Daftar khalifah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gosminkagawa (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Manggadua (bicara | kontrib)
 
(71 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox official post
Berikut ini adalah daftar [[khalifah]]. Seluruh tahun sesuai dengan tahun Masehi.
| post = Khalīfah (Caliph)<br />خَليفة
| body =
| insignia = Dirham of Umar II, 718-719.jpg
| insigniasize = 200px
| insigniacaption = koin Dirham perak khalifah [[Umar bin Abdul Aziz|Umar II]] dari [[Dinasti Umayyah]].
| image =
| imagesize =
| imagecaption =
| style = ''khalīfat rasulullāh'' (masa Abu Bakar)<br>[[Amirul Mukminin]] (sejak masa [[Umar bin Khattab|Umar]])
| residence = {{plainlist|
*[[Madinah|al-Madīnah al-Munawwarah (Madinah)]]
*[[Kufah|al-Kūfah (Kufah)]]
*[[Damaskus|Dimashq (Damaskus)]]
*[[Baghdad|Baġdād (Baghdad)]]
*[[Samarra|Sāmarra (Samarra)]]
*[[Kairo|Qāhirah (Kairo)]]
*[[Istanbul|Qustantiniyyeh (Istanbul)]]}}
| appointer = Syurā (masa [[kekhalifahan Rasyidin]])<br>Turun-temurun (sejak 661)
| appointer_qualified =
| precursor =
| formation = 8 Juni 632
| first = [[Abu Bakar Ash-Shiddiq|Abu Bakar]]
| first-type = Khalifah pertama
| last = [[Abdul Mejid II]]
| last-type = Khalifah terakhir
| abolished = 3 Maret 1924
}}
Ini adalah '''daftar orang-orang yang pernah menyandang gelar Khalifah''', pemimpin agama dan politik tertinggi dari sebuah negara Islam yang dikenal sebagai [[Khilafah]], dan gelar penguasa Umat [[Islam]], sebagai penerus politik [[Muhammad]]. Semua tahun menurut [[Masehi]]. Beberapa [[Muslim]] percaya bahwa, setelah meninggalnya Muhammad pada tahun 632, krisis suksesi muncul karena Muhammad tidak meninggalkan ahli waris yang diakui secara umum.
 
== DALIL-DALILPenunjukan Khalifah ==
Pada umumnya, khalifah utama ini diakui oleh hampir semua dunia Islam. Ketersambungan kepemimpinan ini setidaknya terdapat beberapa macam:
 
=== Dalil al-Qur'an ===
 
Di dalam al-Quran memang tidak terdapat istilah Daulah yang berfaedah negara. Tetapi di dalam al-Quran terdapat ayat yang menunjukkan wajibnya umat yang beriman memiliki kepengurusan ulil amri perkara agama dan wajibnya memainkan hukum dengan hukum-hukum yang diturunkan Allah SWT. Allah SWT berfirman:
 
* Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kalian kepada Rasul-Nya dan ulil amri di antara kalian yang beriman. (Qs. An-Nisaa` [4]: 59).
 
Ayat di atas telah memerintahkan kita untuk menaati Ulil Amri, yaitu Al Hakim (Penguasa). Perintah ini, secara dalalatul iqtidha, berfaedah perintah pula untuk mengadakan atau mengangkat Ulil Amri itu, jikalau Ulil Amri itu tidak telah tersedia, sebab tidak mungkin Allah memerintahkan kita untuk menaati pihak yang eksistensinya tidak telah tersedia. Allah juga tidak mungkin mewajibkan kita untuk menaati seseorang yang keberadaannya berhukum mandub.
 
Maka menjadi jelas bahwa mewujudkan ulil amri adalah suatu cara yang wajib. Tatkala Allah memberi perintah untuk mentaati ulil amri, berfaedah Allah memerintahkan pula untuk mewujudkannya. Sebab telah tersedianya ulil amri menyebabkan terlaksananya kewajipan menegakkan hukum syara’, sedangkan mengabaikan terwujudnya ulil amri menyebabkan terabaikannya hukum syara’. Mewujudkan ulil amri itu adalah wajib, karena sekiranya tidak diwujudkan akan menyebabkan terlanggarnya cara yang haram, yaitu mengabaikan hukum syara’ (tadhyii’ al hukm asy syar’iy).
 
Di samping itu, Allah SWT telah memerintahkan Rasulullah SAW untuk mengatur urusan kaum muslimin berlandaskan hukum-hukum yang diturunkan Allah SWT. Firman Allah SWT:
 
* Maka putuskanlah cara di sela di sela mereka dengan apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka (dengan) meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. (Qs. Al-Maa’idah [5]: 48).
 
* Dan putuskanlah cara di sela di sela mereka dengan apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari apa yang telah diturunkan Allah kepadamu (Qs. Al-Maa’idah [5]: 49).
 
Dalam kaidah usul fiqh dinyatakan bahwa, perintah (khitab) Allah kepada Rasulullah juga merupakan perintah kepada umat Islam selama tidak telah tersedia dalil yang mengkhususkan perintah ini hanya untuk Rasulullah (Khitabur rasuli khithabun li ummatihi malam yarid dalil yukhashishuhu bihi). Dalam hal ini tidak telah tersedia dalil yang mengkhususkan perintah tersebut hanya kepada Rasulullah SAW.
 
Oleh karenanya, ayat-ayat tersebut bersifat umum, yaitu berjalan pula untuk umat Islam. Dan menegakkan hukum-hukum yang diturunkan Allah, tidak mempunyai ciri utama lain kecuali menegakkan hukum dan pemerintahan (as-Sulthan), sebab dengan pemerintahan itulah hukum-hukum yang diturunkan Allah dapat diterapkan secara sempurna. Dengan demikian, ayat-ayat ini menunjukkan wajibnya keberadaan sebuah Jamaah untuk menjalankan semua hukum Islam, iaitu kepemimpinan Khilafah Al Jamaah.
 
* Padahal Allah memerintahkan kita untuk mati dalam keadaan Islam.
 
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
 
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". (QS. Ali Imran : 102).
 
أَفَحُكْمَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ
 
Artinya: "Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?". (QS. Al Maidah ayat 50).
 
=== Dalil as-Sunnah tentang Khalifah ====
 
* Abdullah bin Umar meriwayatkan, "Aku mendengar Rasulullah mengatakan, ‘Barangsiapa melepaskan tangannya dari ketaatan kepada Allah, niscaya dia akan menemui Allah di Hari Kiamat dengan tanpa argumen. Dan barangsiapa mati sedangkan di lehernya tak telah tersedia bai’at (kepada Khalifah) maka dia mati dalam kondisi mati jahiliyah." [HR. Muslim].
 
* Nabi SAW mewajibkan telah tersedianya bai’at pada leher setiap muslim dan menyifati orang yang mati dalam kondisi tidak berbai’at seperti matinya orang-orang jahiliyyah. Padahal bai’at hanya dapat diberikan kepada Khalifah, bukan kepada yang lain. Dari hadist ini menunjukkan kewajiban mengangkat seorang Khalifah, yang dengannya dapat terwujud bai’at di leher setiap muslim. Sebab bai’at baru telah tersedia di leher kaum muslimin sekiranya telah tersedia Khalifah/Imam yang memimpin Khilafah.
 
* Rasulullah SAW bersabda: "Bahwasanya Imam itu bagaikan perisai, dari belakangannya umat bertempur dan dengannya umat berlindung." [HR. Muslim]
 
* Rasulullah SAW bersabda: "Dahulu para nabi yang mengurus Bani Israil. Bila wafat seorang nabi diutuslah nabi berikutnya, tetapi tidak telah tersedia lagi nabi setelahku. Akan telah tersedia para Khalifah dan banyaknya akan banyak. Para Sahabat bertanya,’Apa yang engkau perintahkan kepada kami? Nabi menjawab,’Penuhilah bai’at yang pertama dan yang pertama itu saja. Penuhilah hak-hak mereka. Allah akan berkeinginan pertanggungjawaban terhadap apa yang menjadi kewajiban mereka." [HR. Muslim].
 
* Rasulullah SAW bersabda: "Bila seseorang melihat sesuatu yang tidak disukai dari amirnya (pemimpinnya), maka bersabarlah. Sebab barangsiapa memisahkan diri dari penguasa (pemerintahan Islam) walau sejengkal saja lalu beliau mati, maka matinya adalah mati jahiliyah." [HR. Muslim].
 
Hadis pertama dan kedua merupakan pemberitahuan (ikhbar) dari Rasulullah SAW bahawa seorang Khalifah adalah laksana perisai, dan bahawa akan telah tersedia penguasa-penguasa yang memerintah kaum muslimin. Pernyataan Rasulullah SAW bahawa seorang Imam itu laksana perisai menunjukkan pemberitahuan tentang telah tersedianya faedah-faedah keberadaan seorang Imam, dan ini merupakan suatu tuntutan (thalab). Sebab, setiap pemberitahuan yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya, apabila mengandung celaan (adz dzamm) maka yang dimaksud adalah tuntutan untuk meninggalkan (thalab at tarki), atau merupakan larangan (an nahy); dan apabila mengandung pujian (al mad-hu) maka yang dimaksud adalah tuntutan untuk memainkan afal (thalab al fi’li). Dan sekiranya pelaksanaan afal yang dituntut itu menyebabkan tegaknya hukum syara’ atau jika dibiarkan lepas mengakibatkan terabaikannya hukum syara’, maka tuntutan untuk melaksanakan afal itu bererti bersifat pasti (fardlu). Aci hadis pertama dan kedua ini menunjukkan wajibnya Khilafah, sebab tanpa Khilafah banyak hukum syara’ akan terabaikan.
 
Hadis ketiga menjelaskan keharaman kaum muslimin keluar (memberontak, membangkang) dari penguasa (as sulthan). Berfaedah keberadaan Khilafah adalah wajib, sebab sekiranya tidak wajib tidak mungkin Nabi SAW sampai begitu tegas menyatakan bahwa orang yang memisahkan diri dari Khilafah akan mati jahiliyah. Jelas ini menegaskan bahawa mendirikan pemerintahan untuk kaum muslimin statusnya adalah wajib.
 
* Rasulullah SAW bersabda pula : "Barangsiapa membai’at seorang Imam (Khalifah), lalu memberikan genggaman tangannya dan menyerahkan buah hatinya, hendaklah beliau mentaatinya semaksimal mungkin. Dan jika datang orang lain berhasrat mencabut kekuasaannya, penggallah leher orang itu." [HR. Muslim].
 
Keimaman melanjutkan tugas seperti para Nabi meramut, membimbing, mengatur, mengurus, dan mendampingi UMAT, seperti dijelaskan dalil berikut:
 
* "Bani Isra'il, kehidupan mereka selalu didampingi oleh para Nabi, bila satu Nabi meninggal dunia, akan dibangkitkan lagi Nabi setelahnya. Dan sungguh tidak ada Nabi sepeninggal aku. Yang ada adalah para Khalifah yang banyak jumlahnya". (HR. Muslim).
 
 
Dalam hadis ini Rasululah SAW telah memerintahkan kaum muslimin untuk menaati para Khalifah dan memerangi orang-orang yang merebut kekuasaan mereka. Perintah Rasulullah ini berfaedah perintah untuk mengangkat seorang Khalifah dan memelihara kekhilafahannya dengan cara memerangi orang-orang yang merebut kekuasaannya. Semua ini merupakan penjelasan tentang wajibnya keberadaan penguasa kaum muslimin, iaitu Imam atau Khalifah. Sebab sekiranya tidak wajib, nescaya tidak mungkin Nabi SAW memberikan perintah yang begitu tegas untuk memelihara eksistensinya, iaitu perintah untuk memerangi orang yang akan merebut kekuasaan Khalifah.
 
 
Dengan demikian jelaslah, dalil-dalil As Sunnah ini telah menunjukkan wajibnya Khalifah untuk kaum muslimin.
 
=== Dalil Ijma’ Sahabat ===
 
* "Abu Bakar Asshidiq radiyallaah anhu, berkata: Tersimpulnya hidayah Islam sesudah kalimat syahadat adalah mendengar dan taat kepada seseorang yang Allah menjadikannya sebagai wali perkara kalian yang beriman/ulil amri minkum".
 
* Dari Umar, “Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan berJama’ah, dan tidak ada Jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ditaati, maka barangsiapa yang kaum itu mengangkatnya sebagai pimpinan atas dasar kefahaman, maka hidup baginya dan bagi kaum tersebut tetapi barangsiapa yang kaum itu mengangkatnya bukan atas dasar kefahaman, maka kerusakan baginya dan bagi mereka.” (HR. Ad-Darimi Sunan Ad-Darimi dalam bab Dzihabul ‘Ilmi : I/79)
 
 
Sebagai sumber hukum Islam ketiga, Ijma’ Sahabat menunjukkan bahwa mengangkat seorang Khalifah sebagai pemimpin pengganti Rasulullah SAW hukumnya wajib. Mereka telah sepakat mengangkat Khalifah Sisa dari pembakaran Bakar, Umar bin Khathtab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, ridlwanullah ‘alaihim.
 
