Diplomasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AWG97 (bicara | kontrib)
Kanzcech (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(16 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
[[File:CTBT Diplomacy & Public Policy course - July 2013 (9376128205).jpg|thumb|200px|Dua diplomat sedang bernegosiasi]]
 
'''Diplomasi''' ([[kata serapan dalam bahasa Indonesia|serapan]] dari {{lang-nl|diplomatie}}) adalah praktik mempengaruhimemengaruhi keputusan dan perilaku pemerintah asing atau organisasi antar pemerintah melalui [[dialog]], [[negosiasi]], dan cara non-kekerasan lainnya.<ref>{{Cite web|title=diplomacy {{!}} Nature, Purpose, History, & Practice|url=https://www.britannica.com/topic/diplomacy|access-date=2019-07-30|website=Encyclopedia Britannica|language=en}}</ref> Diplomasi biasanya mengacu pada [[hubungan internasional]] yang dilakukan oleh antar diplomat profesional dengan memperhatikan berbagai isu dan topik yang dibahas antar kedua belah pihak.<ref>Ronald Peter Barston, ''Modern diplomacy'', Pearson Education, 2006, p. 1</ref> Praktisinya disebut seorang '''Diplomat'''.
 
Biasanya, orang menganggap diplomasi sebagai cara mendapatkan keuntungan dengan kata-kata yang halus. Perjanjian-[[perjanjian internasional]] umumnya dirundingkan oleh para diplomat terlebih dahulu sebelum disetujui oleh pejabat-pejabat tinggi negaranya. Istilah ''Diplomacy'' diperkenalkan ke dalam [[bahasa Inggris]] oleh Edward Burke pada tahun 1796 berdasarkan sebuah kata dari bahasa Prancis yaitu ''diplomatie''.
 
==Diplomat Sejarah ==
'''Niccolson''' menyatakan bahwa “Asal mula diplomasi ikut terkubur di kegelapan zaman yang mendahului fajar sejarah.” Masuk akal bila ada yang beranggapan bahwa pada saat manusia memulai kehidupan berkelompok, perhubungan, termasuk [[negosiasi]] untuk berbagai tujuan juga merupakan salah satu bentuk diplomasi. Perhubungan-perhubungan ini yang menjalankan berbagai tujuan seperti penghentian pemusuhan, pembicaraan penggunaan padang rumput, pertukaran istri, dan sebagainya, di antara kelompok-kelompok manusia yang berbeda,bisa diaanggap sebagai bukti adanya diplomasi pada zaman pra-Sejarah.
Diplomat adalah orang yang ditunjuk oleh suatu [[negara]] atau lembaga antar pemerintah (seperti [[Perserikatan Bangsa Bangsa|PBB]] atau [[Uni Eropa]]) untuk melakukan diplomasi dengan satu atau lebih negara atau organisasi internasional. Fungsi utama diplomat adalah bertugas sebagai utusan, perwakilan dan pelindung kepentingan negaranya dengan negara penempatanya; menginisiasi dan memfasilitasi kesepakatan strategis; bertugas untuk bernegosiasi dan mendiskusikan perjanjian dan konvensi; mempromosikan negaranya; mempraktikan hubungan perdagangan, teknologi dan perekonomian antar negara; serta menjalin dan memastikan hubungan persahabatan antara negara asalnya dengan negara penempatanya berjalan dengan baik. [[Duta Besar]] adalah salah satu jabatan tertinggi seorang diplomat.
 
