Suku Betawi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Hanya Menambahkan Sedikit Fakta👌 |
||
(277 revisi perantara oleh 76 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{ethnic group|
| group = Betawi
|
| image = [[File:Betawi wedding.jpg|210px]]
| caption
| pop = 6.807.968 (
|popplace = {{flag|Indonesia}} ([[DKI Jakarta]]: 2,700,722)<ref name="BDS2010"/><br>▼
|
▲|
| region2 = {{Flag|Jawa Barat}} | pop2 = 2.664.143<ref name="SUKU">{{Cite web|url=http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf|title=Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010|website=demografi.bps.go.id|publisher=[[Badan Pusat Statistik]]|year=2010|format=PDF|accessdate=17 Oktober 2021|pages=23, 36-41|archive-date=2017-07-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20170712140438/http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf|dead-url=yes}}</ref>
| region3 = {{Flag|Banten}}
| pop3 = 1.365.614<ref name="SUKU"/>
| region4 = {{Flag|Jawa Tengah}}
| pop4 = 9.519<ref name="SUKU"/>
| region5 = {{Flag|Kalimantan Timur}}
| pop5 = 4.080<ref name="SUKU"/>
| langs = {{hlist|[[Bahasa Betawi|Betawi]]|[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]}}
| rels = [[Islam Sunni]] (97,1%)<br />[[Kekristenan]] (2,2%)<br />[[Buddha]] (0,6%), dan lainnya (dibawah 0,1%)<ref>Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono (2015). [https://www.cambridge.org/core/books/demography-of-indonesias-ethnicity/6E1C5E58579384BDC3DBD8EEF2186705 ''Demography of Indonesia's Ethnicity'']. Singapore: ISEAS: Institute of Southeast Asian Studies, p. 270 (based on 2010 census data).</ref>
| related = {{hlist|[[Suku Melayu|Melayu]]|[[Suku Sunda|Sunda]]|[[Tionghoa Indonesia]]|[[Suku Jawa|Jawa]]|[[Arab Indonesia]]|[[Mardijkers]]|[[Orang Indo|Indo]]}}
}}
'''Suku Betawi Yang Di pimpin kerajaan BEKICOT Sampai Saat ini''' adalah sebuah [[suku]] bangsa di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di [[Jabodetabek]] dan sekitarnya.<ref>{{cite book | title = Creole Identity in Postcolonial Indonesia. Volume 9 of Integration and Conflict Studies | first = Jacqueline | last = Knorr | publisher = Berghahn Books | year = 2014 | isbn = 9781782382690 | page = 91 | url = https://books.google.co.id/books?id=1ZfiAgAAQBAJ&pg=PA91&dq=Betawi+native+Jakartans&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwixjviXmsDPAhUIt48KHexGAcsQ6AEIHzAA#v=onepage&q=Betawi%20native%20Jakartans&f=false | access-date = 2018-05-26 | archive-date = 2019-12-11 | archive-url = https://web.archive.org/web/20191211061516/https://books.google.co.id/books?id=1ZfiAgAAQBAJ&pg=PA91&dq=Betawi+native+Jakartans&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwixjviXmsDPAhUIt48KHexGAcsQ6AEIHzAA#v=onepage&q=Betawi%20native%20Jakartans&f=false | dead-url = yes }}</ref> Mereka adalah keturunan penduduk yang bermukim di [[Batavia]] (nama kolonial dari Jakarta) dari sejak abad ke-17.<ref>''No Money, No Honey: A study of street traders and prostitutes in Jakarta'' by Alison Murray. Oxford University Press, 1992. Glossary page xi</ref><ref name="JP-Betawi">{{cite news | title = Betawi: Between tradition and modernity | author = Dina Indrasafitri | newspaper = The Jakarta Post | location = Jakarta | date = 26 April 2012 | url = http://www.thejakartapost.com/news/2012/04/26/betawi-between-tradition-and-modernity.html}}</ref>▼
▲'''Suku Betawi
Suku ini terbentuk melalui proses asimilasi dari berbagai budaya, termasuk [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Melayu|Melayu]], [[Suku Bugis|Bugis]], [[Suku Ambon|Ambon]], [[Suku Minahasa|Manado]], [[Suku Makassar|Makassar]], [[Orang Arab|Arab]], [[Orang Tionghoa|Tionghoa]], [[Orang India|India]], dan Eropa, sehingga menciptakan identitas budaya yang unik.<ref>{{Cite web|last=Maulana|first=Doni|date=2018-04-18|title=Betawi, Suku|url=https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/encyclopedia/blog/2018/04/Betawi-Suku|website=Data dan Informasi|language=en-US|access-date=2024-12-10}}</ref>
