Nirok Nanggok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bersamaku (bicara | kontrib)
Paragraf
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k fix
 
(6 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Nirok nanggokNanggok''' adalah cara tradisional masyarakat Belitung mengambil [[ikan]] air tawar di [[sungai]] dan [[rawa]]-[[rawa]] yang dilakukan secara berkelompok. kegiatan ini, biasanya dilakukan oleh masyarakat pedesaan dan telah menjadi rutinitas setelah musim kemarau tiba. Rutinitas ini masih terus terlaksana setiap tahun pada musim kemarau panjang antara bulan Agustus dan September, di daerah yang sekarang dinamakan Belantu, Desa Kembiri, Membalong, dan bagian Selatan Pulau Belitung. Salah satu nama sungai yang biasa dijadikan tempat rutinitas kegiatan adalah sungai balok. ​DiDi daerah ini memiliki banyak aliran air tawar yang lebar dan pasang, sehingga pada musim [[Musim kemarau|kemarau]] banyak sungai dan rawa-rawa menjadi surut, airnya tidak bisa mengalir, dan didalam air sungai yang tergenang menyimpan banyak jenis ikan air tawar. <ref>{{Cite web|title=Dinas Kebudayaan & Pariwisata {{!}} Kabupaten Belitung Timur|url=https://disbudpar.belitungtimurkab.go.id/|website=disbudpar.belitungtimurkab.go.id|access-date=2021-10-22|archive-date=2021-10-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20211022135637/https://disbudpar.belitungtimurkab.go.id/|dead-url=yes}}</ref>
 
== Asal Mula Nirok Nanggok ==
Nama nirokNirok nanggokNanggok berasal dari nama alat yang digunakan untuk mencari ikan, yaitu "Tirok" dan "Tanggok". Tirok adalah  semacam  tongkat  kayu tajam,  kira-kira  berdiameter  1 Cmcm, ukuran panjang  tongkat bervariasi  sekitar  2  sampai  4 meter,  di  bagian  pangkal tongkat tongkat dipasang mata tombak dari logam, biasanya besi putih yang runcing dan tajam.
 
Sedangkan tanggok adalah semacam  alat  sejenis  jala yang terbuat  dari  rotan, berukuran  kecil  dan  bergagang  lengkung,  alat ini memiliki kegunaan  untuk  menangkap/menjaring  ikan. Tanggok juga memiliki bentuk  lainnya  yaitu  menggunakan jaring yang dipasang pada bingkai rotan yang dibentuk persegi panjang.
 
Tradisi Nirok Nanggok merupakan [[acara]] yang sakral, sehingga pelaksanaannya dimulai dengan tahapan yang cukup panjang dan terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi.Tradisi ini dipimpin oleh seorang dukun air daerah setempat dan disaksikan pemuka kampung dan masyarakat setempat. Tradisi ini memiliki fungsi menumbuhkan kekompakan dan mempertebal kepatuhan warga karena warga hanya mengambil ikan untuk kebutuhan saji makan bersama dan juga tidak melakukan ekspoliatasi secara besar-besaran. Selain tradisi masyarakat Belitung, kegiatan ini merupakan wujud kearifan lokal yang memuat [[kaidah]] matematis. <ref>{{Cite web|title=Warisan Budaya Takbenda {{!}} Beranda|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/|website=warisanbudaya.kemdikbud.go.id|access-date=2021-10-22}}</ref>
 
== Kaidah Matematis Nirok Nanggok ==
Nirok nanggok adalah salah satu [[tradisi]] masyarakat Belitung yang memuat etnomatematika. Berdasarkan ketentuan tradisi Nirok Nanggok disimpulkan bahwa tidak ada seorang peserta yang mengetahui letak keberadaan ikan, karena kondisi air yang keruh berwarna gelap dan bercampur lumpur. Dengan harapan menggunakan "tirok" dan "tanggok" mereka dapat menemukan ikan di aSr. sehingga objek kajian tradisi Nirok Nanggok ada kaitannya dengan kaidah dalam dunia pendidikan matematika yaitu pada konsep teori peluang atau biasa dikenal dengan ''[[Peluang (matematika)|probability]].'' karena harapan merupakan salah satu pokok kajian dalam teori peluang.
 