Literatur-literatur kuno yang masih ada menggambarkan malaikat sebagai pembawa wahyu antara surga dan bumi. Mereka digambarkan sebagai diplomat pertama. [[Regweda|Kitab regweda]] sering melukiskan Agni sebagai pesuruh dewa. Ia merupakan mediator antara dewa dan manusia dan ditunjuk sebagai “pembawa dan penyebar berita” “duta yang lincah bergerak” dan sebagainya yang melaksanakan tugas-tugas diplomatik. Tidak hanya dijelaskan dalam kitab Regweda, mitologi Yunani juga menggambarkan bahwa diplomat yang pertama kali adalah pembawa berita/pesan antara dua atau lebih kelompok manusia atau suku bangsa. Kembalinya pembawa berita dengan selamat memelihara harapan akan keberhasilan kegiatan diplomatik. Keselamatan Duta yang sangat dihargai Negara mereka telah dikenal sejak semula. Inilah sebabnya mengapa sejak zaman dulu, ketika manusia masih menempu kehidupan liar, duta-duta itu umumnya dianggap sebagai orang suci. Hak imunitas yang kemudian diberikan membawa diplomasi kepada keadaan sekarang yang makmur.
===Keistimewaan===
[[File:Albert Emanuel von Graffenried Litho.jpg|thumb|180px|Diplomat asal [[Swiss]] Albert Emanuel von Graffenried Litho pada tahun 1855]]
{{utama|Kekebalan diplomatik}}
Seorang petugas diplomat memiliki berbagai prioritas serta keistimewaan dalam menjalankan tugas negaranya, diantaranya adalah kebal dari hukum negara penempatanya dan tidak dapat ditangkap oleh aparat keamanan negara dimana ia ditempatkan (kecuali terlibat dalam [[kriminal]]isme serius).<ref>Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961</ref> Diplomat yang terlibat dalam kriminalisme atau pelanggaran hukum berat di negara penempatanya bisa dijadikan status ''[[persona non grata]]'' (orang yang tidak diinginkan) oleh negara penempatanya atau ditarik ke negara asal.
 
=== India Kuno ===
Sejak ribuan tahun, seorang utusan kerajaan atau Diplomat dilindungi oleh berbagai keistimewaan dan hak selama penugasanya, terutama hak perlindungan dan keamanan, melecehkan atau bahkan membunuh mereka bisa memicu pecahnya [[perang]]. Penaklukan dan pembantaian [[Kekaisaran Khwarezmia]] oleh bangsa [[Mongol]] pada 1219 terjadi karena tiga diplomat utusan [[Genghis Khan]] dibotaki dan dieksekusi secara terhina oleh Kaisar Khwarezmia [[Ala ad-Din Muhammad II]] setelah ditugaskan Genghis Khan untuk menghadap sang Kaisar agar menuntut keadilan atas pembunuhan [[kafilah]] Mongol yang diutus Genghis Khan untuk [[berdagang]] dengan damai.<ref>[[Michael Prawdin|Prawdin, Michael]]. ''The Mongol Empire''.</ref>
Telah membuktikan secara tertulis bahwa kegiatan diplomatik telah berlangsung sejak lama di India dan telah lambat laun berkembang. Bahkan pada periode '''Vedic''' menggunakan utusan duta yang dikenal sebagai '''Prahita, palgala,dan suta''' tugasnya merupakan seorang utusan yang dikirim oleh rajanya untuk mengumpulkan informasi dan penyampai pesan. Telah dikembangkan pada periode ‘’’Yajurweda’’’. Dalam periode ini muncul banyak contoh pertunjukan wakil-wakil diplomatik oleh para penguasa untuk mewakili mereka di istana satu sama lain baik dalam waktu damai maupun perang.
 
Sejalan dengan berjalannya waktu metode dan praktik diplomatik berkembang lebih jauh. Pada abad ke-4 S.M., Kautilya menulis '''Arthasastra''' mengenai kenegaraan. Ia membuat analisis tentang tujuan, instrumen, praktik dan metode diplomasi. Analisisnya masih banyak dipraktikkan hingga kini antara lain: Dalam Konsep Rajamandala (lingkaran negara-negara), ia menekankan aspek geopolitik dari diplomasi secara rinci. Ia menelaah tentang pentingnya geografi dalam merumuskan diplomasi dan politik luar negeri suatu Negara. Bahwa politik antar anggota masyarakat internasional yang berbeda, pada dasarnya ditentukan oleh konstelasi: sahabat – musuh – dan – netral. Hal ini telah diakui oleh para penulis modern tentang hubungan internasional.
==Di Indonesia==
Menurut Kepres Nomor 108 Tahun 2003 Tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri, perwakilan diplomatik adalah [[kedutaan besar Republik Indonesia|Kedutaan Besar Republik Indonesia]] (KBRI) dan [[Perutusan Tetap Republik Indonesia]] (PTRI) yang melakukan kegiatan diplomatik di seluruh wilayah negara penerima dan/atau pada organisasi internasional untuk mewakili dan memperjuangkan kepentingan bangsa, negara dan pemerintah [[Republik Indonesia]].<ref>Menurut Kepres Nomor 108 Tahun 2003 Tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri</ref> Fungsi diplomatik diamanatkan dan diembankan kepada [[Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia]] yang bertanggung jawab kepada [[Presiden RI]].
 