== Etimologi ==
Nama "Betawi" berasal dari kata "''Batavia''" yang lama kelamaan berubah menjadi "''Batavi''", dari kata "''Batawi''" lalu kemudian berubah menjadi "Betawi" (disesuaikan dengan lidah masyarakat lokal). Secara historis,
Sedangkan menurut penuturan sejarawan Betawi [[Ridwan Saidi]], ada beberapa acuan mengenai asal mula kata Betawi:
*
*
Artinya: kerabu, subang. (bhs. Indonesia)<br />
2. ''Giwangkara'' (bhs. Sunda)<br />
Artinya: matahari. (bhs. Indonesia)<br />
3. ''Giwang'' (bhs. Sunda)<br />
Artinya: gewang giwang 1 kurabu 2 (halus) suweng, giwang 1 giwang (bhs. Indonesia)<br /></ref> Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, [[Kabupaten Bekasi]],<ref>Penelusuran [[Poerbatjaraka]] (seorang ahli bahasa Sansakerta dan bahasa Jawa Kuno). Kata “Bekasi” secara filologis berasal dari kata ''Candrabhaga''; ''Candra'' berarti bulan (“sasi” dalam bahasa Jawa Kuno) dan ''Bhaga'' berarti bagian. Jadi Candrabhaga berarti bagian dari bulan. Pelafalan kata Candrabhaga kadang berubah menjadi ''Sasibhaga'' atau ''Bhagasasi''. Dalam pengucapannya sering disingkat ''Bhagasi'', dan karena pengaruh [[bahasa Belanda]] sering ditulis ''Bacassie'' (di [[Stasiun Lemahabang]] pernah ditemukan plang nama ''Bacassie''). Kata Bacassie kemudian berubah menjadi Bekasi sampai dengan sekarang.<!--<br />
<br />
Candrabhaga merupakan bagian dari [[Kerajaan Tarumanagara]], yang berdiri sejak abad ke-5 Masehi. Ada 7 [[prasasti]] yang menyebutkan adanya kerajaan Tarumanagara yang dipimpin oleh Maharaja [[Purnawarman]], yakni [[Prasasti Tugu]] (Cilincing, Jakarta), [[Prasasti Ciaruteun]], [[Prasasti Muara Cianten]], [[Prasasti Kebon Kopi]], [[Prasasti Jambu]], [[Prasasti Pasir Awi]] (ke enam prasasti ini ada di daerah Bogor), dan satu prasasti di daerah Bandung Selatan ([[Prasasti Cidangiang]]).<br />
<br />
Diduga bahwa Bekasi merupakan salah satu pusat Kerajaan Tarumanagara (Prasasti Tugu, berbunyi: ''..dahulu kali yang bernama Kali Candrabhaga digali oleh Maharaja Yang Mulia Purnawarman, yang mengalir hingga ke laut, bahkan kali ini mengalir
</ref> yang banyak ditemukan ''giwang'' dari abad ke-11 M.
* Flora
Kemungkinan nama Betawi yang berasal dari jenis tanaman pepohonan ada kemungkinan benar. Menurut sejarahwan [[Ridwan Saidi]] pasalnya, beberapa nama jenis flora selama ini memang digunakan pada pemberian nama tempat atau daerah yang ada di Jakarta, seperti [[Gambir]], Krekot, [[Bintaro]], [[Grogol]] dan banyak lagi. "Seperti Kecamatan Makasar, nama ini tak ada hubungannya dengan orang Makassar, melainkan diambil dari jenis rerumputan"<ref>{{Cite web |url=http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?nNewsId=40450 |title="Dari Gagang Keris Menjadi Betawi" |access-date=2013-01-01 |archive-date=2014-01-07 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140107024615/http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?nNewsId=40450 |dead-url=yes }}</ref> Sehingga kata "Betawi" bukanlah berasal dari kata "[[Batavia]]" (nama lama kota [[Jakarta]] pada masa [[Hindia Belanda]]), dikarenakan nama Batavia lebih merujuk kepada wilayah asal nenek moyang orang Belanda, terlebih lagi naskah-naskah yang ditulis pada tahun 1700 - 1800-an menuliskan nama ''Batavia'' sebagai ''Batafia'' dan menyebut nama suku Betawi sebagai ''Batawi''<ref>Saputra, Yahya Andi. 2008. Upacara daur hidup adat Betawi. [[Jakarta]] : Wedatama Widya Sastra</ref> yang menerangkan posisi suku Betawi yang bukanlah sebuah suku yang terbentuk karena adanya kota Batavia yang dibangun Belanda.▼
▲
== Sejarah ==
=== Periode sebelum masehi ===
Sejarah
Sementara Yahya Andi Saputra, seorang
* Pertama, munculnya kerajaan-kerajaan pada zaman sejarah.
