Raden Santri Gresik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Perbaikan Data dan Referensi Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(31 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim|honorific_prefix=As-Syekh Sayyid Ali Murtadho|image=|caption=|title=Sunan Lembayung|kunya=|name=|nasab=bin Ibrahim Zainuddin|nisbah=As - Samarqandy|parents=[[Maulana Ibrohim Asmoroqondi|Ibrahim As-Samarqandy]] (ayah)<br> Dewi Candrawulan (ibu)|relatives=|spouse={{unbulleted list
| - [[RA. Madu Retno]] binti Aryo Baribin
| - [[Dyah Retno Maningjum]] binti Arya Tejo
}}|children={{collapsible list|title=Pernikahan dengan RA. Madu Retno :
|- Usman Haji <br> ( [[Pangeran Khalifah]] )
|- Haji Usman <br> ( [[Pangeran Khalifah Nuraga]] )
|- Nyai Gede Tondo <br> ( Istri [[Sunan Mertayasa]] )
|- Ali Musytar <br> ( [[Panembahan Blingi]] )
}}|birth_name=Ali Murtadho|birth_date=|birth_place=[[Kerajaan Champa|Kesultanan Champa]]|death_date=1449|death_place=[[Gresik]], [[Kerajaan Majapahit]]|death_cause=|resting_place=[[Bedilan, Gresik, Gresik]]|other_names=- Raja Pandhita Bima {{br}} - Raja Pandhita Wunut {{br}} - Dian Santri Ali {{br}} - Raden Samat {{br}} - Raden Atmaja {{br}} - Ngali Murtolo {{br}} - Ali Hutomo {{br}} - Ali Musada {{br}} - Sunan Lembayung Fadl {{br}} - Fadl As-Samarqandy|nationality=- [[Kerajaan Champa|Kesultanan Champa]] <br>
- [[Kerajaan Majapahit]]|era=|region=|occupation=Mufti Gresik|denomination=[[Sunni]]|jurisprudence=|creed=|movemet=|main_interests=|notable_ideas=|notable_works=|alma_mater=|disciple_of=[[Maulana Ibrohim Asmoroqondi|Ibrahim As-Samarqandy]],
[[Ali Murtadho#Guru-gurunya|Guru-gurunya]]|awards=|influences=|influenced=[[Utsman Haji]], [[Haji Utsman]], [[Nyai Gede Tondo]], [[Panembahan Blingi]], [[Panembahan Joharsari]], [[Sayyid Hasan]] [[Ali Murtadho#Murid-muridnya|Dan Murid-murid Lainnya]]|module=|signature=}}
'''Raden Santri''' atau '''Sayyid Ali Murtadho''' merupakan Ulama' penyebar agama Islam di [[Jawa]], [[Madura]] dan [[NTB]].
Beliau adalah Putra dari [[Maulana Ibrohim Asmoroqondi|Ibrahim As-Samarqandy]] dengan [[Dewi Candrawulan]] dan juga kakak dari [[Sunan Ampel]].<ref name="Firmansyah">{{cite web|last=Firmansyah|first=Wahyu|date=30 September 2019|title=Sejarah Sunan Gisik ‘Raden Santri’|url=https://www.nu.or.id/post/read/111619/sejarah-sunan-gisik--raden-santri-|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>
Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya dan sebagai tokoh panutan, Beliau diberi gelar Raja Pendito Wunut. Gelar tersebut merupakan anugrah rahasia yang diberikan oleh raja Majapahit untuk penguasa yang beragama Islam.
Raden Santri juga disebut sebagai [[Sunan Lembayung]] oleh masyarakat [[Madura]], karena beliau berkeliling dakwah di daerah Madura. Sedangkan [[Nusa tenggara]] sampai dengan [[Bima]] menjuluki Raden Santri sebagai [[Raja Pandhita Bima]].
== Riwayat ==
'''Sayyid Ali Murtadho''' datang ke Jawa bersama ayahnya bernama Syekh Ibrahim Asmaraqandi untuk menyebarkan agama Islam. Sekaligus silaturahmi ke bibinya, Dewi Dwarawati yang menjadi istri Prabu [[Kertabhumi]].