Ijma’ Sahabat yang menekankan pentingnya pengangkatan dan [[baiat]] Khalifah, nampak jelas dalam perihal nya bahawa mereka menunda kewajiban menguburkan jenazah Rasulullah SAW dan mendahulukan pengangkatan dan pem[[baiat]]an seorang Khalifah pengganti dia. Padahal menguburkan mayat secepatnya adalah suatu kewajiban dan diharamkan atas orang-orang yang wajib menyiapkan pemakaman jenazah untuk memainkan kesibukan lain sebelum jenazah dikebumikan. Namun, para Sahabat yang wajib menyiapkan pemakaman jenazah Rasulullah SAW ternyata sebagian di selanya justru semakin mendahulukan usaha-usaha untuk mengangkat dan [[baiat]] Khalifah daripada menguburkan jenazah Rasulullah. Sedangkan sebagian Sahabat lain mendiamkan kesibukan mengangkat dan [[baiat]] Khalifah tersebut, dan ikut pula bersama-sama menunda kewajiban menguburkan jenazah Nabi SAW sampai dua malam, padahal mereka dapat mengingkari hal ini dan dapat mengebumikan jenazah Nabi secepatnya. Fakta ini menunjukkan telah tersedianya kesepakatan (ijma’) mereka untuk segera melaksanakan kewajiban mengangkat dan [[baiat]] Khalifah daripada menguburkan jenazah. Hal itu tak mungkin terjadi kecuali jika status hukum mengangkat dan [[baiat]] seorang Khalifah adalah semakin wajib daripada menguburkan jenazah.
 
Demikian pula bahwa seluruh Sahabat selama hidup mereka telah bersepakat tentang kewajiban mengangkat dan [[baiat]] Khalifah. Walaupun sering muncul perbedaan argumen tentang siapa yang tepat untuk dipilih dan diangkat menjadi Khalifah, namun mereka tidak pernah berselisih argumen sedikit pun tentang wajibnya mengangkat dan [[baiat]] seorang Khalifah, sepatutnya ketika wafatnya Rasulullah SAW maupun ketika pergantian masing-masing Khalifah yang empat. Oleh karenanya Ijma’ Sahabat merupakan dalil yang jelas dan kuat tentang kewajiban mengangkat Khalifah.
 
=== Dalil Dari Kaidah Syar’iyah ===
Ditilik dari analisis usul fiqh, mengangkat dan [[baiat]] Khalifah juga wajib. Dalam usul fikih dikenal kaidah syar’iyah yang disepakati para ulama:
 
"Sesuatu kewajiban yang tidak sempurna kecuali telah tersedianya sesuatu, maka sesuatu itu wajib pula keberadaannya." Memainkan hukum-hukum yang berasal dari Allah SWT dalam segala bidangnya adalah wajib. Sementara hal ini tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna tanpa telah tersedianya kekuasaan Islam yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Maka dari itu, berlandaskan kaidah syar’iyah tadi, eksistensi Khilafah hukumnya menjadi wajib.
 
Jelaslah, berbagai sumber hukum Islam tadi menunjukkan bahwa menegakkan Daulah Khilafah merupakan kewajipan dari Allah SWT atas seluruh kaum muslimin.
 
Argumen Para Ulama
Seluruh imam mazhab dan para mujtahid besar tanpa kecuali telah bersepakat bulat akan wajibnya Khilafah (atau Imamah) ini. Syaikh Abdurrahman Al Jaziri menegaskan hal ini dalam kitabnya Al Fiqh ‘Ala Al Madzahib Al Arba’ah, jilid V, hal. 416:
 
"Para imam mazhab (Sisa dari pembakaran Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad) --rahimahumullah-- telah sepakat bahwa Imamah (Khilafah) itu wajib telah tersedianya, dan bahawa ummat Islam wajib mempunyai seorang imam (khalifah,) yang akan meninggikan syiar-syiar agama serta menolong orang-orang yang tertindas dari yang menindasnya..."
Tidak hanya kalangan Ahlus Sunnah saja yang mewajibkan Khilafah, bahkan seluruh kalangan Ahlus Sunnah dan Syiah (termasuk Khawarij dan Mu’tazilah) tanpa kecuali bersepakat tentang wajibnya mengangkat seorang Khalifah. Sekiranya pun telah tersedia segelintir orang yang tidak mewajibkan Khilafah, maka argumennya itu tidak perlu diasumsikan, karena bertentangan dengan nas-nas syara’ yang telah jelas.
 
Imam Asy-Syaukani dalam Nailul Authar jilid 8 hal. 265 menyatakan: "Menurut golongan Syiah, minoritas Mu’tazilah, dan Asy A’riyah, (Khilafah) adalah wajib menurut syara’." Ibnu Hazm dalam Al Fashl fil Milal Wal Ahwa’ Wan Nihal juz 4 hal. 87 mengatakan: "Telah sepakat seluruh Ahlus Sunnah, seluruh Murji`ah, seluruh Syi’ah, dan seluruh Khawarij, tentang wajibnya Imamah (Khilafah)."
 
Bahwa Khilafah adalah sebuah ketentuan hukum Islam yang wajib (bukan haram lebih-lebih bid’ah) dapat kitab temukan dalam khazanah Tsaqafah Islamiyah yang sangat kaya. Berikut ini sekelumit saja referensi yang menunjukkan kewajiban Khilafah: Imam Al Mawardi, Al Ahkamush Shulthaniyah, hal. 5, Sisa dari pembakaran Ya’la Al Farraa’, Al Ahkamush Shulthaniyah, hal.19, Ibnu Taimiyah, As Siyasah Asy Syar’iyah, hal.161, Ibnu Taimiyah, Majmu’ul Fatawa, jilid 28 hal. 62, Imam Al Ghazali, Al Iqtishaad fil I’tiqad,hal. 97, Ibnu Khaldun, Al Muqaddimah, hal.167, Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, juz 1 hal.264, Ibnu Hajar Al Haitsami, Ash Shawa’iqul Muhriqah, hal.17, Ibnu Hajar A1 Asqallany, Fathul Bari, juz 13 hal. 176, Imam An Nawawi, Syarah Muslim, juz 12 hal. 205, Dr. Dhiya’uddin Ar Rais, Al Islam Wal Khilafah, hal.99, Abdurrahman Abdul Khaliq, Asy Syura, hal.26, Abdul Qadir Audah, Al Islam Wa Audla’una As Siyasiyah, hal. 124, Dr. Mahmud Al Khalidi, Qawaid Nizham Al Hukum fil Islam, hal. 248, Sulaiman Ad Diji, Al Imamah Al ‘Uzhma, hal.75, Muhammad Abduh, Al Islam Wan Nashraniyah, hal. 61, dan masih banyak lagi yang lainnya.<ref>http://p2k.um-surabaya.ac.id/id3/1-3045-2942/Khalifah_33884_p2k-um-surabaya.html</ref>
 
== Khalifah utama ==
Khalifah utama merujuk pada para khalifah yang garis kepemimpinannya tersambung dengan khalifah sebelumnya hingga Abu Bakar, khalifah pertama. Pada umumnya, khalifah utama ini diakui oleh hampir semua dunia Islam. Ketersambungan kepemimpinan ini setidaknya terdapat beberapa macam:
 
* Penunjukkan. Seorang khalifah menunjuk seseorang untuk menjadi penerusnya. Hal ini seperti yang dilakukan Abu Bakar kepada 'Umar bin Khattab, Mu'awiyah kepada Yazid, dan Sulaiman bin 'Abdul Malik kepada 'Umar bin 'Abdul 'Aziz. Dalam cara ini, seseorang yang telah ditunjuk akan menjadi khalifah setelah khalifah lama mangkat.
Baris 112 ⟶ 50:
* Wangsa Utsmaniyah
 
=== Khulafaur Rasyidin (632–661) ===
{{Hatnote|Muslim Sunni menyebut keempat khalifah pertama ini sebagai [[Khulafaur Rasyidin]]. Untuk masa pemerintahan para khalifah ini, lihat [[Kekhalifahan Rasyidin]]}}
{{Main|Khulafaur Rasyidin}}
{| class="wikitable"
!'''#'''
!Nama<br />BerkuasaRentang usia
!Kaligrafi
!Berkuasa
!Rentang usia
!width="40%" |Catatan
|-
|1
|align="center" |[[Abu Bakar Ash-Shiddiq|'Abdullah<br /><big>'''Abu Bakar''']]</big><br />أبو بكر<br />{{small|8573 Juni 632 (11 H) –{{ndash}} 22 Agustus 634 (13 H)<br />({{age in years and days|632|6|8|634|8|22|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Rashidun Caliph Abu Bakr as-Șiddīq (Abdullah ibn Abi Quhafa) - أبو بكر الصديق عبد الله بن عثمان التيمي القرشي أول الخلفاء الراشدين.svg|100px]]
|align="center" |573{{small|8 Juni 632 (11 H) –<br />{{ndash}} 22 Agustus 634 (13 H)<br />22({{age Agustusin years and days|632|6|8|634|8|22|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Bergelar ''Ash-Shiddiq'' (tepercaya)
Baris 130 ⟶ 68:
* Ayah: 'Utsman Abu Quhafah
* Ibu: Salma binti Shakhar
* Ayah dari [[Aisyah]], [[Ummahatul mu'minin|istri Nabi '''Muhammad''']]
|-
|2
|align="center" |[[Umar bin Khattab|<big>'''ʿUmar'''</big><br />bin Khattab]]<br />عمر بن الخطاب<br />{{small|23584 Agustus 634 (13 H) –{{ndash}} 3 November 644 (23 H)<br />({{age in years and days|634|8|23|644|11|3|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Rashidun Caliphs Umar ibn Al-Khattāb - عُمر بن الخطّاب ثاني الخلفاء الراشدين.svg|100px]]
|align="center" |584{{small|23 Agustus 634 (13 H) –<br />{{ndash}} 3 November 644 (23 H)<br />3({{age Novemberin years and days|634|8|23|644|11|3|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Bergelar ''Al-Faruq'' (pembeda (yang baik dan buruk))
Baris 141 ⟶ 79:
* Ayah: Khattab bin Nufayl
* Ibu: Hantamah binti Hisyam
* Ayah dari [[Hafshah binti Umar|Hafshah]], [[Ummahatul mu'minin|istri Nabi '''Muhammad''']]
|-
|3
|align="center" |[[Utsman bin Affan|<big>''''Utsman'''</big><br /> bin 'Affan]]<br />عثمان بن عفان<br />{{small|11579 November 644 (23 H) –{{ndash}} 20 Juni 656 (35 H)<br />({{age in years and days|644|11|11|656|6|20|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Rashidun Caliph Uthman ibn Affan - عثمان بن عفان ثالث الخلفاء الراشدين.svg|100px]]
|align="center" |579{{small|11 November 644 (23 H) –<br />{{ndash}} 20 Juni 656 (35 H)<br />20({{age Juniin years and days|644|11|11|656|6|20|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Bergelar ''Dzun Nurrain'' (dua cahaya) karena menikahi dua putri Nabi Muhammad
* Anggota [[Bani Umayyah]] pertama yang menjadi khalifah. Meski begitu, ''''Utsman''' tidak dimasukkan dalam daftar khalifah dari Dinasti Umayyah lantarankarena Bani Umayyah bukan sebuah dinasti pada masanya.
* Ayah: 'Affan bin Abi al-'Ash
* Ibu: Arwa binti Kuraiz
* Suami dari putri [[Muhammad|Nabi '''[[Muhammad]]''']], [[Ruqayyah binti Muhammad|Ruqayyah]], kemudian [[Ummu Kultsum binti Muhammad|Ummu Kultsum]]
* Cucu Ummu Hakim binti Abdul Muttalib, bibi [[Muhammad|Nabi '''[[Muhammad]]''']]
|-
|4
|align="center" |[[Ali bin Abi Thalib|<big>''''Ali'''</big><br />bin Abi Thalib]]<br />علي بن أبي طالب<br />{{small|2015 JuniSeptember 656601 (35 H) –{{ndash}} 29 Januari 661 (40 H)<br />({{age in years and days|656|6|20|661|1|29|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Rashidun Caliph Ali ibn Abi Talib - علي بن أبي طالب.svg|100px]]
|align="center" |15{{small|20 Juni 656 (35 SeptemberH) 601<br />{{ndash}} 29 Januari 661 (40 H)<br />29({{age Januariin years and days|656|6|20|661|1|29|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Dipandang sebagai [[Imamah|imam pertama]] oleh umat [[Syi'ah]]
Baris 164 ⟶ 102:
* Ayah: [[Abu Thalib|Abu Talib bin 'Abdul Muttalib]]
* Ibu: [[Fatimah binti Asad]]
* Sepupu [[Muhammad|Nabi '''[[Muhammad]]''']]
* Suami dari putri Nabi '''Muhammad''', [[Fatimah az-Zahra]]
* Suami dari cucu Nabi '''Muhammad''', Umamah binti Zainab
|}
 
=== KhalifahKekhalifahan sementara Hasan bin 'Ali (661){{anchor|Hasan bin Ali}} ===
{| class="wikitable"
!'''#'''
!Nama<br />BerkuasaRentang usia
!Kaligrafi
!Koin
!Rentang usia
!Berkuasa
!width="40%" |Catatan
|-
|5
|align="center" |[[Hasan bin Ali|<big>'''Ḥasan'''</big><br />bin ''''Ali''']]<br />الحسن بن علي<br />{{small|661<br1 />(enamDesember atau624 tujuh{{ndash}} bulan)1 April 670}}
|align="center" |[[Berkas:Hassanالحسن mojtabaابن - 140098علي.jpgsvg|100px]]
|[[Berkas:Coin from the time of Hassan ibn Ali.jpg|100px]]
|align="center" |1 Desember 624<br />{{ndash}}<br />1 April 670
|align="center" |{{small|661<br />(enam atau tujuh bulan)}}
|align="center" |
* Beberapa sumber menyebut '''Hasan''' sebagai ''Khulafaur Rasyidin'' kelima, sedangkan sebagian sumber yang lain tidak memasukkannya dalam daftar khalifah resmi
* Berasal dari [[Bani Hasyim]]
* Ibu: [[Fatimah az-Zahra]], putri [[Muhammad|Nabi '''[[Muhammad]]''']]
* Ayah: [[Ali bin Abi Thalib|(4) ''''Ali''' bin Abi Thalib]]
* [[Perjanjian Hasan–Mu'awiyah|Menyerahkan kekhalifahan]] kepada [[Muawiyah bin Abu Sufyan|(6) '''Mu'awiyah''']] setelah 6-7 bulan berkuasa
|}
 
