Sriwijaya Air: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Penambahan Rute Terbaru menuju bandar udara nabire Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(92 revisi perantara oleh 37 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
<!--{{pp-semi-indef|small=yes}}-->
{{disambig info|Sriwijaya|Sriwijaya (disambiguasi)}}
{{Infobox airline
Baris 8 ⟶ 9:
| callsign = SRIWIJAYA
| founded = 2003
| commenced =
| ceased =
| headquarters = [[Tangerang]], [[Indonesia]]
| key_people ={{nowrap|
| bases = <div>
*{{nowrap|[[Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta|Jakarta Soekarno–Hatta]]}}
Baris 20 ⟶ 21:
| alliance =
| subsidiaries = [[NAM Air]]
| fleet_size =
| destinations =
|website={{URL|http://www.sriwijayaair.co.id}}
|image=|aoc=|parent=|num_employees=}}
'''Sriwijaya Air''' adalah sebuah [[maskapai penerbangan]] di [[Indonesia]]. Sriwijaya Air didirikan oleh keluarga Lie (Hendry Lie dan Chandra Lie) dengan Johannes Bundjamin dan Andy Halim.
Bersamaan dengan sebagian besar maskapai penerbangan Indonesia lainnya, Sriwijaya Air (termasuk anak perusahaan Sriwijaya Air, [[NAM Air]]) berada dalam [[daftar maskapai penerbangan yang dilarang di Uni Eropa]] karena alasan keamanan pada Desember 2014.
Pada tanggal 8 November 2019
== Sejarah
PT. Sriwijaya Air
Sriwijaya Air didirikan dengan tujuan untuk menyatukan seluruh kawasan Nusantara seperti keinginan raja kerajaan Sriwijaya dahulu yang berasal dari kota [[Palembang]].
Keinginan tersebut kemudian diwujudkan melalui pengembangan transportasi udara yang pada awalnya hanya berbekal satu unit Boeing 737-200. Pesawat itu melayani rute Jakarta menuju Pangkal Pinang, kampung halamannya, pulang-pergi <ref name=":0" /> Kehadiran Sriwijaya Air langsung mendisrupsi perilaku bertransportasi warga Bangka untuk keluar masuk pulau. Hanya dalam enam bulan, kapal cepat Pangkal Pinang-Jakarta berhenti beroperasi karena tidak mampu bersaing, yang dimana tiket Sriwijaya Air dihargai sebesar Rp. 175.000 untuk penerbangan selama 1 jam 15 menit. Sementara tarif kapal cepat Rp 155.000-Rp 165.000 untuk 10 jam pelayaran
Pada tahun 2003, tepat pada hari Pahlawan, 10 November, Sriwijaya Air memulai penerbangan perdananya dengan menerbangi rute Jakarta-Pangkalpinang PP, Jakarta-Palembang PP, Jakarta-Jambi PP, dan Jakarta-Pontianak PP.▼
▲Pada
Menjelang akhir 2005, Sriwijaya Air telah mengoperasikan 14 unit pesawat Boeing 737-200. Chandra Lie pun juga mengumumkan akan mendatangkan 10 unit Boeing 737-300 dan B737-400. Sriwijaya Air pun akan terbang dengan pesawat yang setipe dengan Garuda Indonesia. Sriwijaya Air mulai menantang Garuda, meski Chandra Lie selalu merendah apabila ada yang mencoba menyandingkannya Sriwijaya Air dengan Garuda. Rencana untuk mendatangkan Boeing dengan tipe yang lebih baru itu juga sejalan dengan rencana Sriwijaya Air untuk ekspansi hingga regional. Sriwijaya Air berekspansi ke Penang dan Singapura, yang dulunya menjadi bagian dari wilayah imperium Sriwijaya.<ref name=":0" />
Maskapai ini sempat memesan 20 unit [[Embraer E-Jets|Embraer 175]] dan [[Embraer E-Jets|Embraer 195]] pada Paris Airshow 2011, namun kemudian pesanan ini dibatalkan dikarenakan alasan operasional, dan kemudian digantikan oleh Boeing 737-500W. Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa Sriwijaya Air akan memesan Embraer kembali,yang akan dialokasikan ke anak perusahaannya, yaitu NAM Air.▼
Tahun 2010, Sriwijaya Air telah mengoperasikan 27 unit pesawat dengan mengangkut 7,12 juta orang. Sriwijaya Air menguasai 11,8 persen pasar penerbangan domestik Indonesia di bawah Lion Air, Garuda Indonesia, dan Batavia Air. Dua tahun kemudian, Sriwijaya Air menyalip Batavia Air sehingga menempati posisi ketiga.
