minangkabau. Rantau juga berfungsi sebagai tempat mencari kehidupan, kawasan perdagangan. Rantau di Minangkabau dikenal dengan ''Rantau
Masing-masing luhak memiliki wilayah rantaunya sendiri. Penduduk Tanah Datar merantau ke arah barat, selatan dan
Pembagian daerah rantau adalah sebagai berikut:
Baris 250 ⟶ 288:
{{Col-begin|width=}}
{{Col-3}}
'''Rantau
''Rantau sehilir batang Sumpu - Rokan dan sekitarnya''
* Daerah Tuanku Sontang Cubadak (Duo Koto)
* Kabuntaran Talu
* Rao - Mapek Tunggua
*
*
* Tambusai
* Rambah
* Kapanuahan
* Tanah Putiah
''Rantau sehilir batang Tapuang Kiri dan Kanan''
* Tapuang Kiri
* Tapuang Kanan
''Taratak Buluah dan Tigo Kampuang''
* Taratak Buluah
* Tigo Kampuang (Buluah Cino, Lubuak Siam dan Buluah Nipis)
''Rantau sehilir batang Kampar Kiri dan Singingi''
* Rantau Kampar Kiri (Batu Sanggan, Ludai, Ujuang Bukik, Kuntu, Lipek Kain dan Gunuang Sailan) dan Lapan Koto Sitingkai
* Rantau Singingi
''Nan Kurang Aso Tigo Puluah (Kampar Hilir)''
''Rantau sehilir batang Kuantan''
* Rantau Nan Kurang Aso Duo Puluah dan sekitarnya
* Tigo Lorong (Paranok)
''Rantau sehilir batang Hari''
* Rantau Duo Baleh Koto (Lubuak Gadang, Lubuak Malako, Bidar Alam, Abai, Dusun Tangah, Sungai Kunyik dan Lubuak Ulang Aliang)
* Sambilan Koto (Silago)
* Pulau Punjuang
* Siguntua
* Sitiuang
* Padang Laweh
* Koto Basa
'''Rantau Pasisia'''
''Batahan, Aia Bangih dan Parik''
''Langgam Pasaman dan sekitarnya''
* Sungai Aua
* Muaro Kiawai dan Rabi Jonggor
* Pasaman (Lingkuang Aua, Aia Gadang dan Aua Kuniang)
* Sasak
* Kapa dan Koto Baru
''Kinali''
''Tiku - Pariaman''
* Tiku dan Duo Baleh Koto Sungai Garinggiang
* Pilubang dan Limo Koto (Gunuang Padang Alai, Kudu Gantiang, Limau Puruik, Sikucua dan Campago)
* Tujuah Koto (Tandikek, Sungai Durian, Batu Kalang, Koto Dalam, Koto Baru, Sungai Sariak dan Ampalu)
* Piaman Sabatang Panjang (Sakarek Ulu dan Sakarek Ilia)
* Nan Sabarih (Kurai Taji, Sunua, Pauah Kamba, Padang Bintuangan, Kapalo Koto, Ulaan, Tapakih dan Katapiang)
* Duo Kali Sabaleh Anam Lingkuang
* Sintuak dan Lubuak Aluang sekitarnya (Sintuak, Toboh Gadang, Lubuak Aluang dan Sungai Buluah)
''Padang Salapan Suku dan sekitarnya''
* Kasang
* Koto Tangah
* Nanggalo
* Pauah Sambilan
* Pauah Limo
* Limau Manih
* Lubuak Kilangan
* Nan Duo Puluah
* Bunguih dan Taluak Kabuang
* Nan Salapan Suku
''Koto Sabaleh Tarusan''
''Bayang Nan Tujuah Koto Nan Salapan''
''Banda Sapuluah''
''Ranah Indojati''
* Indopuro
* Tapan
* Lunang
* Silauik
* Ampek Baleh Koto Mukomuko
* Limo Koto Mukomuko
* Teramang Mukomuko
* Ipuah Mukomuko
''Ujuang Darek Kapalo Rantau luhak Tanah Data''
* Sumpu Kudus
* Alam Surambi Sungai Pagu