=== Wangsa Umayyah (661–750) ===
{{Main|Kekhalifahan Umayyah}}
Secara silsilah, khalifah dari Wangsa Umayyah dibagi menjadi dua:
 
* Kelompok Sufyani, yakni yang merupakan keturunan dari Abu Sufyan bin Harb. Ada tiga orang khalifah yang berasal dari garis Sufyani.
Baris 198 ⟶ 139:
{| class="wikitable"
!'''#'''
!Nama<br />BerkuasaRentang usia
!Kaligrafi
!Berkuasa
!Rentang usia
!width="40%" |Catatan
|-
| 6
|align="center" | [[Muawiyah bin Abu Sufyan|<big>'''Mu'awiyah'''</big><br />bin Abu Sufyan]]<br />معاوية بن أبي سفيان<br />{{small|661602 {{ndash}} 26 April 680 (60 H)}}
|align="center" | [[Berkas:Caliph Muawiya Calligaprhy.png|100px]]
|align="center" | 602<br />{{ndash}}small|661 –<br /> 26 April 680 (60 H)}}
|align="center" |
* Ayah: [[Abu Sufyan|Abu Sufyan bin Harb]]
Baris 214 ⟶ 155:
|-
| 7
|align="center" | [[Yazid bin Muawiyah|<big>'''Yazid'''</big><br >bin '''Mu'awiyah''']]<br />زيد بن معاوية<br />{{small|26647 April 680 –{{ndash}} 11 November 683<br />({{age in years and days|680|4|26|683|11|11|duration=yes}})}}
|align="center" | [[Berkas:Drachm of Yazid I, 676-677.jpg|100px]]
|align="center" | 647{{small|26 April 680 –<br />{{ndash}} 11 November 683<br />11({{age Novemberin years and days|680|4|26|683|11|11|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: [[Muawiyah bin Abu Sufyan|(6) '''Mu'awiyah''' bin Abu Sufyan]]
Baris 222 ⟶ 163:
|-
| 8
|align="center" | [[Muawiyah bin Yazid|<big>'''Mu'awiyah'''</big><br >bin '''Yazid''']]<br />معاوية بن يزيد<br />{{small|11sekitar November664 683{{ndash}} sekitar 684}}
|align="center" |
|align="center" | sekitar{{small|11 664<brNovember />{{ndash}}683 –<br />sekitar 684}}
|align="center" |
* Ayah: [[Yazid bin Muawiyah|(7) '''Yazid''' bin Mu'awiyah]]
Baris 231 ⟶ 172:
|-
| 9
|align="center" | [[Marwan bin al-Hakam|<big>'''Marwan'''</big><br >bin al-Hakam]]<br />مروان بن الحكم<br />{{small|Juni623 684atau 626 12{{ndash}} April 685}}
|align="center" |
|align="center" | 623{{small|Juni atau684 626<br />{{ndash}}<br />12 April 685}}
|align="center" |
* Ayah: [[Hakam bin Abi al Ash|Hakam bin Abi al-Ash]]
Baris 241 ⟶ 182:
|-
| 10
|align="center" | [[Abdul Malik bin Marwan|<big>''''Abdul Malik'''</big><br >bin '''Marwan''']]<br />عبد الملك ابن مروان<br />{{small|12646 April 685 –{{ndash}} 8 Oktober 705<br />({{age in years and days|685|4|12|705|10|8|duration=yes}})}}
|align="center" | [[Berkas:First Umayyad gold dinar, Caliph Abd al-Malik, 695 CE.jpg|100px]]
|align="center" | 646{{small|12 April 685 –<br />{{ndash}} 8 Oktober 705<br />8({{age Oktoberin years and days|685|4|12|705|10|8|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: [[Marwan bin al-Hakam|(9) '''Marwan''' bin al-Hakam]]
Baris 249 ⟶ 190:
|-
| 11
|align="center" | [[Al-Walid bin Abdul-Malik|<big>'''Al-Walid'''</big><br >bin ''''Abdul Malik''']]<br />الوليد بن عبد الملك<br />{{small|8668 Oktober 705 –{{ndash}} 23 Februari 715<br />({{age in years and days|705|10|8|715|2|23|duration=yes}})}}
|align="center" | [[Berkas:الوليد_بن_عبد_الملكالوليد بن عبد الملك.png|100px]]
|align="center" | 668{{small|8 Oktober 705 –<br />{{ndash}} 23 Februari 715<br />23({{age Februariin years and days|705|10|8|715|2|23|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: [[Abdul Malik bin Marwan|(10) ''''Abdul Malik''' bin '''Marwan''']]
Baris 257 ⟶ 198:
|-
| 12
|align="center" | [[Sulaiman bin Abdul-Malik|<big>'''Sulaiman'''</big><br >bin ''''Abdul Malik''']]<br />سليمان بن عبد الملك<br />{{small|23674 Februari 715 –{{ndash}} 22 September 717<br />({{age in years and days|715|2|23|717|9|22|duration=yes}})}}
|align="center" | [[Berkas:سليمان_بن_عبد_الملكسليمان بن عبد الملك.png|100px]]
|align="center" | 674{{small|23 Februari 715 –<br />{{ndash}} 22 September 717<br />22({{age Septemberin years and days|715|2|23|717|9|22|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: [[Abdul Malik bin Marwan|(10) ''''Abdul Malik''' bin '''Marwan''']]
Baris 265 ⟶ 206:
|-
| 13
|align="center" | [[Umar bin Abdul-Aziz|<big>''''Umar'''</big><br >bin 'Abdul 'Aziz]]<br />عمر بن عبد العزيز<br />{{small|222 SeptemberNovember 717682 – 5 Februari 720<br />({{agendash}} in4 yearsFebruari and days|717|9|22|720|2|5|duration=yes}})}}
|align="center" | [[Berkas:عمر بن عبد العزيز.png|100px]]
|align="center" | 2{{small|22 NovemberSeptember 682717 –<br />{{ndash}} 4 Februari 720<br />4({{age Februariin years and days|717|9|22|720|2|5|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: [[Abdul Aziz bin Marwan|'Abdul 'Aziz bin (9) '''Marwan''']]
Baris 273 ⟶ 214:
|-
| 14
|align="center" | [[Yazid bin Abdul-Malik|<big>'''Yazid'''</big><br >bin ''''Abdul Malik''']]<br />يزيد بن عبد الملك‎الملك<br />{{small|5687 Februari 720 –{{ndash}} 26 Januari 724<br />({{age in years and days|720|2|5|724|1|26|duration=yes}})}}
|align="center" | [[Berkas:يزيد_بن_عبد_الملكيزيد بن عبد الملك.png|100px]]
|align="center" | 687{{small|5 Februari 720 –<br />{{ndash}} 26 Januari 724<br />26({{age Januariin years and days|720|2|5|724|1|26|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: [[Abdul Malik bin Marwan|(10) ''''Abdul Malik''' bin '''Marwan''']]
Baris 281 ⟶ 222:
|-
| 15
|align="center" | [[Hisyam bin Abdul-Malik|<big>'''Hisyam'''</big><br >bin ''''Abdul Malik''']]<br />هشام بن عبد الملك<br />{{small|26691 Januari 724 –{{ndash}} 6 Februari 743<br />({{age in years and days|724|1|26|743|2|6|duration=yes}})}}
|align="center" | [[Berkas:2هشام_بن_عبد_الملك2هشام بن عبد الملك.png|100px]]
|align="center" | 691{{small|26 Januari 724 –<br />{{ndash}} 6 Februari 743<br />6({{age Februariin years and days|724|1|26|743|2|6|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: [[Abdul Malik bin Marwan|(10) ''''Abdul Malik''' bin '''Marwan''']]
* Ibu: FatimahAisyah binti [[Hisyam bin Ismail al-Makhzumi|Hisyam]] dari [[Bani Makhzum]]
|-
| 16
|align="center" | [[Al-Walid bin Yazid|<big>'''Al-Walid'''</big><br >bin '''Yazid''']]<br />الوليد بن يزيد<br />{{small|6 Februari 743 –709 {{ndash}}17 April 744<br />({{age in years and days|743|2|6|744|4|17|duration=yes}})}}
|align="center" | [[Berkas:(أميرGold المؤمنينdinar أبيof العباسal-Walid الوليدII بنibn يزيدYazid, الأمويAH القرشي العبشمي (رحمه الله125-126.pngjpg|100px]]
|align="center" | 709{{small|6 Februari 743 –<br />{{ndash}} 17 April 744<br />17({{age Aprilin years and days|743|2|6|744|4|17|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: [[Yazid bin Abdul-Malik|(14) '''Yazid''' bin ''''Abdul Malik''']]
Baris 297 ⟶ 238:
|-
| 17
|align="center" | [[Yazid bin Walid|<big>'''Yazid'''</big><br >bin '''Al-Walid''' bin ''''Abdul Malik''']]<br />يزيد بن الوليد<br />{{small|17701 April 744 –{{ndash}} 4 Oktober 744<br />({{age in years and days|744|4|17|744|10|4|duration=yes}})}}
|align="center" |
|align="center" | 701{{small|17 April 744 –<br />{{ndash}} 4 Oktober 744<br />4({{age Oktoberin years and days|744|4|17|744|10|4|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: [[Al-Walid bin Abdul-Malik|(11) '''Al-Walid''' bin ''''Abdul Malik''']]
Baris 305 ⟶ 246:
|-
| 18
|align="center" | [[Ibrahim bin Walid|<big>'''Ibrahim'''</big><br >bin '''Al-Walid''' bin ''''Abdul Malik''']]<br />ابراهيم ابن الوليد<br />{{small|4mangkat Oktober25 744Januari – 4 Desember 744<br />({{age in years and days|744|10|4|744|12|4|duration=yes}})750}}
|align="center" |
|align="center" | {{small|4 Oktober 744 –<br > 4 Desember 744<br />({{age in years and days|744|10|4|744|12|4|duration=yes}})}}
|align="center" | mangkat 25 Januari 750
|align="center" |
* Ayah: [[Al-Walid bin Abdul-Malik|(11) '''Al-Walid''' bin ''''Abdul Malik''']]
Baris 313 ⟶ 254:
|-
| 19
|align="center" | [[Marwan bin Muhammad|<big>'''Marwan'''</big><br >bin Muhammad]]<br />مروان بن محمد<br />{{small|4mangkat Desember6 744Agustus – 25 Januari 750<br />({{age in years and days|744|12|4|750|1|25|duration=yes}})}}
|align="center" |
|align="center" | {{small|4 Desember 744 –<br > 25 Januari 750<br />({{age in years and days|744|12|4|750|1|25|duration=yes}})}}
|align="center" | mangkat 6 Agustus 750
|align="center" |
* Ayah: [[Muhammad bin Marwan|Muhammad bin (9) '''Marwan''' bin al-Hakam]]
|}
 
=== Wangsa Abbasiyah (750-1258, 1261–1517) ===
{{Main|Kekhalifahan Abbasiyah}}
Wangsa Abbasiyah adalah keluarga besar yang merupakan keturunan dari '[[Abbas bin Abdul-Muththalib]], paman Nabi Muhammad. Silsilah dari ayah dari dua khalifah Bani Abbasiyah pertama adalah Muhammad bin 'Ali bin [[Abdullah bin Abbas|'Abdullah]] bin 'Abbas. Masa Kekhalifahan Bani Abbasiyah dibagi ke dalam dua periode. Periode pertama adalah sebelum [[Pengepungan Baghdad (1258)|jatuhnya Baghdad]] pada 1258 dan periode kedua adalah setelah penaklukan Baghdad.
 
