Mohammad Natsir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
FMSky (bicara | kontrib)
 
(23 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{arti lain|Untuk menteri pada [[Kabinet Kerja]], lihat [[Mohamad Nasir]]}}
 
{{Infobox Officeholder
|name = Mohammad Natsir
|image = Mohammad Natsir, Pekan Buku Indonesia 1954, p2441950s.jpg
|image_size =
|office = Perdana Menteri Indonesia
Baris 25 ⟶ 24:
|successor3 = [[Syafruddin Prawiranegara]]
|birth_date = {{birth date|1908|7|17}}
|birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok|Alahan Panjang]], [[SumatraLembah BaratGumanti, Solok|Lembah Gumanti]], [[Kabupaten Solok|Solok]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|1993|2|6|1908|7|17}}
|death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], [[Indonesia]]
|nationality = [[Indonesia]]
|party = {{Parpolicon|Masyumi}} ([[Partai Masyumi (1945)|Masyumi]] )
|spouse = {{marriage|Nurnahar|1934|1991|reason=died}}
|children = <!-- Kolom ini diisi hanya jumlah anak; hanya nama anak yang secara independen sudah terkenal atau telah memiliki artikelnya di Wikipedia; bila ada rujukan/referensi, uraikan pada artikel -->6
|children = Sitti Muchlisah{{br}}Abu Hanifah{{br}} Asma Farida{{br}}Hasnah Faizah{{br}}Aisyatul Asriyah{{br}}Ahmad Fauzi
|profession = [[Politikus]]
|signature =
}}
 
'''Dr. (H.C.) H. Mohammad Natsir''' ({{lahirmati|[[Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok|Alahan Panjang]], [[Lembah Gumanti, Solok|Lembah Gumanti]], [[Kabupaten Solok]], [[Sumatra Barat|Solok]]|17|7|1908|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|6|2|1993}}) adalah seorang ulama, politikus, dan pejuang kemerdekaan [[Indonesia]]. Ia merupakan pendiri sekaligus pemimpin partai politik [[Masyumi]], dan tokoh [[Islam]] terkemuka Indonesia. Di dalam negeri, ia pernah menjabat menteri dan [[Perdana Menteri Indonesia]], sedangkan di kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden [[Liga Muslim Dunia]] (''World Muslim League'') dan ketua Dewan Masjid se-Dunia.
 
Natsir lahir dan dibesarkan di [[Kabupaten Solok|Solok]], sebelum akhirnya pindah ke [[Bandung]] untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang [[Sekolah menengah atas|SMA]] dan kemudian mempelajari ilmu Islam secara luas di [[perguruan tinggi]]. Ia terjun ke dunia politik pada pertengahan 1930-an dengan bergabung di partai politik berideologi Islam. Pada 5 September 1950, ia diangkat sebagai Perdana Menteri Indonesia kelima. Setelah mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 26 April 1951 karena berselisih paham dengan Presiden [[Soekarno]], ia semakin vokal menyuarakan pentingnya peranan [[Islam di Indonesia]]. hinggaNatsir membuatnyakemudian dipenjarakanterlibat pemberontakan [[PRRI]], yang membuatnya olehsempat Soekarnodipenjara. Setelah dibebaskan pada tahun 1966, Natsir terus mengkritisi pemerintah yang saat itu telah dipimpin [[Soeharto]] hingga membuatnya dicekal.
 
Natsir banyak menulis tentang pemikiran Islam. Ia aktif menulis di majalah-majalah Islam setelah karya tulis pertamanya diterbitkan pada tahun 1929; hingga akhir hayatnya ia telah menulis sekitar 45 buku dan ratusan karya tulis lain. Ia memandang Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari [[budaya Indonesia]]. Ia mengaku kecewa dengan perlakuan pemerintahan Soekarno dan Soeharto terhadap Islam. Selama hidupnya, ia dianugerahi tiga gelar doktor [[honoris causa]], satu dari [[Lebanon]] dan dua dari [[Malaysia]]. Pada tanggal [[10 November]] [[2008]], Natsir dinyatakan sebagai [[pahlawan nasional Indonesia]]. Natsir dikenal sebagai menteri yang "tak punya baju bagus, jasnya bertambal. Dia dikenang sebagai menteri yang tak punya rumah dan menolak diberi hadiah mobil mewah."
Baris 45 ⟶ 44:
[[Berkas:Rumah Kelahiran Natsir.jpg|275px|jmpl|Rumah kelahiran Mohammad Natsir]]
 