Pada Oktober 2010, Sriwijaya Air menandatangani kontrak pengadaan 20 unit Boeing 737-800 NG, yang juga digunakan Garuda Indonesia. Selang beberapa minggu, maskapai ini sempat menandatangani kontrak pengadaan 20 unit [[Embraer E-Jets|Embraer 175]] dan [[Embraer E-Jets|Embraer 195]] pada Paris Airshow 2011. Menurut kata Direktur Utama Sriwijaya Air, Chandra Lie pada hari Jumat (12/11/2010) lewat Harian Kompas, adanya penambahan 20 unit pesawat baru pada Sriwijaya Air ini juga merupakan jawaban atas tawaran menarik yang dilontarkan Direktorat Angkutan Udara Kementerian Perhubungan untuk ambil bagian dalam penyediaan 4.000 kursi ke Australia pada tahun 2011.<ref name=":0" />
▲
Pada Agustus 2007, Sriwijaya Air mendapatkan penghargaan keselamatan penerbangan dari Boeing, yaitu Boeing International Award for Safety and Maintenance of Aircraft, diberikan setelah inspeksi dilakukan selama beberapa bulan oleh tim dari Boeing Company.[https://www.sriwijayaair.co.id/aboutUs/?action=awardsandaccolades] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170505062528/https://www.sriwijayaair.co.id/aboutUs/?action=awardsandaccolades |date=2017-05-05 }}
Pada 1 Agustus 2011, Sriwijaya Air meluncurkan buku panduan berbahasa braille dan program khusus untuk penanganan terhadap para Tuna Netra yang terbang dengan maskapai tersebut. Para awak kabin telah dilatih secara khusus untuk menangani penumpang yang memiliki kelemahan tersebut,di antaranya dengan cara pendekatan personal dan dengan sentuhan fisik.<ref>{{Cite web |url=https://www.sriwijayaair.co.id/aboutUs/?action=history |title=Sejarah dan Arti Logo dan Livery Sriwijaya Air |access-date=2014-10-23 |archive-date=2017-05-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170505062408/https://www.sriwijayaair.co.id/aboutUs/?action=history |dead-url=yes }}</ref>
Meski bersaing, Sriwijaya Air kemudian memercayakan pemeliharaan dan perbaikan pesawatnya di Garuda Maintenance Facilities atau GMF AeroAsia. Sebelumnya, Sriwijaya Air merawat semua pesawat jenis Boeing 737 di Singapore International Airlines Engineering Company (SIAEC) dan Malaysia Airlines (MAS). Tahun 2011, giliran Sriwijaya Air ekspansi ke Indonesia timur yang ditandai dengan pembukaan penerbangan rute Makassar-Sorong-Manokwari, Senin (4/7/2011).
Awal tahun 2012, Sriwijaya Air telah terbang ke Manokwari dan Sorong di Papua. Kemudian, terbang menuju Ambon, Kupang, Ternate, dan Manado. Pertengahan 2012, seiring kehadiran Boeing 737-800 NG, Sriwijaya Air juga terbang menuju Biak dan Jayapura. Sebelum kehadiran B737-800 NG, pada Senin (9/4/2012) malam, Sriwijaya Air juga menerima Boeing 737-500 yang pertama. Meski demikian, sebagian dari B737-500 Sriwijaya Air kemudian dialihkan kepada NAM Air, anak perusahaan Sriwijaya Air.