Pada abad ke-3 S.M, '''Maurya Kaisar Asoka''' mencoba menanamkan gagasan baru dalam dunia diplomasi. Ia mengajar kan doktrin '''''non-violence (non kekerasan)''''', tidak hanya dalam kehidupan pribadi atau negara, tetapi bahkan juga dalam hubungan Internasional. Benar bahwa gagasan India tentang pemeliharaan hubungan damai antara negara satu dengan negara lainnya dan pembentukan persaudaraan secara menyuluruh tidak menghasilkan kesan mendalam pada evolusi diplomasi.
Perekrutan Diplomat oleh negara dilakukan melalui proses seleksi [[Calon Pegawai Negeri Sipil|CPNS]] [[Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia|Kementerian Luar Negeri RI]], dan yang lulus akan menjalani pembentukan serta pendidikan dan pelatihan di [[Sekolah Dinas Luar Negeri|Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu)]], [[Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia|Kemlu RI]] yang bertempat di [[Kota Administrasi Jakarta Selatan|Jakarta Selatan]].
 
=== Yunani Kuno ===
 
Yunani juga merupakan salah satu peradaban tertua didunia dalam praktik diplomasinya Menurut mitologi Yunani, dewa bangsa ''''Olypi'''' dan [[Hermes]] terlibat kegiatan-kegiatan diplomatik. ''Zeus'', raja para dewa, menugaskan Hermes untuk misi-misi diplomatik yang sulit termasuk membunuh ''Argos''. Hermes melambangkan sifat-sifat mempesona, penuh tipu-daya dan cerdik.
 
Bahkan diawal periode sejarah Yunani melibatkan sistem yang terinci bagi praktik diplomasi. Juru bicara melakukan negosiasi di antara suku-suku bangsa yang berbeda, mereka membicarakan tentang perdamaian, bersatu, konvensi, perjanjian seremonial, akhir perdamaian dan sebagainya, begitulah cara mereka berdiplomasi dan membuktikan kenyataan tentang kegiatan-kegiatan diplomatik masa yunani kuno. Para Duta Besar yang dikirim secara luas dipuji atas kefasihan dan keahlian mereka berbicara sehingga bisa membujuk pihak lain untuk menerima pandangan mereka, dan para Duta Besarpun memperoleh kekebalan diplomatik.
 
Pada abad ke-6 S.M, para warga kota Yunani melakukan praktik memilih ahli pidato mereka yang terbaik sebagai utusan mereka. Utusan-utusan ini dipercayai dengan tegas membela kasus mereka di depan majelis rakyat dari kota-kota lain di mana mereka telah dikirim untuk berunding. Mereka diharapkan untuk mengajukan proposal mereka secara terbuka dalam sebuah pidato yang hebat. Jadi perundingan atau negosiasi itu dilakukan secara lisan dan di muka umum. Apabila negosiasi itu berhasil akan menghasilkan perjanjian dan persyaratan-persyaratan yang akan diukir pada loteng suci pada sebuah kepingan seperti tablet agar bisa dilihat secara umum. Penandatangan dan sumpah dilaksanakan secara terbuka.
 
=== Romawi Kuno ===
 
Tradisi diplomasi dan metode-metode diplomasi serta praktik-praktik ini disebarkan dari bangsa Yunani kepada bangsa Romawi. Bangsa romawi diberi Tuhan “Pratical Sense” yang baik dan mereka mempunyai kapasitas administrasi yang mengagumkan. Namun, mereka tidak membuat banyak kontribusi penting pada perkembangan seni negosiasi. Mereka lebih suka memaksakan kehendaknya daripada melakukan perundingan atas dasar timbal-balik. Mereka menyerbu lawannya yang keras kepala dan hanya mengecualikan mereka yang tunduk pada kehendak Romawi.
 