Mohammad Natsir dilahirkan di [[Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok|Alahan Panjang]], [[Lembah Gumanti, Solok|Lembah Gumanti]], [[Kabupaten Solok]], [[Sumatra Barat|Solok]] pada 17 Juli 1908 dari pasangan Mohammad Idris Sutan Saripado dan Khadijah.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=6}}{{sfn|Ma'mur|1995|p=29}}<ref name="ReferenceA">{{harvnb|Luth|1999|pp=21{{spaced ndash}}23}}</ref> Pada masa kecilnya, Natsir sekeluarga hidup di rumah Sutan Rajo Ameh, seorang saudagar kopi yang terkenal di sana. Oleh pemiliknya, rumah itu dibelah menjadi kedua bagian: pemilik rumah beserta keluarga tinggal di bagian kiri dan Mohammad Idris Sutan Saripado tinggal di sebelah kanannya.{{sfn|Shahab|2008|pp=9{{spaced ndash}}15}} Ia memiliki 3 orang saudara kandung, masing-masing bernama Yukinan, Rubiah, dan YohanusunJohanizoen. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai pegawai pemerintahan di Alahan Panjang, sedangkan kakeknya merupakan seorang ulama. Ia kelak menjadi pemangku adat untuk kaumnya yang berasal dari [[Maninjau, Tanjung Raya, Agam|Maninjau]], [[Tanjung Raya, Agam|Tanjung Raya]], [[kabupaten Agam|Agam]] dengan [[Daftar gelar Datuk|gelar]] ''Datuk Sinaro nan Panjang''.{{sfn|Adam|2009|pp=72-76}}
 
Natsir mulai mengenyam pendidikan di [[Schakelschool|Sekolah Rakyat]] Maninjau selama dua tahun hingga kelas dua, kemudian pindah ke ''[[Hollandsch-Inlandsche School]]'' (HIS) [[Madrasah Adabiyah|Adabiyah]] di [[Kota Padang|Padang]].{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=7}}{{sfn|Shahab|2008|pp=9{{spaced ndash}}15}} Setelah beberapa bulan, ia pindah lagi ke [[Solok]] dan dititipkan di rumah saudagar yang bernama Haji Musa.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=8}} Selain belajar di HIS di Solok pada siang hari, ia juga belajar ilmu agama Islam di Madrasah Diniyah pada malam hari.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=9}}{{sfn|Ma'mur|1995|p=29}}<ref name="ReferenceA"/> Tiga tahun kemudian, ia kembali pindah ke HIS di Padang bersama kakaknya. Pada tahun 1923, ia melanjutkan pendidikannya di ''[[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]]'' (MULO) lalu ikut bergabung dengan perhimpunan-perhimpunan pemuda seperti ''Pandu Nationale Islamietische Pavinderij'' dan ''[[Jong Islamieten Bond]]''.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=11{{spaced ndash}}12}}<ref name="ReferenceA"/><ref name="ReferenceB">{{harvnb|Dzulfikriddin|2010|pp=19{{spaced ndash}}20}}</ref> Setelah lulus dari MULO, ia pindah ke [[Bandung]] untuk belajar di ''[[Algemeene Middelbare School]]'' (AMS) hingga tamat pada tahun 1930.<ref name="ReferenceA"/><ref name="ReferenceB"/> Dari tahun 1928 sampai 1932, ia menjadi ketua ''Jong Islamieten Bond'' (JIB) Bandung.<ref name="ReferenceC">{{harvnb|Luth|1999|pp=23{{spaced ndash}}24}}</ref> Ia juga menjadi pengajar setelah memperoleh pelatihan guru selama dua tahun di [[perguruan tinggi]]. Ia yang telah mendapatkan pendidikan [[Islam di SumatraSumatera Barat]] sebelumnya juga memperdalam ilmu agamanya di Bandung, termasuk dalam bidang [[Tafsir al-Qur'an|tafsir Al-Qur'an]], [[hukum Islam]], dan [[dialektika]].{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=13{{spaced ndash}}14}} Kemudian pada tahun [[1932]], Natsir berguru pada [[Ahmad Hassan]], yang kelak menjadi tokoh organisasi [[Persatuan Islam]].{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=22{{spaced ndash}}25}}{{sfn|Ma'mur|1995|pp=30{{spaced ndash}}31}}
 