==== Periode pertama (750-1258) ====
Pada masa ini, khalifah tidak lagi memiliki kendali langsung atas semua wilayah negara Islam. Gelar sultan mulai digunakan untuk merujuk pada penguasa Muslim yang menguasai wilayah tertentu di dunia Islam, berbeda dengan khalifah yang merupakan pemimpin seluruh dunia Islam. Namun dalam praktiknya, daerah kekuasaan beberapa sultan lebih luas daripada wilayah yang dipimpin langsung oleh [[khalifah]]. Meski sepenuhnya mandiri dari campur tangan khalifah dalam memerintah wilayah kekuasaannya, para sultan ini tetap menyatakan ketundukannya kepada khalifah meski hanya secara simbolis. Terdapat 37 khalifah pada masa ini, terhitung dari 'Abdullah as-Saffah naik takhta sampai terbunuhnya 'Abdullah al-Musta'shim pada 1258 saat Baghdad jatuh ke tangan Mongol.
{| class="wikitable"
!'''#'''
!Nama<br />BerkuasaRentang usia
!Gambar
!Berkuasa
!Rentang usia
!width="40%" |Catatan
|-
|20
|align="center" |[[As-Saffah|'Abdullah<br /><big>'''As-Saffah''']]</big><br />عبد الله السفاح<br />{{small|25721 Januari 750 – 10 Juni 754<br />({{age in years and days|750|1|25|754|6|10|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Balami - Tarikhnama - Abu'l-'Abbas al-Saffah.jpg|100px]]
|align="center" |721{{small|25 Januari 750 – 10 Juni 754<br />({{ndash}}<brage />10in Juniyears and days|750|1|25|754|6|10|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: Muhammad, cicit '[[Abbas bin Abdul-Muththalib]], paman Nabi '''Muhammad'''
Baris 342 ⟶ 283:
|-
|21
|align="center" |[[Al-Mansur|'Abdullah<br /><big>'''Al-Manshur''']]</big><br />عبد الله المنصور<br />{{small|10714 Juni 754 –{{ndash}} 6 Oktober 775<br />({{age in years and days|754|6|10|775|10|6|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Statue of Abu Jaafar al-Mansur.jpg|150px]]
|align="center" |714{{small|10 Juni 754 – 6 Oktober 775<br />({{ndash}}<brage />6in Oktoberyears and days|754|6|10|775|10|6|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: Muhammad, cicit '[[Abbas bin Abdul-Muththalib]], paman Nabi '''Muhammad'''
Baris 351 ⟶ 292:
|-
|22
|align="center" |[[Al-Mahdi|Muhammad<br /><big>'''Al-Mahdi''']]</big><br />محمد المهدي<br />{{small|6744 Oktoberatau 775745 {{ndash}} 24 Juli 785<br />({{age in years and days|775|10|6|785|6|24|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Abbasid al-Mahdi dirham Kirman 166AH.jpg|100px]]
|align="center" |744{{small|6 atauOktober 745775 – 24 Juli 785<br />({{ndash}}<brage />24in Juliyears and days|775|10|6|785|6|24|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (21) 'Abdullah '''Al-Manshur'''
Baris 359 ⟶ 300:
|-
|23
|align="center" |[[Al-Hadi|Musa<br /><big>'''Al-Hadi''']]</big><br />موسى الهادي<br />{{small|2426 JuliApril 785764 {{ndash}} 14 September 786<br />({{age in years and days|785|6|24|786|9|14|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Dirhem of Al-Hadi, AH 170.jpg|100px]]
|align="center" |26{{small|24 AprilJuli 764785 – 14 September 786<br />({{ndash}}<brage />14in Septemberyears and days|785|6|24|786|9|14|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (22) Muhammad '''Al-Mahdi'''
Baris 367 ⟶ 308:
|-
|24
|align="center" |[[Harun Ar-Rasyid|Harun<br /><big>'''Ar-Rasyid''']]</big><br />هَارُون الرَشِيد‎الرَشِيد<br />{{small|14 September 786 – 2417 Maret 809<br766 />({{agendash}} in24 yearsMaret and days|786|9|14|809|3|24|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Gold dinar of Harun al-Rashid, AH 170-193.jpg |100px]]
|align="center" |17{{small|14 September 786 – 24 Maret 766809<br />({{ndash}}<brage />24in Maretyears and days|786|9|14|809|3|24|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (22) Muhammad '''Al-Mahdi'''
Baris 375 ⟶ 316:
|-
|25
|align="center" |[[Muhammad bin Harun al-Amin|Muhammad<br /><big>'''Al-Amin''']]</big><br />محمد الأمين‎الأمين<br />{{small|24787 Maret 809 –{{ndash}} 27 September 813<br />({{age in years and days|809|3|24|813|9|27|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Gold dinar of Harun al-Rashid, AH 170-193.jpg|100px]]
|align="center" |787{{small|24 Maret 809 – 27 September 813<br />({{ndash}}<brage />27in Septemberyears and days|809|3|24|813|9|27|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (24) Harun '''Ar-Rasyid'''
Baris 384 ⟶ 325:
|-
|26
|align="center" |[[Ma'mun Ar-Rasyid|'Abdullah<br /><big>'''Al-Ma'mun''']]</big><br />عبد الله المأمون‎المأمون<br />{{small|2714 September 813786 {{ndash}} 7 Agustus 833<br />({{age in years and days|813|9|27|833|8|7|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Coin of the Abbasid Caliph al-Ma'mun.jpg|100px]]
|align="center" |14{{small|27 September 786813 – 7 Agustus 833<br />({{ndash}}<brage />7in Agustusyears and days|813|9|27|833|8|7|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (24) Harun '''Ar-Rasyid'''
Baris 392 ⟶ 333:
|-
|27
|align="center" |[[Al-Mu'tashim Billah|Muhammad<br /><big>'''Al-Mu'tashim Billah''']]</big><br />محمد المعتصم بالله‎بالله<br />{{small|9Oktober Agustus796 833 –{{ndash}} 5 Januari 842<br />({{age in years and days|833|8|9|842|1|5|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Dirham of al-Mu'tasim, AH 221.jpg|100px]]
|align="center" |Oktober{{small|9 796Agustus 833 – 5 Januari 842<br />({{ndash}}<brage />5in Januariyears and days|833|8|9|842|1|5|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (24) Harun '''Ar-Rasyid'''
Baris 400 ⟶ 341:
|-
|28
|align="center" |[[Al-Watsiq|Harun<br /><big>'''Al-Watsiq Billah''']]</big><br />هارون الواثق باللہ<br />{{small|518 JanuariApril 842812 {{ndash}} 10 Agustus 847<br />({{age in years and days|842|1|5|847|8|10|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Dinar of al-Wathiq, AH 227-232.jpg|100px]]
|align="center" |18{{small|5 AprilJanuari 812842 – 10 Agustus 847<br />({{ndash}}<brage />10in Agustusyears and days|842|1|5|847|8|10|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (27) Muhammad '''Al-Mu'tashim'''
Baris 408 ⟶ 349:
|-
|29
|align="center" |[[Al-Mutawakkil|Ja'far<br /><big>'''Al-Mutawakkil 'Alallah''']]</big><br />جعفر المتوكل على الله<br />{{small|1031 AgustusMaret 847822 {{ndash}} 11 Desember 861<br />({{age in years and days|847|8|10|861|12|11|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Dinar of Al-Mutawakkil, AH 232-247.jpg|100px]]
|align="center" |31{{small|10 MaretAgustus 822847 – 11 Desember 861<br />({{ndash}}<brage />11in Desemberyears and days|847|8|10|861|12|11|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (27) Muhammad '''Al-Mu'tashim'''
Baris 416 ⟶ 357:
|-
|30
|align="center" |[[Al-Muntashir|Muhammad<br /><big>'''Al-Muntashir Billah''']]</big><br />محمد المنتصر بالله<br />{{small|11November Desember837 861 –{{ndash}} 7 Juni 862<br />({{age in years and days|861|12|11|862|6|7|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Dinar of Al-Mutawakkil, AH 232-247.jpg|100px]]
|align="center" |November{{small|11 837Desember 861 – 7 Juni 862<br />({{ndash}}<brage />7in Juniyears and days|861|12|11|862|6|7|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (29) Ja'far '''Al-Mutawakkil'''
Baris 424 ⟶ 365:
|-
|31
|align="center" |[[Al-Musta'in|Ahmad<br /><big>'''Al-Musta'in Billah''']]</big><br />أحمد المستعين بالله<br />{{small|8834/836 Juni 862 – Januari{{ndash}} 866<br />(sekitar 3 tahun 7 bulan)}}
|align="center" |[[Berkas:Dinar of Al-Musta'in, AH 248-252.jpg|100px]]
|align="center" |834/836<br />{{ndash}}small|8 Juni 862 – Januari 866<br />866(sekitar 3 tahun 7 bulan)}}
|align="center" |
* Ayah: Muhammad bin (27) Muhammad '''Al-Mu'tashim'''
Baris 432 ⟶ 373:
|-
|32
|align="center" |[[Al-Mu'tazz|Muhammad<br /><big>'''Al-Mu'tazz Billah''']]</big><br />محمد المعتز بالله<br />{{small|25847 Januari 866 – 13{{ndash}} Juli 869<br />({{ageAgustus in years and days|866|1|25|869|7|13|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Dinar of al-Mu'tazz, AH 253.jpg|100px]]
|align="center" |847{{small|25 Januari 866 – 13 Juli 869<br />({{ndash}}<brage />Juli/Agustusin years and days|866|1|25|869|7|13|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (29) Ja'far '''Al-Mutawakkil'''
Baris 440 ⟶ 381:
|-
|33
|align="center" |[[Al-Muhtadi|Muhammad<br /><big>'''Al-Muhtadi Billah''']]</big><br />محمد المهتدي بالله‎بالله<br />{{small|21833 Juli 869 – 17 Juni 870<br />({{agendash}} in21 yearsJuni and days|869|7|21|870|6|17|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Dirham of al-Muhtadi, AH 255-256.jpg|100px]]
|align="center" |833{{small|21 Juli 869 – 17 Juni 870<br />({{ndash}}<brage />21in Juniyears and days|869|7|21|870|6|17|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (28) Harun '''Al-Watsiq'''
Baris 448 ⟶ 389:
|-
|34
|align="center" |[[Al-Mu'tamid|Ahmad<br /><big>'''Al-Mu'tamid 'Alallah''']]</big><br />أحمد المعتمد على الله‎الله<br />{{small|19sekitar Juni842 870 –{{ndash}} 15 Oktober 892<br />({{age in years and days|870|6|19|892|10|15|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Dinar of al-Mu'tamid, AH 271.jpg|100px]]
|align="center" |sekitar{{small|19 842Juni 870 – 15 Oktober 892<br />({{ndash}}<brage />15in Oktoberyears and days|870|6|19|892|10|15|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (29) Ja'far '''Al-Mutawakkil'''
Baris 456 ⟶ 397:
|-
|35
|align="center" |[[Al-Mu'tadhid|Ahmad<br /><big>'''Al-Mu'tadhid Billah''']]</big><br />أحمد المعتضد بالله‎‎بالله<br />{{small|15857 Oktober 892 –{{ndash}} 5 April 902<br />({{age in years and days|892|10|15|902|4|5|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Dinar of al-Mu'tadid, AH 285.jpg|100px]]
|align="center" |857{{small|15 Oktober 892 – 5 April 902<br />({{ndash}}<brage />5in Aprilyears and days|892|10|15|902|4|5|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: Thalhah bin (29) Ja'far '''Al-Mutawakkil'''
Baris 464 ⟶ 405:
|-
|36
|align="center" |[[Al-Muktafi|'Ali<br /><big>'''Al-Muktafi Billah''']]</big><br />علي المكتفي بالله‎‎بالله<br />{{small|5877 April 902 -{{ndash}} 13 Agustus 908<br />({{age in years and days|902|4|5|908|8|13|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Dinar of al-Muqtadir with Abu'l-Abbas and Amid al-Dawla.jpg|100px]]
|align="center" |877{{small|5 April 902 - 13 Agustus 908<br />({{ndash}}<brage />13in Agustusyears and days|902|4|5|908|8|13|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (35) Ahmad '''Al-Mu'tadhid'''
Baris 472 ⟶ 413:
|-
|37
|align="center" |[[Al-Muqtadir|Ja'far<br /><big>'''Al-Muqtadir Billah''']]</big><br />جعفر المقتدر بالله‎‎بالله<br />{{small|13 AgustusNovember 908895 {{ndash}} 31 Oktober 932<br />({{age in years and days|908|8|13|932|10|31|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Dinar of al-Muktafi, AH 292.jpg|100px]]