Mesikupun kontribusi bangsa Romasi pada perkembangan sarana-sarana diplomatik tidak begitu menonjol, tetapi mereka membuat kontribusi yang substansial dalam pertumbuhan dan perkembangan hukum internasional. Mereka menciptkan beberapa ungkapan seperti '''ius civile''' (hukum yang diterapkan pada warga negara Romawi), '''ius gentium''' (hukum yang diterapkan bagi warga negara Romawi dengan orang asing) dan '''ius naturale''' (hukum yang umum bagi seluruh ummat manusia).
 
Pada mulanya bangsa Romawi memasuki sebuah perjanjian atas dasar asas timbal balik dan Koalisi Latin yang dimulai sebagai koalisi antar partner yang sejajar. Tetapi kemudian ketika Romawi menjadi kuat, mereka mulai mengancam anggota koalisi lain sebagai bawahannya dan prinsip timbal balik dan kesejajaran lenyap. Jadi tak ada Konsep Kesejajaran dalam diplomasi Romawi. Mereka meletakkan tekanan pada sanksi perjanjian. Bangsa Romawi menganggap perjanjian sebagai kontrak hukum dan menekankan kepada kewajiban yang diatur oleh hukum itu. Bangsa Romawi juga mengembangkan sistem yang rumit dalam mengatur peraturan-peraturan yang berhubungan dengan penerimaan perwakilan asing. Duta Besar yang sedang berkunjung dan stafnya diberi hak imunitas. Apabila ada seorang staf kedutaan yang ketahuan melanggar hukum, ia dikirim kembali ke negara asalnya, sehingga ia bisa diadili di negaranya sesuai dengan hukum negaranya. Setelah kekuasaan Romawi naik dengan pesat, perwakilan asing diperlakukan dengan sedikit kehormatan. Selama periode ini apabila suatu kedutaan datang berkunjung dan sampai di pinggiran kota, personilnya harus menunggu di luar, memberitahukan kehadirannya, dan hanya setelah mendapat persetujuan [[Senat]] baru bisa masuk ke Kota Roma. Semuanya ini menunjukan bahwa selama masa jaya Roma tak ada peningkatan yang penting dalam perkembangan Diplomasi. Tetapi harus kita akui bahwa kita berutang pada Romawi untuk asal kita '''''DIPLOMASI'''''.
 
=== Era Modern ===
Diplomasi yang dikenal saat ini berkembang dari praktik-praktik diplomasi di era modern awal di Eropa. Istilah "diplomasi" pertama kali digunakan di Prancis pada era Revolusi Prancis dan kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya, seperti Inggris. Sebelum abad ke-18, belum ada istilah kolektif yang menggambarkan aktivitas duta besar dan utusan khusus, meski sudah ada kegiatan kedutaan. Hubungan antar pemimpin kerajaan dan para pangeran atau adipati hanya dilihat sebagai hubungan 'politik' karena belum ada istilah 'kebijakan luar negeri' untuk menggambarkan hubungan antar bangsa atau wilayah.<ref>{{Cite book|last=Barston|first=R. P.|date=2019-01-17|url=https://www.taylorfrancis.com/books/9781351270083|title=Modern Diplomacy|location=Fifth edition. {{!}} Abingdon, Oxon ; New York, NY : Routledge, 2019.|publisher=Routledge|isbn=978-1-351-27009-0|editor-last=Barston|editor-first=R. P.|edition=5|language=en|doi=10.4324/9781351270090}}</ref>
 
== Lihat pula ==
Baris 31 ⟶ 47:
== Referensi ==
{{reflist}}
*ROY, SL.1991. Diplomasi. Terjemahan Herwanto dan Mirsawati. Jakarta: Rajawali, ISBN 979-421-284-9
*Nicholson, Harold.The Evolution Of Diplomatic Method.London.1954.
 
{{Diplomasi}}
{{politik-stub}}
 
[[Kategori:Diplomasi| ]]