Pada 20 Oktober 1934, Natsir menikah dengan Nurnahar di Bandung.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=49{{spaced ndash}}50}}<ref name="luth27"/> Dari pernikahan tersebut, Natsir dikaruniai enam anak.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=54{{spaced ndash}}55}}{{sfn|Ma'mur|1995|p=30}} Natsir juga diketahui menguasai berbagai bahasa, seperti [[Bahasa Inggris|Inggris]], [[Bahasa Belanda|Belanda]], [[Bahasa Prancis|Prancis]], [[Bahasa Jerman|Jerman]], [[Bahasa Arab|Arab]], dan [[Bahasa Esperanto|Esperanto]].{{sfn|Ma'mur|1995|p=30}} Natsir juga memiliki kesamaan hobi dan memiliki kedekatan dengan [[Douwes Dekker]], yakni bermain musik. Natsir suka memainkan [[biola]] dan Dekker suka bermain [[gitar]]. Mohammad Natsir juga sering berbicara dalam bahasa Belanda dengan Dekker dan sering membicarakan musik klasik [[Ludwig van Beethoven]] dan tulisan karya [[Boris Leonidovich Pasternak]], novelis kenamaan [[Rusia]] pada masa itu. Kedekatannya dengan Dekker, menyebabkan Dekker mau masuk [[Masyumi]]. Ide-ide Natsir dengan Dekker tentang perjuangan, [[demokrasi]], dan keadilan dinilai sehaluan dengan Natsir.{{sfn|Setiadi dkk.|2012|pp=150-151}}
Baris 54 ⟶ 53:
 
== Karier ==
[[BerkasFile:Mohammad Natsir, Round Table Conference 1948 (cropped).jpg|jmpl|175px|ka|Mohammad Natsir (1948)]]
Natsir banyak bergaul dengan pemikir-pemikir Islam, seperti [[Agus Salim]]; selama pertengahan 1930-an, ia dan Salim terus bertukar pikiran tentang hubungan Islam dan negara dalam [[pemerintahan Indonesia]] di masa depan yang dipimpin [[Soekarno]].{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=29{{spaced ndash}}30}}{{sfn|Ma'mur|1995|p=33}}{{sfn|Ma'mur|1995|p=34}} Pada tahun 1938, ia bergabung dengan Partai Islam Indonesia dan diangkat sebagai pimpinan untuk cabang [[Bandung]] dari tahun 1940 sampai 1942.{{sfn|Ma'mur|1995|p=34}}<ref name="ReferenceC"/> Ia juga bekerja sebagai Kepala Biro Pendidikan Bandung sampai tahun 1945. Selama [[Pendudukan Jepang di Indonesia|masa pendudukan Jepang]], ia bergabung dengan Majelis Islam A'la Indonesia (lalu berubah menjadi [[Majelis Syuro Muslimin Indonesia]] atau Masyumi) dan diangkat sebagai salah satu ketua dari tahun 1945 hingga dibubarkannya Masyumi dan [[Partai Sosialis Indonesia]] oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960.<ref name="ReferenceC"/>{{sfn|Ma'mur|1995|p=34}}{{sfn|Noer|2012|p=155}}
 