|align="center" |{{small|13 NovemberAgustus 895908 – 31 Oktober 932<br />({{ndash}}<brage />31in Oktoberyears and days|908|8|13|932|10|31|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (35) Ahmad '''Al-Mu'tadhid'''
Baris 481 ⟶ 422:
|-
|38
|align="center" |[[Al-Qahir|Muhammad<br /><big>'''Al-Qahir Billah''']]</big><br />محمد القاهر بالله‎‎بالله<br />{{small|31899 Oktober 932 – 19 April 934<br />({{age in years and days|932|10|31|934|4|19|duration=yesndash}}) 950}}
|align="center" |[[Berkas:Gold dinar of al-Qahir, AH 320-322.jpg|100px]]
|align="center" |899{{small|31 Oktober 932 – 19 April 934<br />({{ndashage in years and days|932|10|31|934|4|19|duration=yes}})}}<br />950
|align="center" |
* Ayah: (35) Ahmad '''Al-Mu'tadhid'''
Baris 490 ⟶ 431:
|-
|39
|align="center" |[[Ar-Radhi|Muhammad<br /><big>'''Ar-Radhi Billah''']]</big><br />محمد الراضي بالله‎‎بالله<br />{{small|24 April 934 – 12 Desember 940<br909 />({{agendash}} in12 yearsDesember and days|934|4|24|940|12|12|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Gold dinar of al-Radi, 323 AH.jpg|100px]]
|align="center" |{{small|24 April 934 – 12 Desember 909940<br />({{ndash}}<brage />12in Desemberyears and days|934|4|24|940|12|12|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (37) Ja'far '''Al-Muqtadir'''
Baris 498 ⟶ 439:
|-
|40
|align="center" |[[Al-Muttaqi|Ibrahim<br /><big>'''Al-Muttaqi Lillah''']]</big><br />إبراهيم المتقي لله<br />{{small|15908 Desember 940 – 26 Agustus 944<br />({{agendash}} inJuli years and days|940|12|15|944|8|26|duration=yes}})968}}
|align="center" |[[Berkas:Dirham of al-Muttaqi.jpg|100px]]
|align="center" |{{small|15 Desember 940 – 26 Agustus 944<br />({{age in years and days|940|12|15|944|8|26|duration=yes}})}}
|align="center" |908<br />{{ndash}}<br />Juli 968
|align="center" |
* Ayah: (37) Ja'far '''Al-Muqtadir'''
Baris 507 ⟶ 448:
|-
|41
|align="center" |[[Al-Mustakfi|'Abdullah<br /><big>'''Al-Mustakfi Billah''']]</big><br />عبد الله المستكفي بالله‎بالله<br />{{small|26905 Agustus 944 – 28 Januari 946<br />({{agendash}} inSeptember/Oktober years and days|944|8|26|946|1|28|duration=yes}})949}}
|align="center" |[[Berkas:Dirham of al Al-Mustakfi 334h.jpg|100px]]
|align="center" |>{{small|26 Agustus 944 – 28 Januari 946<br />({{age in years and days|944|8|26|946|1|28|duration=yes}})}}
|align="center" |905<br />{{ndash}}<br />September/Oktober 949
|align="center" |
* Ayah: (36) 'Ali '''Al-Muktafi'''
Baris 515 ⟶ 456:
|-
|42
|align="center" |[[Al-Muthi'|Fadhl<br /><big>'''Al-Muthi' Lillah''']]</big><br />فضل المطيع لله‎لله<br />{{small|28914 Januari 946 – 4 Agustus 974<br />({{agendash}} inSeptember/Oktober years and days|946|1|28|974|8|4|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Dinar Al-Muti(334-363h).jpg|100px]]
|align="center" |914{{small|28 Januari 946 – 4 Agustus 974<br />({{ndash}}<brage />September/Oktoberin years and days|946|1|28|974|8|4|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (37) Ja'far '''Al-Muqtadir'''
Baris 523 ⟶ 464:
|-
|43
|align="center" |[[Ath-Tha'i|'Abdul Karim<br /><big>'''Ath-Tha'i Lillah''']]</big><br />عبد الكريم الطائع لله‎لله<br />{{small|4932 Agustus 974 – 30 Oktober 991<br />({{agendash}} in3 yearsAgustus and days|974|8|4|991|10|30|duration=yes}})1003}}
|align="center" |
|align="center" |932{{small|4 Agustus 974 – 30 Oktober 991<br />({{ndash}}<brage />3in Agustusyears 1003and days|974|8|4|991|10|30|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (42) Fadhl '''Al-Muthi''''
Baris 531 ⟶ 472:
|-
|44
|align="center" |[[Al-Qadir|Ahmad<br /><big>'''Al-Qadir Billah''']]</big><br />أحمد القادر بالله‎بالله<br />{{small|1947 November 991 –{{ndash}} 29 November 1031<br />({{age in years and days|991|10|30|1031|11|29|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Mahmud in robe from the caliph.jpg|100px]]
|align="center" |947{{small|1 November 991 – 29 November 1031<br />({{ndash}}<brage />29in Novemberyears and days|991|10|30|1031|11|29|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: Ishaq bin (37) Ja'far '''Al-Muqtadir'''
Baris 539 ⟶ 480:
|-
|45
|align="center" |[[Al-Qa'im|'Abdullah<br /><big>'''Al-Qa'im Bi Amrillah''']]</big><br />عبد الله القائم بأمر الله‎الله<br />{{small|291001 November 1031 –{{ndash}} 2 April 1075<br />({{age in years and days|1031|11|29|1075|4|2|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Kakwayhids coin Isfahan Iran 1042.jpg|100px]]
|align="center" |1001{{small|29 November 1031 – 2 April 1075<br />({{ndash}}<brage />2in Aprilyears and days|1031|11|29|1075|4|2|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (44) Ahmad '''Al-Qadir'''
|-
|46
|align="center" |[[Al-Muqtadi|'Abdullah<br /><big>'''Al-Muqtadi Bi Amrillah''']]</big><br />عبد الله المقتدي بأمر الله‎الله<br />{{small|21056 April 1075 –{{ndash}} 3 Februari 1094<br />({{age in years and days|1075|4|2|1094|2|3|duration=yes}})}}
|align="center" |
|align="center" |1056{{small|2 April 1075 – 3 Februari 1094<br />({{ndash}}<brage />3in Februariyears and days|1075|4|2|1094|2|3|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: Muhammad adz-Dzakirah bin (45) 'Abdullah '''Al-Qa'im'''
Baris 554 ⟶ 495:
|-
|47
|align="center" |[[Al-Mustazhir|Ahmad<br /><big>'''Al-Mustazh'hir Billah''']]</big><br />أحمد المستظهر بالله‎بالله<br />{{small|April/Mei 1078 {{ndash}} 6 Agustus 1118}}
|align="center" |[[Berkas:MuhammadITaparSeljuqCoin.jpg|100px]]
|align="center" |{{small|3 Februari 1094 – 6 Agustus 1118<br />({{age in years and days|1094|2|3|1118|8|6|duration=yes}})}}
|align="center" |
|align="center" |April/Mei 1078<br />{{ndash}}<br />6 Agustus 1118
|align="center" |
* Ayah: (46) 'Abdullah '''Al-Muqtadi'''
Baris 562 ⟶ 503:
|-
|48
|align="center" |[[Al-Mustarsyid|Al-Fadhl<br /><big>'''Al-Mustarsyid Billah''']]</big><br />الفضل المسترشد بالله‎بالله<br />{{small|6April/Mei Agustus1092 1118 –{{ndash}} 29 Agustus 1135<br />({{age in years and days|1118|8|6|1135|8|29|duration=yes}})}}
|align="center" |
|align="center" |April/Mei{{small|6 1092Agustus 1118 – 29 Agustus 1135<br />({{ndash}}<brage />29in Agustusyears and days|1118|8|6|1135|8|29|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (47) Ahmad '''Al-Mustazh'hir'''
Baris 570 ⟶ 511:
|-
|49
|align="center" |[[Ar-Rasyid|Manshur<br /><big>'''Ar-Rasyid Billah''']]</big><br />منصور الراشد بالله‎بالله<br />{{small|291109 Agustus 1135 – 17 Agustus 1136<br />({{agendash}} in6 yearsJuni and days|1135|8|29|1136|8|17|duration=yes}})1138}}
|align="center" |
|align="center" |1109{{small|29 Agustus 1135 – 17 Agustus 1136<br />({{ndash}}<brage />6in Juniyears 1138and days|1135|8|29|1136|8|17|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (48) Al-Fadhl '''Al-Mustarsyid'''
Baris 578 ⟶ 519:
|-
|50
|align="center" |[[Al-Muqtafi|Muhammad<br /><big>'''Al-Muqtafi Li Amrillah''']]</big><br />محمد المقتفي لأمر الله<br />{{small|17 Agustus 1136 – 129 Maret 1160<br1096 />({{agendash}} in12 yearsMaret and days|1136|8|17|1160|3|12|duration=yes}})}}
|align="center" |
|align="center" |9{{small|17 Agustus 1136 – 12 Maret 10961160<br />({{ndash}}<brage />12in Maretyears and days|1136|8|17|1160|3|12|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (47) Ahmad '''Al-Mustazh'hir'''
Baris 586 ⟶ 527:
|-
|51
|align="center" |[[Al-Mustanjid|Yusuf<br /><big>'''Al-Mustanjid Billah''']]</big><br />يوسف المستنجد بالله<br />{{small|121124 Maret 1160 –{{ndash}} 20 Desember 1170<br />({{age in years and days|1160|3|12|1170|12|20|duration=yes}})}}
|align="center" |
|align="center" |1124{{small|12 Maret 1160 – 20 Desember 1170<br />({{ndash}}<brage />20in Desemberyears and days|1160|3|12|1170|12|20|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (50) Muhammad '''Al-Muqtafi'''
Baris 594 ⟶ 535:
|-
|52
|align="center" |[[Al-Mustadhi'|Hasan<br /><big>'''Al-Mustadhi' Bi Amrillah''']]</big><br />حسن المستضيء بأمر الله<br />{{small|201124 Desember 1170 –{{ndash}} 30 Maret 1180<br />({{age in years and days|1170|12|20|1180|3|30|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:Turquoise glass stamp of calif Mustadi 1170 1180.jpg|100px]]
|align="center" |1124{{small|20 Desember 1170 – 30 Maret 1180<br />({{ndash}}<brage />30in Maretyears and days|1170|12|20|1180|3|30|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (51) Yusuf '''Al-Mustanjid'''
Baris 602 ⟶ 543:
|-
|53
|align="center" |[[An-Nashir|Ahmad<br /><big>'''An-Nashir Li Dinillah''']]</big><br />أحمد الناصر لدين الله<br />{{small|306 MaretAgustus 11801158 {{ndash}} 5 Oktober 1225<br />({{age in years and days|1180|3|30|1225|10|5|duration=yes}})}}
|align="center" |
|align="center" |6{{small|30 AgustusMaret 11581180 – 5 Oktober 1225<br />({{ndash}}<brage />5in Oktoberyears and days|1180|3|30|1225|10|5|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (52) Hasan '''Al-Mustadhi''''
Baris 610 ⟶ 551:
|-
|54
|align="center" |[[Azh-Zhahir|Muhammad<br /><big>'''Azh-Zhahir Bi Amrillah''']]</big><br />محمد الظاهر بأمر الله<br />{{small|51176 Oktober 1225 –{{ndash}} 10 Juli 1226<br />({{age in years and days|1225|10|5|1226|7|10|duration=yes}})}}
|align="center" |
|align="center" |1176{{small|5 Oktober 1225 – 10 Juli 1226<br />({{ndash}}<brage />10in Juliyears and days|1225|10|5|1226|7|10|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (53) Ahmad '''An-Nashir'''
|-
|55
|align="center" |[[Al-Mustanshir|Manshur<br /><big>'''Al-Mustanshir Billah''']]</big><br />منصور المستنصر بالله<br />{{small|1017 JuliFebruari 12261192 {{ndash}} 5 Desember 1242<br />({{age in years and days|1226|7|10|1242|12|5|duration=yes}})}}
|align="center" |
|align="center" |17{{small|10 FebruariJuli 11921226 – 5 Desember 1242<br />({{ndash}}<brage />5in Desemberyears and days|1226|7|10|1242|12|5|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (54) Muhammad '''Azh-Zhahir'''
Baris 625 ⟶ 566:
|-
|56
|align="center" |[[Al-Musta'shim|'Abdullah<br /><big>'''Al-Musta'shim Billah''']]</big><br />عبد الله المستعصم بالله<br />{{small|51213 Desember 1242 –{{ndash}} 20 Februari 1258<br />({{age in years and days|1242|12|5|1258|2|20|duration=yes}})}}
|align="center" |[[Berkas:HulaguInBagdad.JPG|150px]]
|align="center" |1213{{small|5 Desember 1242 – 20 Februari 1258<br />({{ndash}}<brage />20in Februariyears and days|1242|12|5|1258|2|20|duration=yes}})}}
|align="center" |
* Ayah: (55) Manshur '''Al-Mustanshir'''
Baris 635 ⟶ 576:
|}
 
