Semar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k ~ |
||
(23 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 6:
| istimewa = sakti dan bijaksana
| daerah = Jawa dan Sunda
|alias=Janggan Smarasanta<br/>Ki Lurah Badranaya<br/>Ki Lurah Nayantaka, tualen, Bathara Sang Hyang Ismaya}}
'''Semar''' ({{lang-jv|ꦱꦼꦩꦂ; ''haseming samar-samar''}}) atau '''Batara Ismaya Batara Iswara Jurudyah Punta Prasanta Semar''' ({{lang-jv|
▲'''Semar''' ({{lang-jv|ꦱꦼꦩꦂ}}) atau '''Batara Ismaya Batara Iswara Jurudyah Punta Prasanta Semar''' ({{lang-jv|ꦨꦛꦫꦆꦱ꧀ꦩꦪꦨꦛꦫꦆꦱ꧀ꦮꦫꦙꦸꦫꦸꦢꦾꦃꦦꦸꦤ꧀ꦠꦦꦿꦱꦤ꧀ꦠꦯꦺꦩꦂ|Bathårå Ismåyå Bathårå Iswårå Jurudyah Puntå Prasantå Semar}}) adalah nama tokoh utama dalam [[punakawan]] di pewayangan [[Jawa]]. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para [[kesatria]] dalam pementasan [[wiracarita]] [[Mahabharata]] dan [[Ramayana]]. Meski demikian, nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut (berbahasa [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]), karena tokoh ini merupakan ciptaan tulen [[pujangga]] [[Jawa]].
== Bentuk fisik ==
Baris 20 ⟶ 19:
Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di [[Pulau Jawa]], pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar ''[[Mahabharata]]'' yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu [[ulama]] yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya [[Sunan Kalijaga]]. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah ''Sudamala''.
Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melainkan penjelmaan Batara Ismaya, kakak
== Asal-usul ==
Baris 32 ⟶ 31:
Dalam '''naskah ''Purwakanda''''' dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Sang Hyang Batara Puguh, Sang Hyang Batara Punggung, Sang Hyang Batara Manan, dan Sang Hyang Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi [[Togog]] Tejomantri sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar [[Batara Guru]]. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar [[Batara Narada]] atau Resi Kanekaputra dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.
Dalam '''naskah ''Purwacarita''''' dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putri Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati bebarpa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, tetapi tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi manusia biasa dan harus turun ke dunia ,Manikmaya yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan Tribhuwana, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog Tejomantri mempunyai teman Bilung Sarawita yang ditugaskan untuk mengemong mengasuh atau menuntun bangsa yang berwatak serakah bengis kejam angkara murka dan Semar ditugaskan untuk mengasuh mengemong menuntun para manusia Satria yang mempuyai watak santun berbudi pekerti luhur
== Silsilah dan keluarga ==
Baris 38 ⟶ 37:
Dalam pewayangan dikisahkan, Batara Ismaya sewaktu masih di kahyangan sempat dijodohkan dengan sepupunya yang bernama Dewi Senggani atau Batari Senggani Dari perkawinan itu lahir sepuluh orang anak, yaitu:
:* Batara Wungkuhan
:* [[Surya (dewa)|Batara Surya]]
:* [[Candra|Batara Candra]]
:*Batara Patuk
:* Batara Temboro
:* Batara Siwah
:* Batara Kuwera
:* [[Yama|Batara Yamadipati]]
:* [[Kamajaya|Batara Kamajaya]]
:* Batara Mahyanti
:* Batari Darmanastiti
Baris 52 ⟶ 51:
== Pasangan punakawan ==
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa Tengah]], Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu [[Gareng]], [[Petruk]], dan [[Bagong]]. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa yaitu Prabu Gandarwarajabali. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Sang Hyang Wenang
Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah [[Cepot]] Astrajingga, [[Dawala]],
== Keistimewaan ==
Baris 60 ⟶ 59:
Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, tetapi keluhurannya sejajar dengan [[Prabu]] [[Kresna]] dalam kisah ''[[Mahabharata]]''. Jika dalam perang [[Baratayuda]] menurut versi aslinya, penasihat pihak [[Pandawa]] hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.
Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan [[Resi Manumanasa]], terutama para [[Pandawa]] yang merupakan tokoh utama kisah ''[[Mahabharata]]''. Namun dalam pementasan [[wayang]] yang bertemakan ''[[Ramayana]]'', para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga [[Sri Rama
Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah - yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar - mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.
Baris 66 ⟶ 65:
== Dalam agama Budha dan Konghucu ==
Daftar [[Kelenteng]] yang memiliki altar untuk Semar:
*TITD. YUE YANG TANG JL. REJOSARI TENGAH II / 28-30 SEMARANG
* [[Kelenteng Tjing Tie Miao]], Jl. Lingkar Tanjung Mas, [[Kota Semarang]].
* [[Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa]], [[Simpenan, Sukabumi]].<ref name=susi>Susi. 10 September 2012. TNOL, Wisata & Griya, Wisata & Kuliner, [http://www.tnol.co.id/wisata-griya/15766-pantai-loji-wisata-vihara-yang-mistis.html?device=desktop Pantai Loji, Wisata Vihara yang Mistis]{{Pranala mati|date=April 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}.</ref>
|