Baris 67 ⟶ 66:
Di era [[Orde Baru]], ia membentuk [[Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia|Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia]]. Ia juga mengkritisi kebijakan pemerintah, seperti ketika ia menandatangani [[Petisi 50]] pada 5 Mei 1980, yang menyebabkan ia dilarang pergi ke luar negeri.<ref name=luth2526/> Pada masa-masa awal Orde Baru ini, ia berjasa mengirim nota kepada [[Tunku Abdul Rahman]] dalam rangka mencairkan hubungan dengan [[Malaysia]]. Selain itu pula, dialah yang mengontak pemerintah [[Kuwait]] agar menanam modal di Indonesia dan meyakinkan pemerintah [[Jepang]] tentang kesungguhan Orde Baru membangun ekonomi.{{sfn|Adam|2009|pp=72-76}} [[Soeharto]] menganggap orang yang mengkritik dirinya sebagai penentang Pancasila. Ia ikut menandatangani Petisi tersebut bersama dengan Jenderal [[Hoegeng Imam Santoso|Hoegeng]], Letjen [[Ali Sadikin]], [[Sanusi Hardjadinata]], [[SK Trimurti]], dan lain-lain.{{sfn|Adam|2009|pp=72-76}} Akibat dilarangnya ia pergi ke luar negeri, banyak seminar yang tidak bisa diikutinya.{{sfn|Fadillah 2013, Mengenang M Natsir}} Natsir menolak kecurigaan [[Soeharto]] terhadap partai-partai, terutama partai Islam dan mengkritik [[Opsus]] (Operasi Khusus) yang berada di bawah pimpinan langsung Soeharto.{{sfn|Noer|2012|p=169}} Padahal, badan intel inilah yang meminta Natsir dalam memulai hubungan dengan Malaysia dan [[Timur Tengah]] setelah naiknya Soeharto.{{sfn|Noer|2012|pp=169, 171}}
 
== Karya dan Buku yang ditulis ==
== Penulis ==
Selama menjalani pendidikannya di AMS, Natsir telah terlibat dalam dunia [[jurnalistik]]. Pada 1929, dua artikel yang ditulisnya dimuat dalam majalah ''Algemeen Indische Dagblad'', yaitu berjudul ''Qur'an en Evangelie'' (Al-Quran dan Injil){{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=26}} dan ''Muhammad als Profeet'' (Muhammad sebagai Nabi). Kemudian, ia bersama tokoh Islam lainnya mendirikan surat kabar ''Pembela Islam'' yang terbit dari tahun 1929 sampai 1935.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=32{{spaced ndash}}35}} Ia juga banyak menulis tentang pandangannya terhadap agama di berbagai majalah Islam seperti ''Pandji Islam'', ''Pedoman Masyarakat'', dan ''[[Al-Manar (jurnal)|Al-Manar]]''. Menurutnya, Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari [[budaya Indonesia]].
 
Baris 80 ⟶ 79:
Dunia Islam mengakui Mohammad Natsir sebagai pahlawan yang melintasi batas bangsa dan negara. Bruce Lawrence menyebutkan bahwa Natsir merupakan politisi yang paling menonjol mendukung pembaruan Islam.{{sfn|Ma'mur|1995|p=36}} Pada tahun [[1957]], ia menerima bintang ''Nichan Istikhar'' (Grand Gordon) dari Raja Tunisia, [[Lamine Bey]] atas jasanya membantu perjuangan kemerdekaan rakyat [[Afrika Utara]]. Penghargaan internasional lainnya yaitu ''[[Penghargaan Internasional Raja Faisal|Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah]]'' pada tahun 1980, dan penghargaan dari beberapa ulama dan pemikir terkenal seperti Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi dan [[Abul A'la Maududi]].
 