==== Periode kedua (1261–1517) ====
Setelah Baghdad runtuh, Wangsa Abbasiyah mengungsi ke Mesir yang saat itu dikuasai [[Kesultanan Mamluk (Kairo)|Kesultanan Mamluk]] dan melanjutkan tampuk kekhalifahan di sana. Berbeda saat sebelum kejatuhan Baghdad, Khalifah Abbasiyah di Mesir sama sekali tidak memiliki wilayah kekuasaan dan hanya berperan sebagai simbol pemersatu dunia Islam. Kekurangan dalam memiliki kekuatan politik menjadikan khalifah pada masa ini kerap terombang-ambing saat terjadi pergolakan di pemerintahan Mesir, membuat khalifah pada periode ini juga disebut dengan "khalifah bayangan." Sultan Mamluk bahkan mampu menunjuk khalifah yang baru atau menggulingkan khalifah yang sedang berkuasa.
 
Baris 642 ⟶ 583:
{| class="wikitable"
!'''#'''
!Nama<br />BerkuasaRentang usia
!Berkuasa
!Rentang usia
!width="40%" |Catatan
|-
|57
|align="center" |[[Al-Mustanshir II|Ahmad<br /><big>'''Al-Mustanshir Billah II''']]</big><br />أحمد المسنتصر بالله الثاني<br />{{small|Mangkat 28 November 1261}}
|align="center" |{{small|13 Juni 1261 – 28 November 1261<br />({{age in years and days|1261|6|13|1261|11|28|duration=yes}})}}
|align="center" |Mangkat 28 November 1261
|align="center" |
* Ayah: (54) Muhammad '''Azh-Zhahir'''
Baris 655 ⟶ 596:
|-
|58
|align="center" |[[Al-Hakim I (Kairo)|Ahmad<br /><big>'''Al-Hakim Bi Amrillah''']]</big><br />أحمد الحاكم بأمر الله<br />{{small|Mangkat 19 Januari 1302}}
|align="center" |{{small|21 November 1262 – 19 Januari 1302<br />({{age in years and days|1262|11|21|1302|1|19|duration=yes}})}}
|align="center" |Mangkat 19 Januari 1302
|align="center" |
* Ayah: Hasan bin Abu Bakar bin Hasan bin 'Ali bin (48) Al-Fadhl '''Al-Mustarsyid'''
Baris 662 ⟶ 603:
|-
|59
|align="center" |[[Al-Mustakfi II|Sulaiman<br /><big>'''Al-Mustakfi Billah II''']]</big><br />سليمان المستكفي بالله الثاني<br />{{small|Mangkat Februari 1340}}
|align="center" |{{small|20 Januari 1302 – Februari 1340<br />(sekitar 38 tahun)}}
|align="center" |Mangkat Februari 1340
|align="center" |
* Ayah: (58) Ahmad '''Al-Hakim'''
|-
|60
|align="center" |[[Al-Watsiq II|Ibrahim<br /><big>'''Al-Watsiq Billah II''']]</big><br />إبراهيم الواثق بالله الثاني<br />{{small|FebruariMangkat 1340 – 16 Junisetelah 1341}}
|align="center" |Mangkat{{small|Februari setelah1340 – 16 Juni 1341}}
|align="center" |
* Ayah: Muhammad bin (58) Ahmad '''Al-Hakim'''
|-
|61
|align="center" |[[Al-Hakim II|Ahmad<br /><big>'''Al-Hakim Bi Amrillah II''']]</big><br />أحمد الحاكم بأمر الله الثاني<br />{{small|16 Juni 1341 –Mangkat 1352}}
|align="center" |Mangkat{{small|16 Juni 1341 – 1352}}
|align="center" |
* Ayah: (59) Sulaiman '''Al-Mustakfi II'''
|-
|62
|align="center" |Abu Bakar<br /><big>'''[[Al-Mu'tadhid II|Al-Mu'tadhid Billah II]]'''</big><br />أبو بكر المعتضد بالله الثاني<br />{{small|1352 –Mangkat 1362}}
|align="center" |Mangkat{{small|1352 – 1362}}
|align="center" |
* Ayah: (59) Sulaiman '''Al-Mustakfi II'''
|-
|63
|align="center" |[[Al-Mutawakkil I|Muhammad<br /><big>'''Al-Mutawakkil 'Alallah''']]</big><br />محمد المتوكل على الله<br />{{small|1362Mangkat 9 1377<brJanuari />(periode pertama)1406}}
|align="center" |Mangkat{{small|1362 9 Januari1377<br 1406/>(periode pertama)}}
|align="center" |
* Ayah: (62) Abu Bakar '''Al-Mu'tadhid II'''
Baris 693 ⟶ 634:
|-
|64
|align="center" |[[Al-Musta'shim II|Zakariyya<br /><big>'''Al-Musta'shim Billah II''']]</big><br />زكريا المستعصم بالله الثاني<br />{{small|1377<brMangkat />(periode pertama)1389}}
|align="center" |Mangkat{{small|1377<br 1389/>(periode pertama)}}
|align="center" |
* Ayah: (60) Ibrahim '''Al-Watsiq II'''
Baris 700 ⟶ 641:
|-
|
|align="center" |Muhammad<br /><big>'''Al-Mutawakkil 'Alallah'''</big><br />محمد المتوكل على الله<br />
|align="center" |{{small|1377 – 1383<br />(periode kedua)}}
|align="center" |
|align="center" |
* Masa kekuasaan kedua
|-
|65
|align="center" |[[Al-Watsiq III|'Umar<br /><big>'''Al-Watsiq Billah III''']]</big><br />عمر الواثق بالله الثالث<br />{{small|September 1383 –Mangkat 13 November 1386}}
|align="center" |Mangkat{{small|September 1383 – 13 November 1386}}
|align="center" |
* Ayah: (60) Ibrahim '''Al-Watsiq II'''
|-
|
|align="center" |Zakariyya<br /><big>'''Al-Musta'shim Billah II'''</big><br />زكريا المستعصم بالله الثاني<br />
|align="center" |{{small|November 1386 – 1389<br />(periode kedua)}}
|align="center" |
|align="center" |
* Masa kekuasaan kedua
|-
|
|align="center" |Muhammad<br /><big>'''Al-Mutawakkil 'Alallah'''</big><br />محمد المتوكل على الله<br />
|align="center" |{{small|1389 – 9 Januari 1406<br />(periode ketiga)}}
|align="center" |
|align="center" |
* Masa kekuasaan ketiga
|-
|66
|align="center" |Al-'Abbas<br /><big>'''Al-Musta'in Billah II'''</big><br />العباس المستعين بالله الثاني<br />{{small|Mangkat 1430}}
|align="center" |{{small|22 Januari 1406 – 9 Maret 1414<br />({{age in years and days|1406|1|22|1414|3|9|duration=yes}})}}
|align="center" |Mangkat 1430
|align="center" |
* Ayah: (62) Abu Bakar '''Al-Mutawakkil'''
Baris 732 ⟶ 673:
|-
|67
|align="center" |[[Al-Mu'tadhid III|Dawud<br /><big>'''Al-Mu'tadhid Billah III''']]</big><br />داود المعتضد بالله الثالث<br />{{small|Mangkat 23 Juli 1441}}
|align="center" |{{small|9 Maret 1414 – 23 Juli 1441<br />({{age in years and days|1414|3|9|1441|7|23|duration=yes}})}}
|align="center" |Mangkat 23 Juli 1441
|align="center" |
* Ayah: (62) Abu Bakar '''Al-Mutawakkil'''
Baris 739 ⟶ 680:
|-
|68
|align="center" |[[Al-Mustakfi III|Sulaiman<br /><big>'''Al-Mustakfi Billah III''']]</big><br />سليمان المستكفي بالله الثالث<br />{{small|Mangkat 29 Januari 1451}}
|align="center" |{{small|23 Juli 1441 – 29 Januari 1451<br />({{age in years and days|1441|7|23|1451|1|29|duration=yes}})}}
|align="center" |Mangkat 29 Januari 1451
|align="center" |
* Ayah: (62) Abu Bakar '''Al-Mutawakkil'''
Baris 746 ⟶ 687:
|-
|69
|align="center" |[[Al-Qa'im II|Hamzah<br /><big>'''Al-Qa'im Bi Amrillah''']]</big><br />حمزة القائم بأمر الله<br />{{small|1451Mangkat – 14551458}}
|align="center" |Mangkat{{small|1451 1458– 1455}}
|align="center" |
* Ayah: (62) Abu Bakar '''Al-Mutawakkil'''
Baris 753 ⟶ 694:
|-
|70
|align="center" |[[Al-Mustanjid II|Yusuf<br /><big>'''Al-Mustanjid Billah II''']]</big><br />يوسف المستنجد بالله الثاني<br />{{small|1455 –Mangkat 7 April 1479}}
|align="center" |Mangkat{{small|1455 – 7 April 1479}}
|align="center" |
* Ayah: (62) Abu Bakar '''Al-Mutawakkil'''
Baris 760 ⟶ 701:
|-
|71
|align="center" |[[Al-Mutawakkil II|'Abdul 'Aziz<br /><big>'''Al-Mutawakkil 'Alallah II''']]</big><br />عبد العزيز المتوكل على الله الثاني<br />{{small|Mangkat 27 September 1497}}
|align="center" |{{small|8 April 1479 – 27 September 1497<br />({{age in years and days|1479|4|8|1497|9|27|duration=yes}})}}
|align="center" |Mangkat 27 September 1497
|align="center" |
* Ayah: Ya'qub bin (62) Muhammad '''Al-Mutawakkil'''
Baris 767 ⟶ 708:
|-
|72
|align="center" |[[Al-Mustamsik|Ya'qub<br /><big>'''Al-Mustamsik Billah''']]</big><br />يعقوب المستمسك بالله<br />{{small|Mangkat 1521}}
|align="center" |{{small|27 September 1497 – 1508<br />(periode pertama)}}
|align="center" |Mangkat 1521
|align="center" |
* Ayah: (71) 'Abdul 'Aziz '''Al-Mutawakkil II'''
Baris 774 ⟶ 715:
|-
|73
|align="center" |[[Al-Mutawakkil III|Muhammad<br /><big>'''Al-Mutawakkil 'Alallah III''']]</big><br />محمد المتوكل على الله الثالث<br />{{small|Mangkat 1543}}
|align="center" |{{small|1508 – 1516<br />(periode pertama)}}
|align="center" |Mangkat 1543
|align="center" |
* Ayah: (72) Ya'qub '''Al-Mustamsik'''
Baris 781 ⟶ 722:
|-
|
|align="center" |Ya'qub<br /><big>'''Al-Mustamsik Billah'''</big><br />يعقوب المستمسك بالله<br />
|align="center" |{{small|1516 – 1517<br />(periode kedua)}}
|align="center" |
|align="center" |
* Masa kekuasaan kedua
|-
|
|align="center" |Muhammad<br /><big>'''Al-Mutawakkil 'Alallah III'''</big><br />محمد المتوكل على الله الثالث<br />
|align="center" |{{small|1517<br />(periode kedua)}}
|align="center" |
|align="center" |
* Masa kekuasaan kedua
Baris 795 ⟶ 736:
|}
 
=== Kekhalifahan Utsmaniyah (1517–1924) ===
{{Main|Kekhalifahan Utsmaniyah}}
{{See also|Daftar sultan Utsmaniyah}}
Sebelum penaklukan Mesir, para penguasa Utsmani menyandang beberapa gelar, di antaranya adalah sultan dan ''padisyah''. Penguasa Utsmani menyandang gelar sultan atas kedudukan mereka sebagai kepala negara Muslim. ''Padisyah'' merupakan kaisar atau maharaja dalam bahasa Persia dan penguasa Utsmani menyandang gelar ini untuk menegaskan kedudukan mereka di atas para raja. Penguasa Utsmani resmi menyandang gelar khalifah setelah penaklukan Mesir, meski beberapa penguasa Utsmani sebelumnya sudah mulai mengklaim dirinya sebagai khalifah.
 
Baris 1.106 ⟶ 1.048:
|}
 
== Kekhalifahan lainnyapendek ==
Idealnya, kedudukan khalifah yang di[[baiat]] hanya diisi satu orang setiap satu masa. Namun pada keberjalanannya, beberapa pihak menyatakan diri sebagai khalifah baru saat masih ada khalifah lama yang sedang berkuasa. Sebagai catatan, saat pihak-pihak tersebut menyatakan dirinya sebagai khalifah, itu tidak berarti bahwa dia menyejajarkan dirinya dengan khalifah utama. Khalifah adalah gelar bagi pemimpin dunia Islam dan normalnya, hanya ada satu khalifah yang di[[baiat]] setiap masa, sehingga pernyataan diri sebagai khalifah bermakna bahwa pihak tersebut secara prinsip mengklaim sebagai pemimpin tunggal seluruh dunia Islam (terlepas wilayah kekuasaan yang sebenarnya) dan menganggap khalifah lainnya sebagai khalifah yang tidak sah.<ref name="Wasserstein">{{cite book |last=Wasserstein |first=David |title=The Caliphate in the West: An Islamic Political Institution in the Iberian Peninsula |url=https://books.google.com/books?id=N2SKAAAAMAAJ&q=text+letter |format=snippet view |accessdate=5 September 2010 |year=1993 |publisher=Clarendon Press |location=Oxford |isbn=978-0-19-820301-8 |page=11}}</ref>
 
Bagian ini memuat daftar pihak-pihak yang melakukan pernyataan diri sebagai khalifah, tanpa ketersambungan kepemimpinan dengan khalifah sebelumnya.
 
=== 'Kekhalifahan Abdullah bin Zubair (684–692) ===
{{Main|Abdullah bin Zubair#Revolusi}}
'[[Abdullah bin Zubair]] menolak upaya Mu'awiyah bin Abu Sufyan menetapkan putranya sendiri, Yazid, sebagai khalifah sepeninggalnya. Saat Yazid kemudian mangkat pada 683, 'Abdullah bin Zubair menyatakan diri sebagai khalifah. Wilayah kekuasaannya berada di kawasan Hijaz.
'[[Abdullah bin Zubair]] menolak upaya Mu'awiyah bin Abu Sufyan menetapkan putranya sendiri, Yazid, sebagai khalifah sepeninggalnya. Saat Yazid kemudian mangkat pada 683, 'Abdullah bin Zubair menyatakan diri sebagai khalifah. Wilayah kekuasaannya berada di kawasan Hijaz. Ibnu Zubair akhirnya terbunuh pada [[Pengepungan Makkah (692)|Pengepungan Makkah tahun 692]] oleh komandan Umayyah [[al-Hajjaj bin Yusuf]].<ref>[https://books.google.com/books?id=Dh6jydKXikoC&dq=sack+of+mecca&pg=PA647 Dictionary of Battles and Sieges: F-O] edited by Tony Jacques</ref>
{| class="wikitable"
!Coin
!Nama (dan gelar)
!Kelahiran
!Mulai menjabat
!Akhir Jabatan
!Kematian
!Orangtua
![[Bani (Arab)|Suku]]
|-
| [[File:Silver dirham of Abd Allah ibn al-Zubayr 690-91.jpg|120px|Dirham perak Abdullah bin Zubair]]
|'''[[Abdullah bin Zubair]]<br/>(عبد الله ابن الزبير)'''
| Mei, 624 M
| November 683 M
| November 692 M
| November 692 M
|
* [[Zubair bin Awwam]]
* [[Asma' binti Abu Bakr]],
| [[Bani Asad]]
|}
 
=== Wangsa Fatimiyah (909–1171) ===
{{Main|Kekhalifahan Fatimiyah}}
[[Berkas:FatimidCaliphate969.png|200px|jmpl|ka|Kekhalifahan Fatimiyah (hijau) pada puncaknya, tahun 969.]]
Fatimiyah berasal dari [[Ismaili]] yang merupakan cabang dari [[Syi'ah]], oleh karena itu kekhalifahan ini tidak diakui oleh sebagian besar [[Sunni]], baik dalam wilayah kekuasaan mereka maupun negara tetangga.<ref>[[#Lan04|Lane-Poole 2004]], [http://www.archive.org/stream/mohammedandynas00lanegoog#page/n109/mode/1up p. 71]</ref><ref>[[#Bos04|Bosworth 2004]], [http://books.google.com/books?id=mKpz_2CkoWEC&pg=PA63 p. 63]</ref> Para penguasa Fatimiyah mengklaim sebagai keturunan dari nama putri Nabi Muhammad, [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]], yang mana menjadi dasar bagi penamaan Fatimiyah.
 