Kapal Raden Santri beserta rombongan tiba di sebelah timur [[Bandar Tuban]], yang disebut [[Gisik]] (sekarang bernama Gesikharjo).
Pendaratan di Gisik dilakukan sebagai salah satu bentuk kehati-hatian, dikarenakan [[Tuban]] pada saat itu menjadi [[Pelabuhan Internasional Majapahit]].<ref>{{cite web|first=Rijal|last=Mumazziq Z|url=https://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/falasifa/article/download/157/139?|title=Jejak Ulama Uzbekistan Di Nusantara|language=id|access date=3 September 2021}}</ref> Dengan cara mendarat di tempat yang tidak terlalu ramai ini, Syekh Ibrahim As-Samarqandi memulai dakwahnya.
Tidak lama setelah sampai di [[Tuban]] ayahanda Raden Santri menderita sakit kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di daerah pesisir [[Gesikharjo]], [[Palang]], [[Tuban]]. Setelah kematian ayahandanya Raden Santri dan Sunan Ampel didampingi oleh [[Abu Hurairah]] (Raden Burereh) menuju ke Ibukota Majapahit.
Selama setahun di Majapahit, beliau hendak balik ke Champa tapi negeri tesebut sudah hancur dan dikuasai raja Pelbegu dari kerajaan Koci. Berkat saran raja Kertabhumi, Raden Santri disuruh menetap di Gresik.<ref>{{cite web|last=Budi|url=https://www.laduni.id/post/read/65122/wisata-religi-dan-bertawassul-di-makam-raden-santri-gresik|title=Wisata Religi dan Bertawassul di Makam Raden Santri Gresik|date=16 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>
Menurut Drs. H. Muhammad Kholil dalam buku “PUNJER WALI SONGO” tahun 1403 disebutkan Raden Santri
mendarat di Gresik. Beliau
melanjutkan perjalanan karena
mendapat tugas mensyiarkan Islam
wilayah Madura, Bali, lombok dan
Nusa Tenggara.
Di Madura, Sayyid Ali Murtadho
merupakan penyebar Agama Islam di Pulau Sapudi. Ia datang ke Pulau Sapudi sekitar 1400-an didampingi Puteranya bernama pangeran Pulang Jiwo.
Pulang Jiwo atau yang dikenal dengan sebutan Panembahan Blingi adalah ayah dari Adi Rasa dan
Adi Poday. “Ini Terbukti dengan
ditemukannya sebuah prasasti di
Masjid lama yang ada di Dusun
Koattas” Kata Embah Tahe selaku
tokoh sesepuh Sapudi.
Prasasti yang dimaksud berukuran 49,5 cm, lebar 34,5 cm dan tebal 8 cm ditemukan pada tahun 1988, di
Dusun Koattas, Desa Gendang Timur Kecamatan Gayam di bawah mihrab Masjid yang tertua di Pulau Sapudi. Tulisan yang ada
pada prasasti ini terdiri atas 16
baris memakai huruf Arab dan
Bahasa Jawa, yang berisi silsilah
para pendiri bangunan Masjid.
Kedatangan Sayyid Ali Murtadho
ke Pulau Sapudi untuk
menyempurnakan Agama Islam,
sebab sebelum Kedatangan Sayyid
Ali Murtadho, Islam waktu itu
hanya sebatas keyakinan semata,
belum mengenal tata cara bersuci,
Sholat dan semacamnya. Meski
saat itu Masyarakat mayoritas
masih menganut Agama Hindu. Di
pulau ini beliau memiliki murid
bernama Dewi Ratna Sarini atau
Panembahan Johar Sari, ibunda
dari Potre Koneng.
Setelah memiliki pengganti
yang menjalankan dakwah di
Pulau Sapudi, Sayyid Ali
Murtadho kembali ke Gresik untuk
mengantikan posisi Sunan
Maulana Malik Ibrahim. sementara
yang menggantikannya dalam
menyebarkan Islam di Pulau
Sapudi adalah Puteranya
Panembahan Blingi atau lebih di
kenal dengan Sunan Wirokromo.