Pada 16 Juni 2015 di Paris Air Show 2015, Sriwijaya Air mengumumkan pemesanan pasti 2 unit [[Boeing 737|737-900ER]] dengan 20 unit [[Boeing 737 MAX|737 MAX 8]] sebagai opsi yang akan diambil pada masa depan. Pesanan ini merupakan pertama kalinya Sriwijaya Air memesan pesawat yang benar-benar baru dan langsung dari pabriknya. Kedua 737-900ER milik Sriwijaya Air telah tiba bersamaan pada 23 Agustus 2015.<ref>https://www.sriwijayaair.co.id/news/?action=nodeDetail&id=97{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Baris 49 ⟶ 60:
Pada Agustus 2015, Sriwijaya Air kembali mendapatkan sertifikasi keselamatan penerbangan, yaitu Basic Aviation Risk Standard (BARS) yang dilakukan oleh Flight Safety Foundation, berbasis di Amerika Serikat.<ref>https://www.facebook.com/notes/sriwijaya-air/sriwijaya-air-peroleh-sertifikasi-bars/1103611139649326</ref>
Tahun 2016, Sriwijaya Air makin tak terbendung. Chandra Lie menargetkan tahun itu sebagai tahun pertumbuhan. Armada Sriwijaya Air telah diperkuat dengan 47 unit pesawat serta sempat membagikan bonus kepada karyawan atas pencapaian targert pertumbuhan. Dan hingga tahun 2016, Sriwijaya Air Group memiliki 46 kota tujuan domestik dan tujuh rute penerbangan regional. Untuk dapat memenuhi ambisi mendatangkan 15 unit pesawat per tahun, Sriwijaya Air sempat menargetkan penawaran umum perdana saham atau IPO pada Maret 2017. Rencana IPO itu tidak terdengar kabarnya. Padahal, waktu itu, Chandra Lie sangat optimismis terlebih dengan necara keuangan Sriwijaya Air yang tidak lagi merah. Tidak ada cukup informasi untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di Sriwijaya Air. Maskapai itu juga bukan perusahaan publik sehingga kinerja manajemen dan keuangannya tidak mudah didapat, apalagi dibedah.<ref name=":0" />
== Daftar perusahaan di Group Sriwijaya Air ==▼
Pada November 2018, tiba-tiba Garuda Indonesia Group, melalui anak perusahaannya, yakni PT Citilink Indonesia, mengambil alih pengelolaan operasional Sriwijaya Air dan NAM Air. Namun, ternyata, kerja sama itu tidak otomatis dapat membalikkan lagi kinerja Sriwijaya Air. Akibat tidak mampu membayar utang Rp 810 miliar kepada [[GMF AeroAsia]], Sriwijaya Air Group tidak lagi mendapat jasa perawatan armada dari GMF sejak 25 September 2019.
Semenjak itu, di tahun 2019 armada Sriwijaya Air yang beroperasi berkurang dari 24 pesawat jadi sembilan pesawat. Rute penerbangan otomatis berkurang, tapi Sriwijaya Air berniat mengembalikan layanan maskapai itu demi meraih kembali pelanggannya sesuai dengan pernyataan ”pilot” baru Sriwijaya Air, Jefferson Jauwena pada bulan Januari 2020.<ref name=":0" />
Dalam perkembangannya, Sriwijaya Air juga mendirikan beberapa anak perusahaan yang hampir keseluruhannya menggunakan istilah NAM sebagai akronim kecuali untuk NAM Air, sebagai bentuk penghargaan kepada Ayahanda dari Bpk. Chandra Lie, yaitu Bpk. Lo Kui Nam. Berikut di antaranya:
* [[NAM Air]] – Maskapai Pengumpan Sriwijaya Air yang didirikan pada 26 September 2013, kemudian terbang untuk pertama kalinya 11 Desember 2013.
Baris 57 ⟶ 74:
* [[Negeri Aksara Mandiri]] – Berperan dalam produksi Inflight Magazine "SRIWIJAYA" yang digunakan Sriwijaya Air dan NAM Air.
==Tujuan
{|class="sortable wikitable"
|-
!Negara
!Kota
!IATA
!Bandara
!Catatan
!Referensi
|-
|rowspan=“2”|{{flag|China}}||
[[Fuzhou]]
|-
|rowspan="21"|{{flag|Indonesia}}||[[
|-
|[[
|-
|[[
|-
|[[Jakarta]]|||CGK|||[[
|-
|[[Jayapura]]|||DJJ|||[[Bandar Udara Internasional Sentani]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Langgur]]|||LUV|||[[Bandar Udara Karel Sadsuitubun]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Luwuk]]|||LUW|||[[Bandar Udara Syukuran Aminuddin Amir]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Makassar]]|||UPG|||[[
|-
|[[
|-
|[[
|-
|[[
|-
|[[
|-
|[[
|-
|[[
|-
|[[
|-
|[[
|-
|[[
|-
|[[
|-
|[[
|-▼
|-▼
|-
|[[Nabire, Nabire|Nabire]]
|NBX
|[[Bandar Udara Douw Aturure]]
|▼
|}
Baris 115 ⟶ 135:
Seluruh armada Sriwijaya Air memiliki nama tersendiri yang terletak di bagian depan pesawat (''nosename'') dengan filosofi yang berbeda. Nama ini diambil dari nama tempat, burung, tanaman, ataupun petikan kata dari ayat di kitab suci. Sebagai contoh adalah "''Rajawali''", "''Gaharu''", "''Kebersamaan''", "''Hawila''", dan "''Serumpun Sebalay''".