{| class="wikitable"
Baris 1.129 ⟶ 1.093:
|-
|align="center" |Muhammad
|align="center" |'''[[Al-Qa'im bi-Amr(Khalifah AllahFathimiyah)|Al-Qa'im Bi Amrillah]]'''<br />القائم بأمر الله
|align="center" |3 April 934 – 17 Mei 946
|-
Baris 1.276 ⟶ 1.240:
* [[Idris II]] – 1266–1269
 
== Kekhalifahan setelahnya ==
=== Kekhalifahan Syarif (1924) ===
{{Main|Kekhalifahan Syarif}}
[[Berkas:Hijaz.png|200px|jmpl|ka|Peta dengan wilayah kekhalifahan berwarna hijau dan wilayah hijaz saat ini berwarna merah.]]
Upaya terakhir untuk mengembalikan kekhalifahan dengan pengakuan ekumenis dilakukan oleh [[Syarif Husain]] dari [[Kerajaan Hijaz|Hijaz]] dan [[Syarif Makkah]], yang memimpin pada 11 Maret 1924 sampai 3 Oktober 1924, ketika ia meninggal dan tahta tersebut turun kepada anaknya [[Ali dari Hijaz|Ali bin Husain]], tetapi anaknya tidak ingin menerapkan kekhalifahan.<ref>[[#Bos04|Bosworth 2004]], [http://books.google.com/books?id=mKpz_2CkoWEC&pg=PA118 p. 118]</ref>
 
=== Negara Islam Irak dan Syam ===
{{Main|Negara Islam Irak dan Syam}}
Pada 29 Juni 2014, Negara Islam memproklamirkan kembalinya kekhalifahan Islam, dengan khalifah pertamanya sebagai Amirul Mukminin [[Abu Bakar al-Baghdadi|Abu Bakr Ibrahim bin Awwad Al-Badri Al-Husaini Al-Hashimi Al-Quraishi As-sammera' i al-Baghdadi]].<ref>{{cite news|author=Adam Withnall|date=2014-06-30|title=Iraq crisis: Isis declares its territories a new Islamic state with 'restoration of caliphate' in Middle East – Middle East – World|newspaper=The Independent|url=https://www.independent.co.uk/news/world/middle-east/isis-declares-new-islamic-state-in-middle-east-with-abu-bakr-albaghdadi-as-emir-removing-iraq-and-syria-from-its-name-9571374.html|access-date=2014-07-04}}</ref><ref>{{cite news|date=29 June 2014|title=ISIS Spokesman Declares Caliphate, Rebrands Group as "Islamic State"|publisher=SITE Institute|url=https://news.siteintelgroup.com/Jihadist-News/isis-spokesman-declares-caliphate-rebrands-group-as-islamic-state.html|access-date=29 June 2014}}</ref> Wilayah yang diklaim kekhalifahan pada puncaknya menguasai 12 juta orang. Pada puncaknya, Negara Islam menguasai wilayah di berbagai negara termasuk [[Irak]], [[Suriah]], [[Lebanon]], [[Nigeria]], [[Libya]], [[Filipina]], [[Afghanistan]], [[Kongo]], [[Yaman]], dan wilayah Sinai di Mesir. Selain itu, mereka menjalankan sel gerilya di banyak negara lain.<ref>{{cite news|date=13 March 2015|title=Islamic State-controlled parts of Syria, Iraq largely out of reach: Red Cross|url=https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-syria-icrc-idUSKBN0M921N20150313|newspaper=Reuters}}</ref><ref>[[Yusuf al-Qaradawi]] stated: "[The] declaration issued by the Islamic State is void under [[sharia]] and has dangerous consequences for the Sunnis in Iraq and for the revolt in Syria", adding that the title of caliph can "only be given by the entire Muslim nation", not by a single group. {{cite news|last=Strange|first=Hannah|date=5 July 2014|title=Islamic State leader Abu Bakr al-Baghdadi addresses Muslims in Mosul|work=The Telegraph|url=https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/middleeast/iraq/10948480/Islamic-State-leader-Abu-Bakr-al-Baghdadi-addresses-Muslims-in-Mosul.html |archive-url=https://ghostarchive.org/archive/20220112/https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/middleeast/iraq/10948480/Islamic-State-leader-Abu-Bakr-al-Baghdadi-addresses-Muslims-in-Mosul.html |archive-date=2022-01-12 |url-access=subscription |url-status=live|access-date=6 July 2014}}{{cbignore}}</ref>
 
Pada 2014-15, lusinan kelompok [[Jihadisme salafi|Salafi Jihadi]] <ref name="jihadology.net">http://jihadology.net/2015/04/19/aq-is-power-rankings-april-2015/{{Pranala mati|date=Juni 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> dan ulama<ref name="jihadica.com">{{cite web | url=https://www.jihadica.com/a-jihadi-civil-war/ | title=A Jihadi Civil War of Words: The Ghuraba' Media Foundation and Minbar al-Tawhid wa'l-Jihad }}</ref> di seluruh dunia berjanji setia kepada ISIL mengklaim Kekhalifahan.
=== Islam Jamaah (1941 - sekarang) ===
 
Pada awal tahun 2022, ISIS menempati beberapa wilayah di Nigeria dan memiliki 3 juta orang di bawah kekuasaannya;<ref>{{Citation|last=Trump TV Network|title=FULL EVENT: President Donald Trump MASSIVE Rally in Elkhart, Indiana – May 10, 2018|date=2018-05-10|url=https://www.youtube.com/watch?v=ab3wW2sJVKw |archive-url=https://web.archive.org/web/20180510231652/https://www.youtube.com/watch?v=ab3wW2sJVKw&gl=US&hl=en |archive-date=2018-05-10 |url-status=dead|access-date=2018-05-12}}. ''See 6:00''</ref> terus mempertahankan kendali atas 5 kantong gurun tak berpenghuni di Suriah Tengah.<ref name="jihadology.net"/> and scholars<ref name="jihadica.com"/>
Kekhalifahan [[Jamaah]] ini tidak memiliki wilayah, karena [[Jamaah]] ini hanya mengurusi persoalan ibadah kaumnya yang berpedoman Al Qur'an dan Al Hadits serta berbentuk Jamaah.
 
{| class="wikitable"
Cikal bakalnya dimulai tahun 1941 diprakarsai oleh KH Nurhasan Al Ubaidah, KH Nur Asnawi, dan KH Bakron setelah menimba ilmu di Mekkah dan Madinah. Berpusat di Indonesia dan telah menyebar sampai ke 43 negara untuk saat ini.
|+
 
!{{abbr|No.|Number}}
KH Nurhasan Al Ubaidah adalah pendiri Pondok Pesantren Walibarokah Burengan Banjaran Kediri, seorang ulama besar yang selama 11 tahun belajar ilmu agama di Makkah dan Madinah. Beliau menguasai Al Qur’an dan ilmu-ilmu Al Qur’an. Beliau menguasai Qiroah Sab’ah, yaitu bacaan Nafi’ Al Madani, Ibnu Katsir Al Makki, Abu Amr Al Bashri, Ibnu Amir As Syami, Ashim Al Kufi, Hamzah Al Kufi, dan Ali Al Kisa’i. Masing-masing guru tersebut memiliki dua murid yang sangat terkenal, sehingga bacaannya diistilahkan 21 bacaan. Beliau juga menguasai 49 kitab-kitab hadits lengkap dengan ilmu alatnya. Di antara guru-guru beliau adalah: Imam Abu Samah (Muhammad Abdul Dhohir ibn Muhammad Nuruddin Abu Samah At-Talini Al-Mishri Al-Makki), Syekh Umar Hamdan (Abu Hafs Umar ibn Hamdan ibn Umar ibn Hamdan al-Mahrasi At-Tunisi Al-Maghribi al-Madani Al-Maki rahimahullah), Syekh Yusuf, dan lain-lain. Oleh sebab itu warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia menempatkan beliau sebagai Ulama Besar.
!Gambar
 
!Khalifah
Kisah Kehidupan KH. Nurhasan Al Ubaidah
!Tanggal kelahiran
 
!berkuasa mulai
Pengalaman Pesantren
!berkuasa sampai
 
|-
Pondok Semelo, Nganjuk (sufi)
|1
Pondok Jamsaren, Sala
|[[File:Mugshot of Abu Bakr al-Baghdadi, 2004.jpg|100px]]
Dresmo, Surabaya (belajar silat)
|[[Abu Bakar al-Baghdadi]]
Sampang, Madura (Kyai Al Ubaidah, Batuampar)
|28 Juli 1971
Lirboyo, Kediri
|29 Juni 2014
Tebuireng, Jombang
|27 Oktober 2019
 
|-
Pengalaman di Tanah Suci
|2
 
|[[File:Hajji‘Abdallah.jpg|100px]]
Pada tahun 1929 beliau berangkat haji, tiba di Mekah, disaksikan oleh H. Khoiri Ketua Rukbat Nahsyabandi (asrama pemukim di Saudi Arabia). Pada tahun 1933 beliau belajar hadits Bukhari dan Muslim kepada Syekh Umar Hamdan (Abu Hafs Umar ibn Hamdan ibn Umar ibn Hamdan al-Mahrasi At-Tunisi Al-Maghribi al-Madani Al-Maki rahimahullah) dari Maroko di Madrasah Darul Hadits dekat Masjidil Haram
|[[Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurashi]]
 
|Oktober 1976
Kembali ke Tanah Air
|31 Oktober 2019
 
|3 Februari 2022
Pada tahun 1941 beliau kembali ke Indonesia, membuka pengajian di Kediri dan menikah dengan orang Madura, yaitu Al Suntikah
|-
Anak anak beliau:
|3
K.H Muhammad Sueh Abdul Dzohir,
|
K.H Sulthon Aulia Abdul Aziz,
|[[Abu al-Hasan al-Hashimi al-Qurashi]]
K.H Abdul Salam,
|Tidak diketahui
K.H Muh Daud,
|4 Februari 2022
Hj.Sumaidau’,
|Oktober 2022
K.H.Abdullah,
|-
H.Zubaidi Umar (dari ibu Al Suntikah)
|4
 
|
Banyak yang tidak mengetahui secara benar siapa sebenarnya KH Nurhasan Al-Ubaidah bin Abdul Aziz serta belum mengerti maksud dan tujuan dakwah tauhid-nya termasuk banyak fakta tak terungkap yang tersembunyi kebenarannya, sehingga beliau mendapat hujatan dan fitnahan dari orang-orang yang tidak senang kepada beliau. Bahkan ada orang-orang ilmu agamanya masih sedikit berani menghujat beliau, padahal info yang dimilikinya tentang KH Nurhasan dan metode dakwah beliau, sangatlah minim info.
| [[Abu al-Hussein al-Husseini al-Qurashi]]
 
| Tidak diketahui
Sebagai contoh banyak yang tidak mengetahui bahwa beliau menyampaikan dakwah dengan kata-kata yang keras, tegas, bahkan terkesan menyakitkan hati, padahal itu hanya bagian metode dakwah, mengingat saat itu awalnya ajakan dengan cara persuasif, lemah lembut (untuk menetapi agama Islam secara Quran Hadits dan tidak mengamalkan bidah, khurofat, tahayul, dll serta ajakan bersatunya umat Islam) namun tidak digubris, akhirnya ibarat menyelamatkan orang yang akan celaka tertabrak kereta api, ya harus ditarik keras. Bayangkan kalau ada yang mau tertabrak kereta kemudian mengingatkannya dengan pelan-pelan,
| Oktober 2022
 
| 29 April 2023
Akhirnya beliau KH Nurhasan Al-Ubaidah menerapkan metode “babat alas” (periode 1950-1960), ibarat membuka hutan untuk dijadikan perumahan, yaa tentunya semak-semak, alang-alang, pohon melintang yang menghalangi jalan, dsb harus dibabat dulu khan? Setelah itu, baru proses penataan, dan selanjutnya pelestarian. Nah, saat beliau menerapkan metode dakwah “babat alas” inilah banyak orang yang sakit hati tidak menyadari sedang diselamatkan “dari tertabrak kereta tadi” dan bukan malah bersyukur sudah diingatkan. Akhirnya mereka membuat fitnah dan hujatan-hujatan. Dan, perlu khalayak ramai ketahui bahwa metode babat alas sudah ditinggalkan sejak tahun 1960. Bahkan pada tahun 1970 beliau mengajak bersatu kepada umat Islam Indonesia berupa selebaran yang dikirim ke seluruh penjuru Jawa mulai tingkat kecamatan s/d menteri sehingga membuat gempar di masyarakat.
|-
 