Pada tahun 1980, Natsir dianugerahi penghargaan ''[[Penghargaan Internasional Raja Faisal|Faisal Award]]'' dari [[Fahd dari Arab Saudi|Raja Fahd Arab Saudi]] melalui Yayasan Raja Faisal di [[Riyadh]], [[Arab Saudi]]. Ia juga memperoleh gelar doktor [[Honoris Causa|kehormatan]] di bidang [[politik Islam]] dari Universitas Islam Libanon pada tahun 1967. Pada tahun 1991, ia memperoleh dua gelar kehormatan, yaitu dalam bidang sastra dari [[Universitas Kebangsaan Malaysia]] dan dalam bidang pemikiran Islam dari [[Universitas Sains Malaysia]].<ref name="luth27">{{harvnb|Luth|1999|p=27}}</ref> Pemerintah Indonesia baru menghormatinya setelah 15 tahun kematiannya, pada 10 November 2008 Natsir dinyatakan sebagai [[pahlawan nasional Indonesia]].{{sfn|Tempo 2008, SumatraSumatera Barat Sambut}} [[Soeharto]] enggan memberikan gelar pahlawan kepada salah satu "bapak bangsa" ini.{{sfn|Fadillah 2013, Mengenang M Natsir}} Pada masa [[B.J. Habibie]], dia diberi penghargaan [[Bintang Republik Indonesia Adipradana]].{{sfn|Adam|2009|pp=72-76}}
 