* Duo Kali Sabaleh Anam Lingkuang
* Tujuah Koto Sungai Lansek
{{Col-3}}
''
* Bonjo dan Lubuak Sikapiang
* Garagahan Lubuak Basuang
* Sitalang dan Tigo Koto Batu Kambiang
* Gunuang Padang Alai
* Tandikek
{{Col-3}}
''Ujuang Darek Kapalo Rantau luhak Limo Puluah''
* Galugua Ateh (Muaro Sungai Lolo)
* Galugua Bawah (Galugua)
* Tigo Baleh Koto Kampar
* Kapua Nan Sambilan
* Anam Koto Pangkalan (Koto Alam, Manggilang, Gunuang Malintang, Pangkalan, Tanjuang Balik dan Tanjuang Pauah)
* Limo Koto (Kuok, Salo, Bangkinang, Aia Tirih dan Rumbio)
* Tigo Koto Sibalimbiang
* Tigo Koto Di Hilia (Kampa, Tambang dan Tarantang)
{{Col-end}}
* Airhaji
* Bungo Pasang atau Painan Banda Salido
Baris 346 ⟶ 413:
* Tarusan
* Batang Kapeh
* Ampek Baleh Koto [[Kabupaten Mukomuko|Mukomuko]]
* Limo Koto [[Kabupaten Mukomuko|Mukomuko]]
Nagari-nagari ini kemudian dikenal sebagai bagian dari [[Kerajaan Inderapura]], termasuk daerah Anak Sungai, yang mencakup lembah Manjuto dan Airdikit (disebut sebagai nagari ''Ampek Baleh Koto''), dan Muko-muko (''Limo Koto'').<!--Tarusan, awalnya tidak termasuk karena ia bukan rantau orang Sungai Pagu tapi rantau orang [[Muaro Paneh, Bukit Sundi, Solok|Muaro Paneh]], [[nagari]] anggota konfederasi [[Luhak Kubuang Tigo Baleh|Kubuang Tigo Baleh]].-->
Selain ketiga daerah-daerah rantau tadi, terdapat suatu daerah rantau yang terletak di wilayah [[Semenanjung Malaya]] ([[Malaysia]] sekarang). Beberapa kawasan rantau tersebut menjadi nagari, kemudian masyarakatnya membentuk [[konfederasi]] (semacam [[Luhak]]), dan pada masa awal meminta dikirimkan [[raja]] sebagai pemimpin atau pemersatu mereka kepada [[Yang Dipertuan Pagaruyung]], kawasan tersebut dikenal sebagai [[Negeri Sembilan]], nagari-nagari tersebut adalah
* Jelai (Jolai)
* Jelebu (Jolobu)
* Johol (Johol)
* Klang (Kolang)
* Naning (Naning)
* Pasir Besar (Pasie Bosa)
* Rembau (Ghombau)
* Segamat (Sogamat)
* Sungai Ujong (Sungai Ujong)
== Catatan kaki ==
Baris 369 ⟶ 436:
|last=Amran
|first=Rusli
|title=
|publisher=Penerbit Sinar Harapan
|year=1981}}
Baris 394 ⟶ 461:
== Pranala luar ==
* {{id}} {{Cite news|date=2013-06-22|title=Pagaruyung, Simbol Perekat Nusantara|url=https://travel.kompas.com/read/xml/2013/06/22/0943204/Pagaruyung.Simbol.Perekat.Nusantara|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2021-11-02|editor-last=Asdhiana|editor-first=I Made}}
{{col|2; font-size:1%;}}<br />{{EndDiv}}
Baris 402 ⟶ 468:
[[Kategori:Kerajaan Pagaruyung| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Pagaruyung]]
[[Kategori:Kerajaan di
[[Kategori:Negara dan wilayah yang didirikan tahun 1347]]
[[Kategori:Artikel pilihan bertopik Indonesia]]
|