Dalam tradisi ini, tidak ada peserta yang bisa memastikan bahwa peluang seorang lebih besar dari peserta lain,  karena alat yang  digunakan dalam kegiatan sama-sama menggunakan "tirok" dan "tanggok". Penentuan  besarnya peluang untuk  mendapat ikan, tergantung dari banyaknya jumlah  percobaan yang  dilakukan.  Sedangkan  pengetahuan tentang dimana tempat keberadaan ikan dalam air adalah bagian kemahiran pribadi dalam mencari ikan dan kondisi ini bisa diabaikan karena setiap peserta berasal dari daerah setempat,  sehingga pengetahuan  telah termiliki alami dan bukan suatu yang asing lagi.
ada seorang peserta yang mengetahui letak keberadaan ikan, karena kondisi air yang keruh berwarna gelap dan bercampur lumpur. Dengan harapan menggunakan
 
Begitulah tentang kajian kaidah matematis pada tradisi nirok nanggok masyarakat Belitung. Jadi, teori peluang merupakan teori yang hanya memprediksi bukan memberi suatu kepastian. Sehingga teori ini tidak lepas dari kata-kata harapan atau peluang, dengan maksud bahwa suatu kejadian mungkin akan terjadi dan mungkin juga tidak terjadi. Hasil kajian ini mengindikasikan bahwa para leluhur yang hidup zaman dahulu di tanah Belitung merepresentasikan kaidah matematis tertentu dalam acara-acara tradisional yang sakral. <ref>{{Cite web|title=Perpustakaan Digital Budaya Indonesia|url=https://budaya-indonesia.org/|website=budaya-indonesia.org|access-date=2021-10-22}}</ref>
"tirok" dan "tanggok" mereka dapat menemukan ikan di aSr. sehingga obyek kajian tradisi Nirok Nanggok ada kaitannya dengan kaidah dalam dunia pendidikan matematika yaitu pada konsep teori peluang atau biasa dikenal dengan ''[[Peluang (matematika)|probability]].'' karena harapan merupakan salah satu pokok kajian dalam teori peluang.
 
Dalam tradisi ini, tidak ada peserta yang bisa memastikan bahwa peluang seorang lebih besar dari peserta lain,  karena alat yang  digunakan dalam kegiatan sama-sama menggunakan "tirok" dan "tanggok". Penentuan  besarnya peluang untuk  mendapat ikan, tergantung dari banyaknya jumlah  percobaan yang  dilakukan.  Sedangkan  pengetahuan tentang dimana tempat keberadaan ikan dalam air adalah bagian kemahiran pribadi dalam mencari ikan dan kondisi ini bisa diabaikan karena setiap peserta berasal dari daerah setempat,  sehingga pengetahuan  telah termiliki alami dan bukan suatu yang asing lagi.
 
Begitulah tentang kajian kaidah matematis pada tradisi nirok nanggok masyarakat Belitung. Jadi, teori peluang merupakan teori yang hanya memprediksi bukan memberi suatu kepastian. Sehingga teori ini tidak lepas dari kata-kata harapan atau peluang, dengan maksud bahwa suatu kejadian mungkin akan terjadi dan mungkin juga tidak terjadi. Hasil kajian ini mengindikasikan bahwa para leluhur yang hidup zaman dahulu di tanah Belitung merepresentasikan kaidah matematis tertentu dalam acara-acara tradisional yang sakral. <ref>{{Cite web|title=Perpustakaan Digital Budaya Indonesia|url=https://budaya-indonesia.org/|website=budaya-indonesia.org|access-date=2021-10-22}}</ref>
 
== Tujuan dan Fungsi Nirok Nanggok ==
Penyelenggaraan Nirok Nanggok merupakan sebagai ucapan rasa syukur atas rezeki dari Tuhan yangYang mahaMaha Esa. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk menjaga dan melestarikan tradisi masyarakat Belitung. Tujuan dan fungsi lain dari Nirok Nanggok adalah untuk menjaga kekompakan dan persatuan warga masyarakat, Desa Belantu. Saat Masyarakat desa Belantu berkumpul, maka akan ada sosialisasi yang berlangsung. Dari sosialosissosialisasi inilah, maka rasa persaudaraan antar warga masyarakat pun akan semakin erat. <ref>{{Cite web|title=Pemerintah Kabupaten Belitung|url=https://portal.belitung.go.id/|website=portal.belitung.go.id|access-date=2021-10-22}}</ref>
 
== Referensi ==
Baris 26 ⟶ 22:
 
== Lihat Pula ==
[[Pulau Belitung]]
 
* [[MarasPulau TaunBelitung]]
* [[Maras Taun]]
 
 
 
[[Kategori:TradisiBudaya Kepulauan Bangka Belitung]]
[[Kategori:Penangkapan ikan]]
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]