Pulau Sapudi, hingga kini akrab
disebut Poday, karena dinisbatkan
kepada putra Panembahan Blingi,
Adi Poday, yang terletak di bagian
timur Kabupaten Sumenep, Madura dengan pembagian wilayah dua Kecamatan; Gayam dan Nonggunung.
Kemudian sekitar abad ke 15, di Madura terdapat penyiar agama Islam yang di utus oleh Raden Paku atau Sunan Giri.<ref>{{cite web|first=Mas,ud|last=Abdur Rahman|title=Dari Haromain Ke
Nusantara; Jejak Intelektual arsitek Pesantren|language=id|access date=28 November 2024}}</ref>
Mereka adalah dua orang santrinya
yang keturunan arab yang bernama
Sayyid Yusuf al-Anggawi untuk
daerah Madura bagian timur,
Sumenep dan Sayyid Abdul Mannan al-Anggawi untuk Madura bagian barat (Pamekasan, Sampang dan Bangkalan).<ref>{{cite web|first= Sulaiman|last= A. sadik|title=Sangkolan; legenda dan
Sejarah Madhura|language=id|access date=28 November 2024}}</ref><ref>{{cite web|last=journal.uim.ac.id|url=https://core.ac.uk/download/pdf/327192945.pdf|title=ULAMA FENOMINAL DAN BERKHARISMATIK, SYAIKHONA KHOLIL
BANGKALAN|language=id|access date=28 November 2024}}</ref>
== Pernikahan ==
Raden Santri memiliki dua istri, yang pertama adalah [[Rara Siti Taltun]] dan kemudian menikah lagi dengan [[Dyah Retno Maningjum binti Arya Tejo]].
Dari pernikahan dengan [[Rara Siti Taltun]] atau [[RA. Madu Retno binti Aryo Baribin]] Raden Santri memiliki 4 orang anak, yaitu :
1.[[Utsman Haji]], menikah dengan [[Siti Syari'ah]], dari pernikahan tersebut lahirlah [[Sunan Paddusan]].
2. Haji Utsman, menikah dengan [[NYI Ageng Tandes]] dan memiliki anak yang bernama [[Amir Hasan]] (Sunan Manyuran).
3. Nyai Gede Tondo, menikah dengan [[Khalifah Husein]] (Sunan Mertayasa) dan memiliki anak yaitu : [[Sunan Ngudung|Syarif Sabil]] dan [[Kholifah Suhuroh]]
4. Ali Musytar ( Panembahan Blingi ) yang memiliki dua putra yaitu : Adi Rasa dan Adi Poday<ref name="Firmansyah"/>
== Pemakaman ==
Raden Santri wafat pada tahun [[1317 saka]]/[[1449 M]] 15 Muharram abad ke-8 Hijriah.
Makam Beliau terletak sekitar 100 m sebelah utara alun-alun kota Gresik, tepatnya di jalan Raden Santri, Kelurahan [[Bedilan]], Gresik.
Tepat di samping pusara Raden Santri terdapat pusara murid kesayangan Beliau, yaitu [[Sayyid Hasan]].
Haul Beliau sering diperingati oleh masyarakat Gresik pada tanggal [[15 Muharram]].
== Kutipan ==
{{Reflist}}
== Referensi ==
* [[Sajarah Dalem Pangiwa lan Panengen]], Karya Ki Padmasusastra. Penerbit : Yayasan Sastra Lestari. Semarang-Surabaya: G.C.T van Dorep & Co [[1902]].
* [[Serat Walisana]] (Babad Para Wali), Karya Sunan Dalem. Diterjemahkan oleh Ki Tarka Sutarahardja. Penyadur R. Tanojo. Editor Naqobah Ansab Awliya’ Tis’ah (NAAT). Cetakan Pertama 2020. ISBN : 978-623-7817-04-8. Penerbit : Yudharta Press [[Pasuruan]] [[2020]].
[[Kategori:Ulama Nusantara|Tokoh Islam]]
|