Armada terhitung
<center>
{| class="wikitable" style="border-collapse:collapse;text-align:center;margin:auto;"
Baris 128 ⟶ 148:
! Total
|-
|
|1
|—
|8
|112
|120
| -
|-
|3
|—
|—
|189
|189
| -
▲|
▲|-
▲|
|-
!Total
!
! colspan="
|}
</center>
Baris 183 ⟶ 179:
|-
|[[Boeing 737]]-200
| style="text-align:center;" |
|Dipensiunkan secara keseluruhan pada 23 Agustus 2013.
|126 Kursi Ekonomi
|-
|[[Boeing 737]]-300
| style="text-align:center;" |
|Dipensiunkan mulai 2014 secara bertahap bersamaan dengan 737-400 dan digantikan oleh 737-800.
|148 Kursi Ekonomi
Baris 198 ⟶ 194:
|-
|[[Boeing 737]]-500
| style="text-align:center;" |
|
|8 Kursi Bisnis dan 112 Kursi Ekonomi
|-
|[[Boeing 737]]-800
| style="text-align:center;" |
|PK-CLR dikembalikan ke lessor pada tahun 2013.
|8 Kursi Bisnis dan 168 Kursi Ekonomi
▲|-
|[[Boeing 737]]-900ER
| style="text-align:center;" |2
|PK-CMO dan PK-CMP dikembalikan ke lessor.
|220 Kursi Ekonomi
|}
== Insiden dan kecelakaan ==
*[[27 Agustus]] [[2008]] – [[Sriwijaya Air Penerbangan 62|Sriwijaya Air Penerbangan 062]] tergelincir di [[Bandar Udara Sultan Thaha Syaifuddin]] saat sedang mendarat. Kejadian ini disebabkan kerusakan yang terjadi pada sistem rem. Tidak ada korban jiwa
* [[27 Januari]] [[2010]] – Sriwijaya Air dengan rute Jakarta – Padang tergelincir saat mendarat di [[Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta]].
* [[20 Desember]] [[2011]] – Sriwijaya Air SJ 230 PK-CKM rute Jakarta – Yogyakarta tergelincir di [[Bandara Adisutjipto]].<ref>[http://regional.kompas.com/read/2011/12/21/05575348/Bandara.Adisutjipto.Masih.Ditutup Artikel:"Bandara Adisutjipto Masih Ditutup" di Kompas.com]</ref> Tidak ada korban jiwa
* [[13 Oktober]] [[2012]] – Sriwijaya Air Penerbangan SJ 0021 Medan – Padang salah mendarat di [[Bandar Udara Tabing]]. Tidak ada korban jiwa
* [[27 Maret]] [[2013]] – Sriwijaya Air penerbangan Medan ke Padang tergelincir ketika baru saja mendarat di [[Bandara Internasional Minangkabau]]. Tidak ada korban jiwa.<ref>[http://news.detik.com/read/2013/03/27/204540/2205641/10/pesawat-sriwijaya-tergelincir-di-bandara-internasional-minangkabau?9922032 Artikel:"Pesawat Sriwijaya Tergelincir di Bandara Internasional Minangkabau" di Detik.com]</ref>
* [[9 Januari]] [[2021]] – [[Sriwijaya Air Penerbangan 182]] PK-CLC rute Jakarta – Pontianak yang mengangkut 62 orang (termasuk awak kabin) jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu sesaat setelah lepas landas dari [[Bandara Internasional Soekarno Hatta]].<ref>{{
== Galeri ==
Baris 234 ⟶ 235:
{{Sriwijaya Air}}
{{Maskapai penerbangan Indonesia}}
{{airline-stub}}▼
[[Kategori:Sriwijaya Air| ]]
[[Kategori:Maskapai penerbangan Indonesia]]
[[Kategori:Maskapai penerbangan yang didirikan tahun 2003]]
▲{{airline-stub}}
|