Reporter Ramadhian Fadillah melaporkan bahwasanya ia tokoh sederhana sepanjang zaman. Ia juga melaporkan bahwa Natsir "tak punya baju bagus, jasnya bertambal. Dia dikenang sebagai menteri yang tak punya rumah dan menolak diberi hadiah mobil mewah."{{sfn|Fadillah 2013, Mengenang M Natsir}}{{efn|Dalam satu referensi, dikatakan bahwa mobil mewah tersebut oleh pengusaha {{harv|Adam|2009|pp=72-76}}.}} [[George McTurnan Kahin]] -pengajar di [[Universitas Cornell]]- mendapat info dari [[Agus Salim]] bahwa ada staf dari [[Kementerian Penerangan Republik Indonesia|Kementerian Penerangan]] yang hendak mengumpulkan uang untuk Natsir supaya berpakaian lebih layak. Apalagi, [[kemeja]]nya cuma dua setel dan sudah ''butut'' pula. Sewaktu dia mundur sebagai Perdana Menteri pada Maret 1951, sekretarisnya -Maria Ulfa, menyerahkan padanya sisa dana taktis dengan banyak [[saldo]] yang sebenarnya juga hak Perdana Menteri. Natsir menolak, dan dana itu dilimpahkan ke [[koperasi karyawan]] tanpa sepeser dia ambil.{{sfn|Shahab|2008|pp=47-49}} Natsir dikatakan menolak mobil [[Chevrolet Impala]]. Padahal, di rumahnya dia hanya memiliki mobil tua, [[DeSoto|De Soto]] yang dia beli sendiri untuk mengantar-jemput anak-anaknya.{{sfn|Adam|2009|pp=72-76}} Sebelum dia pindah ke Jalan Jawa, dia berpindah ke Jalan Pegangsaan Timur yang ada di Jakarta. Maka, dikarenakannya ia ikut dalam [[PRRI]], dia masuk penjara satu ke penjara lain selama 1960-66, dan keluarganya kehilangan rumah di Jalan Jawa dan Mobil De Soto tersebut. Hartanya diambil pemerintah.{{sfn|Shahab|2008|pp=47-49}}
Baris 142 ⟶ 141:
|dead-url = no
}}
* {{Cite news|title = Mengenang M Natsir, ulama besar dan sebenar-benarnya jihad
* {{cite news
|title = Mengenang M Natsir, ulama besar dan sebenar-benarnya jihad
|url = http://www.merdeka.com/peristiwa/mengenang-m-natsir-ulama-besar-dan-sebenar-benarnya-jihad.html
|work = [[Merdeka.com]]
|date = 29 April 2013
|accessdate = 27 Januari 2021
Baris 151 ⟶ 149:
|first = Ramadhian
|ref = {{harvid|Ramadhian Fadillah|29 April 2013}}
|language = id
}}
* {{cite web
Baris 236 ⟶ 235:
}}
* {{cite news
|title = SumatraSumatera Barat Sambut Gelar Pahlawan Nasional Natsir
|url = http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2008/11/05/brk,20081105-144156,id.html
|language = Indonesia
Baris 252 ⟶ 251:
== Pranala luar ==
{{Portal|Islam}}
* {{cite web|url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/07/14/LK/mbm.20080714.LK127665.id.html|title=Bung Besar dan Menteri Kesayangan|work=[[Tempo Interaktif|Majalah Tempo Interaktif]]|date=2008-07-14|access-date=2011-04-19|archive-date=2012-02-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20120213233640/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/07/14/LK/mbm.20080714.LK127665.id.html|dead-url=yes}}
* [http://books.google.co.id/books?id=rMfGGAhnVM8C&pg=PR3&lpg=PR3&dq=Natsir:+politik+santun+di+antara+dua+rezim+Natsir:+politik+santun+di+antara+dua+rezim+Natsir:+politik+santun+di+antara+dua+rezim&source=bl&ots=z8UngdEsJF&sig=FXPraI7L2prnA3ZcImJvF6_S25U&hl=id&sa=X&ei=ERCKUuTdK8vnrAe9h4H4Bg&redir_esc=y#v=onepage&q=Natsir%3A%20politik%20santun%20di%20antara%20dua%20rezim%20Natsir%3A%20politik%20santun%20di%20antara%20dua%20rezim%20Natsir%3A%20politik%20santun%20di%20antara%20dua%20rezim&f=false "Natsir: politik santun di antara dua rezim"] Kepustakaan Populer Gramedia bekerja sama dengan ''Majalah Tempo'', 2011. Diakses 18 November 2013.
* [http://books.google.co.id/books?id=uMqeR4wz7AUC&pg=PR7&lpg=PR7&dq=100+tahun+Mohammad+Natsir:+berdamai+dengan+sejarah+100+tahun+Mohammad+Natsir:+berdamai+dengan+sejarah+100+tahun+Mohammad+Natsir:+berdamai+dengan+sejarah&source=bl&ots=tvZNfs2Bf8&sig=IrHsJMeGutmFKwQzB9FZ_c2b0TA&hl=id&sa=X&ei=tQ6KUpDJOoWYrAeE44HoBw&redir_esc=y#v=onepage&q=100%20tahun%20Mohammad%20Natsir%3A%20berdamai%20dengan%20sejarah%20100%20tahun%20Mohammad%20Natsir%3A%20berdamai%20dengan%20sejarah%20100%20tahun%20Mohammad%20Natsir%3A%20berdamai%20dengan%20sejarah&f=false "100 tahun Mohammad Natsir: berdamai dengan sejarah"] Penerbit Republika, 2008. Diakses 18 November 2013.
Baris 269 ⟶ 268:
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Ideolog Indonesia]]
[[Kategori:TokohGuru IslamIndonesia]]
[[Kategori:TokohWartawan Petisi 50Indonesia]]
[[Kategori:Politikus PartaiHindia MasyumiBelanda]]
[[Kategori:TokohPolitikus dariPartai SolokMasyumi]]
[[Kategori:UlamaPolitikus Minangkabau]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh MinangkabauSumatera Barat]]
[[Kategori:NinikTokoh Mamakdari MinangkabauSolok]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Lembah Gumanti]]
[[Kategori:Ninik Mamak Minangkabau]]
[[Kategori:Cendekiawan Muslim Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
[[Kategori:Penulis Muslim]]
[[Kategori:Penulis politik]]
[[Kategori:PenandatanganTokoh Petisi 50]]
[[Kategori:Penandatangan Petisi 50]]
[[Kategori:Tahanan politik Indonesia]]
[[Kategori:Perdana Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Penerangan Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Kabinet Sjahrir II]]
[[Kategori:Menteri Kabinet Sjahrir III]]
[[Kategori:Menteri Kabinet Hatta I]]
[[Kategori:Tokoh Petisi 50]]
[[Kategori:Tokoh Persatuan Islam]]
[[Kategori:Politikus Partai Masyumi]]
[[Kategori:Penandatangan Petisi 50]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Ninik Mamak Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Solok]]
[[Kategori:Anggota DPR RI 1956–1959]]