|5
Fakta lain, beliau bukanlah orang yang senang berbantah-bantahan dalil dan merasa pol sendiri, tentunya ini demi kerukunan sesama muslim dan menghormati keyakinan masing-masing. Ini cerita dari Cak Thohir, “saat pak Nurhasan diberitahu oleh H. Arifin dan Pak Husein bahwa para kyai dan ulama yang pinter-pinter sudah berkumpul ingin berdebat dengan pak haji (KH. Nurhasan), kita sudah ditunggu disana!”. KH. Nurhasan yang biasa dipanggil “abah”
|
| [[Abu Hafs al-Hashimi al-Qurashi]]
salah satu kyai di LDII KH. Solihun pernah mendampingi KH. Nurhasan di kapal laut selama 21 hari saat perjalanan haji. Melihat dengan mata kepala sendiri bahwa H. Nurhasan kalau sholat kalau saatnya sholat tidak selalu sholat di musholla, namun di tempat yang layak dan beliau yakin suci untuk sholat tanpa alas/lemek.
| Tidak diketahui
 
| 29 April 2023
Dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia kita mengenal beberapa aliran islam mainstream dan non-mainstream. Meski sudah sejak era Wali Songo islam mulai tersohor di bumi nusantara, namun ternyata kekuatan gerak islamiyah lebih menyolok di era pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini ditandai oleh munculnya beberapa harokah islamiyah garis keras, yang menginginkan syariat islam ditegakkan di Indonesia dan menolak mentah-mentah hukum positif warisan Belanda. Pergerakan ini tidak dilakukan oleh 2 (dua) aliran islam mainsteam yang ada, melainkan oleh kelompok-kelompok islam radikal semisal DI/TII, NII, dan kelompok Warman. Di bumi nusantara bagian timur terkenal dipimpin oleh Kahar Muzakkar, dan di barat dipimpin oleh SM. Kartosoewiryo.
| sekarang
 
|-
Singkat cerita, pada pertengahan era orde baru, ketegangan demi ketegangan memuncak, dimana friksi-friksi yang terjadi antara pemerintah kala itu dengan beberapa kelompok islam radikal ini akhirnya menyebabkan hampir seluruh organisasi berbasis islam di indonesia otomatis dianggap oposan pemerintah. Walhasil, kelompok-kelompok islam kecil lah yang banyak menerima imbas buruknya dari pertikaian gerakan-gerakan islam dengan pihak otoritas pada waktu itu dibanding kelompok-kelompok islam yang telah memiliki nama besar. Diantara kelompok-kelompok dakwah islam yang masih kecil pada waktu itu adalah Darul Hadits dengan beberapa kembangannya semisal YCI (Yayasan Citra Islam), KSPI (Keluarga Studi Pemuda Islam), KADIM (Karyawan Dakwah Islam), dan ASPI (Aspirasi Pemuda Islam). Darul Hadits sendiri merupakan suatu kelompok pengajian Qur’an-Hadits yang dipimpin oleh seorang ulama muda lulusan ma’had Darul Hadits di Mekkah Al-Mukarramah, KH Nurhasan Al-Ubaidah bin Abdul ‘Aziiz (1908-1982). Konon kelompok pengajian ini sangat peduli terhadap tauhid, akhlak, akidah, dan pemurnian tata laksana peribadatan ummat islam kala itu yang masih banyak dianggap menyimpang dari sumbernya: Qur’an dan Hadits (as-Sunnah). Ditinjau dari sisi manapun, melalui perjalanan panjang sejarah tandzim dakwah islamiyah ini, Darul Hadits eksis bertujuan untuk membetulkan seluruh sendi pengamalan ibadah rakyat Indonesia yang masih banyak menyimpang dari Qur’an dan Hadits, tanpa perlu melakukan konfrontasi dengan pihak otoritas, orde lama, maupun orde baru. Tidak seperti tudingan orang-orang yang tidak mengerti sejarah esensi perjuangan amar ma’ruf nahi munkar-nya, mereka menuding bahwa KH Nurhasan Al-Ubaidah rahimahullah ingin mendirikan ‘negara dalam negara’. Tapi sampai hari wafatnya, hal tesebut bahkan sama sekali tidak terbukti.
|}
 
Masih teringat dari beberapa saksi sejarah perjalanan era “babat alas” semisal Al-Hafidz Syeikh Su’udi Ridwan rahimahullah, maupun Syeikhul Hadits Kasmudi As-Shiddiqqy bercerita bahwa seringkali KH Nurhasan Al-Ubaidah menerima banyak ‘bingkisan’ dari orang-orang, bahkan ulama-ulama tradisional yg tidak sepaham dengannya berupa teluh, santet, dan benda-benda ‘terbang’ aneh lainnya yang tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia modern. Semua itu Beliau hadapi dengan sabar, tawakkal, serta yang paling penting adalah doa. Tentang doa kepada Allah Ta’ala, dari penuturan KH Nur Asnawi rahimahullah, salah satu rekan menuntut ilmunya di Mekkah-Medinah dulu, menceritakan bahwa syeikh sangat yakin akan doanya kepada Allah Ta’ala. Pernah suatu ketika di Mekkah, ada seorang temannya kelaparan tidak punya beras (makanan) untuk dimasak, akhirnya KH Nurhasan Al-Ubaidah berdoa agar Allah Ta’ala memberikan beras yang bisa untuk dimasak saat itu juga. Walhasil, doanya maqbul. Allah Ta’ala mengabulkan permintaannya!. Bagi kita yang awam memang agak sulit menerima cerita-cerita ‘tidak masuk akal’ semacam ini. Namun kenyataannya memang demikian, apalagi cerita ini diperoleh dari saksi hidup kala itu, KH Nur Asnawi rahimahullah. Bahkan salah satu santrinya yang saat ini telah menjadi salah satu ulama di Pondok Pesantren Kertosono, Ustadz Ubaid Khairi, pernah punya pengalaman spiritual yang sama seperti Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah, yakni langsung dikabulkan doanya semasa ia dan keluarga sedang menghadapi kesulitan ekonomi. “Setelah bermunajat di dalam bis kota yang mangantar saya dan anak istri pulang ke rumah. Allah langsung memberi saya uang tunai. Bahkan saya dan keluarga bisa mempergunakan uang itu untuk keperluan sehari-hari selama kurang lebih 2 (dua) bulan…”, tuturnya tatkala ia didapuk (bahasa Jawa: dinobatkan) sebagai salah satu penyampai materi pada camping Cinta Alam Indonesia di Cikole, Bandung, beberapa tahun silam. Cerita yang sama, di zaman yang berbeda. Believe it or not.<ref>[https://nhbsmedia.blogspot.com/2019/11/sejarah-singkat-mengenal-sosok-bpkh.html?m=1]</ref>
 
 
 
Namun demikian warisan semangatnya untuk menegakkan kalimatullah oleh setiap manusia, tetap ada dalam diri sanubari masing-masing generasi penerus pejuang agama yang secara ilmu-pun masih terlampau jauh ketimbang beliau, yang diberi julukan mustadid (orang yang luar biasa). Luar biasa, karena Beliau al-Hafidz, menguasai bacaan Qiraatus-Sab’ah, mufassir yang mumpuni, menguasai Mustholah Hadits, menguasai ilmu alat, mengerti taraf ilmu dari terminologi wajib, sunnah, makruh, mubah, menguasai ilmu dari 49 perowi hadits beserta sanad-nya yang muttashil sampai Baginda Rasulullah SAW, gemar bekerja keras, tidak pernah takut dengan kondisi kehidupan apapun kecuali hanya takut kepada Allah SWT, seorang hamba yang sangat percaya qodarullah dan nashrun minallah, ahli dalam berdoa, ulama yang dicintai santri-santrinya sekaligus dibenci oleh orang-orang yang belum bisa menerima al-Haq ini secara utuh dan murni, dan lain-lain.
 
Perjuangan yang beliau jalani sebagai Dai yang mengajak umat Islam di Indonesia kembali pada Al Qur’an dan Al Hadits secara murni tidaklah mudah, banyak tantangan dan rintangan yang sangat berat harus beliau hadapi, mendobrak penyimpangan aqidah umat Islam di Indonesia yang sudah menjadi tradisi, walaupun umumnya masyarakat Islam di Indonesia mengaku berpegang teguh pada prinsip aliran ahlus sunnah wal jamaah akan tetapi dalam prakteknya mereka banyak mengingkari sunnah Rasulullah SAW dan mereka melaksanakan kewajiban sebagai umat islam dengan sendiri-sendiri (berfirqoh), maka lebih tepat jika mereka adalah pengikut ajaran ahlul bid’ah wal firqoh.
 
Gebrakan beliau membuat banyak para tokoh agama Islam atau para kiai di Indonesia kebakaran jenggot, ajaran beliau dinggap ancaman bagi eksistensi mereka, sebab jika dibiarkan umat Islam menerima ajaran KH. Nurhasan Al Ubaidah untuk berpegang teguh pada Al Qur’an dan Al Hadits bisa-bisa mereka akan ditinggalkan oleh umat. Maka mulailah tuduhan-tuduhan dan fitnahan yang keji dilontarkan kepada beliau, di antaranya dikatakan; kiyai gila, dajal uchul, PKI putih dll.
 
Semua rintangan dan permusuhan itu beliau hadapai dengan sabar, bahkan beliau memberi pemahaman pada murid-muridnya bahwa salah satu tanda agama yang benar adalah dimusuhi, bukankah Waraqoh bin an-Naufal seorang pendeta Nasrani yang sangat mendalami ajaran kitab Injil di awal keRasulan Nabi Muhammad SAW telah memberi peringatan;
 
لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَط بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلا عُودِيَ. رواه البخاري
 
Tidak datang seorangpun dengan (ajaran) semisal yang engkau bawa melainkan dia akan dimusuhi (HR Bukhari)
 
Dan jika dahulu Rasulullah dimusuhi dan rintangi oleh kaumnya yang masih jahiliyyah maka KH. Nur asan dimusuhi oleh sesama umat Islam yang tidak rela jika penyimpangan dan bid’ah yang sudah mendarah daging dalam diri mereka diusik, hal ini sesuai dengan yang disabdakan Rasulullah SAW
 
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ‏. رواه مسلم
 
Dari Abi Hurairah dia berkata, Rasulullah SAW bersabda Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah bagi mereka yang dianggap asing. (HR Muslim)
 
Di antara jasa beliau bagi umumnya umat Islam di Indonesia:
Umat Islam jadi lebih mengenal dan dekat dengan al-Qur’an dan al-Hadits, yang dulunya pemahaman mereka dalam hukum agama didominasi dengan kitab-kitab kuning sekarang sudah mulai merujuk pada dalil-dalil Al Quran dan Al Hadits.
 
Beliau menjadi trendsetter bagi masyarakat Islam dalam banyak hal di antaranya; masalah busana muslim untuk kaum lelaki, sekarang ini sudah mulai banyak yang dapat kita lihat berpakaian celananya di atas mata kaki, padahal dulu ketika murid-murid KH. Nurhasan memulai banyak yang mentertawakan dan mengolok-olok dengan sindiran; celananya kebanjiran, kekurangan bahan dll. Demikian pula bagi kaum wanita pada tahun 70an umumnya perempuan muslimat termasuk para Ustazah tidak memakai kerudung, paling-paling hanya memakai selendang yang disampirkan di kepala, bahkan murid-murid perempuan KH. Nurhasan yang sudah mengamalkan menutup aurat dengan tertib diolok-olok bahwa kepala mereka korengan.
 
Dalam masalah anti rokok; jika MUI baru di tahun 2009 mengeluarkan fatwa haram merokok, maka KH. Nurhasan telah melarang dan mengharamkan murid-muridnya merokok sejak tahun 1960an dan itu benar-benar mereka patuhi, sehingga setiap ada keramaian yang diadakan murid-murid KH. Nurhasan pasti akan sangat mengecewakan pedagang rokok sebab tidak ada satupun yang membelinya.
 
Dalam masalah kemandirian dana yang bersumber dari infaq serta zakat; KH. Nurhasan telah berhasil menanamkan kefahaman pada murid-muridnya akan penting dan wajibnya membela agama Allah berupa infaq dan atau zakat, sehingga dapat dilihat di mana-mana murid-murid beliau ketika akan membangun masjid, musholla atau sarana-sarana ibadah lainnya tidak pernah mengemis-ngemis di tepi jalan, tiba-tiba telah berdiri bangunannya .
Dan masih banyak lagi jasa-jasa beliau yang tidak bisa diungkap disini, mudah-mudahan Allah SWT mengganjar beliau atas semua amal-sholih dan jerih payahnya dengan ganjaran sebesar-besarnya- serta derajat setinggi-tingginya di surga. <ref>[http://p2k.itbu.ac.id/id3/3103-2950/Pondok-Pesantren-Walibarokah-Burengan-Banjaran-Kediri_62905_pondok-pesantren-walibarokah-burengan-banjaran-kediri-itbu.html]</ref>
 
== Kekhalifahan Syarif (1924) ==
{{Main|Kekhalifahan Syarif}}
[[Berkas:Hijaz.png|200px|jmpl|ka|Peta dengan wilayah kekhalifahan berwarna hijau dan wilayah hijaz saat ini berwarna merah.]]
Upaya terakhir untuk mengembalikan kekhalifahan dengan pengakuan ekumenis dilakukan oleh [[Syarif Husain]], [[Kerajaan Hijaz|Raja]][[Hijaz]] dan [[Syarif Makkah]], yang memimpin pada 11 Maret 1924 sampai 3 Oktober 1924, ketika ia meninggal dan tahta tersebut turun kepada anaknya [[Ali dari Hijaz|Ali bin Husain]], tetapi anaknya tidak ingin menerapkan kekhalifahan.<ref>[[#Bos04|Bosworth 2004]], [http://books.google.com/books?id=mKpz_2CkoWEC&pg=PA118 p. 118]</ref>
 
== Lihat pula ==