Jurnalisme media sosial: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sayuti angara (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
 
(7 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{artikel bermasalah|{{rapikan}}
'''SayutiJurnalisme ErlanggaMedia adalah aktris muda kebangsaan Indonesia selain itu dia juga selebgram IndonesiaJurnalisme media sosialSosial''' merupakan pelaporan berita yang dilakukan jurnalis melalui [[media sosial]]. Jurnalisme media sosial dikenal juga dengan istilah ''social media journalism''. Jurnalisme media sosial muncul karena [[khalayak]] sering mengakses media sosial. Para [[Wartawan|jurnalis]] mempublikasikan berita di media sosial supaya khalayak dapat menerima berita selagi mengakses media sosial.<ref>{{Cite journal|last=Burzynski|first=Bullard, Sue|date=2013|title=SOCIAL MEDIA AND JOURNALISM: WHAT WORKS BEST AND WHY IT MATTERS|url=http://digitalcommons.unl.edu/journalismfacpub/75/|journal=DigitalCommons@University of Nebraska - Lincoln|language=en}}</ref>
<nowiki>{{lead MIRIS NEGERI INI🥀</nowiki>
 
Salam anak negri ini
Melihat bangsa ini
Tanah ini bumi ini
Sunggu miris tanah leluhur ini.
 
Mau malangkah seng pung appa
Mau maju tapi dapa jajah
Mau pintar tapi pendidikan mahal
Mau barobat susah seng pung uang
 
Jalan jalan kaya deng utang
Mau malangkah musti lewat jurang
Buku di kapala nyawa jadi taruhan,
Asal bisa tau A basar indonesia.
 
Jang cuman lia
Jang cuman tutup mata
Skarang skolah su di rumah
Asal merdeka jaringan
Baru bisa merdeka skaolah
 
Jang pakza tapi musti lia keadan
Jang pikir sanang lalu lupa tanggung jawab,
Jang cuman lia di kota kota basar,lalu ale sanang.buka mata lia di pelosok pelosok negri ini.samua lumpu tanggal akses seng benar
 
Hampir sudah mau 75 tahun sudah kami merdeka.namun kami di timur indonesia
Negri raja raja,negeri para datuk datuk ini
Negri 10000 pulau ini belum tersentu dengan kemerdekan bangsa ini.
 
Sunggu miris negri ini
Rasanya inggin menagis
Melihat kehidupan yang sanggat miris di negri ini.
 
Janji tinggal janji.
Parlente jalan tarus
Demi kepentingan pribadi dan kelompok,
Sampai lupa tanggug jawab.
Kasih lumpu banyak orang deng pundi pundi alasan.
 
Mau bataria sapa mu denggar?
Mau managis jua sapa mau lia?
Harap dong yang kasih inpirasi banyak orang
Tapi dong hanya bicara banyak,tampa pung bukti nyata.
 
Skarang su lia?
Katong pung negri sanggat miris
Petinggi petingi otak atik sana sini
Sampe nyaris hubugan pela gandong di negri ini
Tagal politik pung anarkis.
 
Semogah menjelang hari kemerdekan bangsa ini
Kita sudah perlahan lahan merasa kemerdekan ini.
Merdeka dari kemiskinan
Merdeka dari keterburukan.
 
#B.niay
#tukang_carita
#mena_muria❤}}
 
'''Sayuti Erlangga adalah aktris muda kebangsaan Indonesia selain itu dia juga selebgram IndonesiaJurnalisme media sosial''' merupakan pelaporan berita yang dilakukan jurnalis melalui [[media sosial]]. Jurnalisme media sosial dikenal juga dengan istilah ''social media journalism''. Jurnalisme media sosial muncul karena khalayak sering mengakses media sosial. Para [[Wartawan|jurnalis]] mempublikasikan berita di media sosial supaya khalayak dapat menerima berita selagi mengakses media sosial.<ref>{{Cite journal|last=Burzynski|first=Bullard, Sue|date=2013|title=SOCIAL MEDIA AND JOURNALISM: WHAT WORKS BEST AND WHY IT MATTERS|url=http://digitalcommons.unl.edu/journalismfacpub/75/|journal=DigitalCommons@University of Nebraska - Lincoln|language=en}}</ref>
 
== Jurnalisme media sosial dan jurnalisme warga ==
Baris 116 ⟶ 55:
Seiring berubahnya era dari media konvensional menjadi media ''online'', semakin maraknya jurnalis warga. Kemunculan internet, semakin mempermudah jurnalis warga untuk membagikan kontennya ke khalayak luas, seperti dibantu dengan adanya media sosial. Namun, semakin banyaknya jurnalis warga juga mendorong semakin banyak bermunculan media palsu yang memproduksi berita palsu juga.
 
Menurut Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo ciri-ciri dari media palsu yaitu: menggunakan nama yang aneh-aneh, bisa juga menggunakan nama dan lambang institusi negara; media palsu tidak berbadan hukum; tidak mencantumkan nama penanggung jawab; tidak memiliki alamat redaksi yang jelas, kalaupun mencantumkan, alamat yang digunakan adalah alamat palsu; media hanya menerbitkan berita ketika ada momen tertentu saja, tidak secara berkala; tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar; tidak memperhatikan kode etik jurnalistik.<ref>{{Cite news|url=https://beritagar.id/artikel/bincang/yosep-adi-prasetyo-media-abal-abal-akan-tersingkir|title=Yosep Adi Prasetyo: Media abal-abal akan tersingkir|last=Tobing|first=Sorta|date=2017-02-16|newspaper=https://beritagar.id/|language=en-ID|access-date=2018-11-13|archive-date=2018-11-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20181113165654/https://beritagar.id/artikel/bincang/yosep-adi-prasetyo-media-abal-abal-akan-tersingkir|dead-url=yes}}</ref>
 
Dalam situs Kementerian Komunikasi dan Informasi Indonesia (2016) tercatat ada 43.000 situs media ''online'' yang beredar di internet, tetapi hanya 234 yang terverifikasi menurut syarat Undang-Undang Pers. Hal itu menunjukkan, sisanya merupakan media palsu yang belum terverifikasi dan masih dipertanyakan kredibilitas beritanya.<ref>{{Cite news|url=https://kominfo.go.id/content/detail/8745/kemenkominfo-ada-43-ribu-situs-media-abal-abal-di-indonesia/0/sorotan_media|title=Kemenkominfo: Ada 43 Ribu Situs Media Abal-Abal di Indonesia|last=KOMINFO|first=PDSI|newspaper=Website Resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI|language=en|access-date=2018-11-13}}</ref>