(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Diplomasi Budaya''' (''Culturalcultural Diplomacydiplomacy'' dalam bahasa Inggris) adalah bagian dari [[diplomasi]] publik dengan cara memperkenalkan kebudayaan negara tertentu kepada negara lain untuk membangun rasa saling percaya dan saling kenal satu sama lain.<ref>{{Cite book|last=Waller|first=Michael J.|date=2009|url=https://www.academia.edu/31885074/Strategic_Influence_Public_Diplomacy_Counterpropaganda_And_Political_Warfare|title=Strategic Influence:Public Diplomacy, Counterpropaganda,and Political Warfare|location=Washington DC|publisher=Crossbow Press|isbn=ISBN-13: 978-0-9792-2364-8|pages=74|url-status=live}}</ref> Diplomasi jenis ini mengedepankan penggunaan [[kekuasaan lunak]] dalam mencapai kepentingan nasionalnya dalam perpolitikan internasional. Diplomasi Budaya biasanya dilakukan melalui media hiburan seperti musik, film, festival, dan sastra. Diplomasi Budaya juga dilakukan dengan media pendidikan semisal pelatihan bahasa asing dan program pertukaran pelajar. Ajang olahraga internasional seperti [[Olimpiade]], dan [[Piala Dunia FIFA|Piala Dunia]] selalu menjadi media diplomasi budaya oleh negara tuan rumah.
== Tujuan Diplomasi Budaya ==
Baris 18:
== Sejarah Diplomasi Budaya ==
Pada era pra-modern, diplomasi budaya banyak dilakukan oleh kalangan pedagang. Pedagang dari wilayah yang berbeda saling berinteraksi dan terkadang saling bertukar cinderamata satu sama lain. Diplomasi budaya masa ini didukung dengan adanya [[Jalur Sutra|Jalur Sutera]] yang menghubungkan pedagang dari Asia Timur dengan pedagang asal Eropa dan Timur Tengah.<ref>{{Cite webnews|last=MediaGischa|first=Kompas CyberSerafica|date=2020-01-15|title=Jalur Sutera: Sejarah dan Posisi Indonesia|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/15/140000869/jalur-sutera-sejarah-dan-posisi-indonesia|websitework=KOMPAS[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2021-10-22|editor-last=Gischa|editor-first=Serafica}}</ref> Diplomasi Budaya tercatat pertama kali digunakan sebagai alat untuk mencapai kepentingan nasional adalah ketika Kekaisaran Bizantium menyebarkan agama Kristen untuk memperluas pengaruhnya di wilayah lain.<ref>{{Cite journal|last=Pajtinka|first=Erik|date=2014|title=Cultural diplomacy in theory and practice of contemporary international relations.|url=https://www.researchgate.net/publication/269763112_Cultural_Diplomacy_in_Theory_and_Practice_of_Contemporary_International_Relations|journal=Politické vedy|volume=17|issue=4|pages=96}}</ref>
Pada masa kekhalifahan [[Harun Ar-Rasyid|Harun Ar- Rasyid]], hubungan antara diDinasti Abbasyiah dengan kekaisaran Romawi diwarnai dengan saling tukar cinderamata. Harun Ar-Rasyid menghadiahi [[Karel yang Agung|Charlemagne]] kain sutra, lilin kuningan, parfum, balsam, catur gading, tenda kolosal dengan tirai berwarna, dan jam air. Hadiah-hadiah tersebut memengaruhi corak seni Carolingian.