* Kedua, kedatangan dan pengaruh penduduk dari luar
* Terakhir, perkembangan kemajuan ekonomi daerah masing-masing.
=== Periode setelah masehi ===
Baris 59 ⟶ 62:
===== Abad ke-2 =====
Pada abad ke-2, Menurut Yahya Andi Saputra Jakarta dan sekitarnya termasuk wilayah kekuasaan [[Kerajaan Salakanagara]] atau Holoan yang terletak di kaki [[Gunung Salak]], [[Bogor]]. Penduduk asli Betawi adalah rakyat Kerajaan Salakanagara. Pada zaman itu perdagangan dengan
===== Abad ke-5 =====
Baris 80 ⟶ 83:
Perjanjian antara Surawisesa (raja [[Kerajaan Pajajaran]]) dengan bangsa [[Portugis]] pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di [[Sunda Kalapa]] mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik [[keroncong]] atau dikenal sebagai Keroncong Tugu.
Kesultanan Demak berhasil merebut Sunda Kalapa dari koalisi Pajarjaran dan Portugis. Derah tersebut diubah namanya menjadi Jayakarta (Jakarta). Kemudian dimulailah islamisasi masyarakat sehingga saat itu masyarakat Jakarta berbudaya dan berbahasa jawa sama seperti wilayah pesisir lainnya yaitu Serang, Indramayu dan Cirebon. Itulah sebabnya hingga kini masih tersisa kosakata dan budaya jawa pada suku betawi.
Setelah [[VOC]] menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, Belanda memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota ini. Ketika itu VOC banyak membeli budak dari penguasa Bali, karena saat itu di Bali masih berlangsung praktik perbudakan.<ref>{{Cite web |url=http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/326 |title=Ensiklopedi Jakarta: Cornelis Chastelein |access-date=2011-09-03 |archive-date=2011-07-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110717052850/http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/326 |dead-url=yes }}</ref> Itulah penyebab masih tersisanya kosakata dan tata bahasa Bali dalam bahasa Betawi kini. Kemajuan perdagangan Batavia menarik berbagai suku bangsa dari penjuru Nusantara hingga Tiongkok, Arab dan India untuk bekerja di kota ini. Pengaruh suku bangsa pendatang asing tampak jelas dalam busana pengantin Betawi yang banyak dipengaruhi unsur Arab dan Tiongkok. Berbagai nama tempat di Jakarta juga menyisakan petunjuk sejarah mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke Batavia, [[Kampung Melayu]], Kampung Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar dan Kampung Bugis. Rumah Bugis di bagian utara Jalan Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun [[1690]].▼
Setelah [[VOC]] menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, Belanda memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota ini. Ketika itu VOC memaksa penduduk menggunakan bahasa melayu pasar. Selain itu VOC juga banyak mendatangkan bawahan dari luar pulau. Sejak saat itulah bahasa betawi menjadi kreol melayu.
▲
===== Abad ke-19 =====
Baris 96 ⟶ 103:
===== Abad ke-20 =====
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Reuzenpoppen Ondel-ondel sieren de straat tijdens het religieuze feest 'selamatan' ter gelegenheid van de inwijding van de nieuwe vleugel van Hotel des Indes Java TMnr 10003392.jpg|jmpl|kiri|Ondel-Ondel menghiasi jalan selama festival ''[[selamatan]]'' saat peresmian sayap baru [[Hotel Des Indes]], 1923. Kesenian ondel-ondel pada zaman dahulu disebut barongan. Ini adalah salah satu pengaruh budaya Jawa-Bali, dilihat dari bentuk topengnya yang cenderung mirip dengan barong
Pada zaman kolonial Belanda tahun [[1930]], kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk [[Batavia]] waktu itu. Namun menurut Uka Tjandarasasmita penduduk asli Jakarta telah ada sejak 3500-3000 tahun sebelum masehi. [[Antropologi|Antropolog]] Universitas Indonesia lainnya, Prof. Dr. [[Parsudi Suparlan]] menyatakan, kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang [[Kemayoran]], orang [[Senen]], atau orang Rawabelong.
Baris 106 ⟶ 113:
==== Setelah kemerdekaan ====
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tanjidor orkest tijdens de viering van het Chinees Nieuwjaar TMnr 20017929.jpg|jmpl|Orkestra [[tanjidor]] merayakan [[Tahun Baru Imlek]], 1977. Ini adalah salah satu pengaruh budaya
Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), [[Jakarta]] dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi — dalam arti apapun juga — tinggal sebagai minoritas. Pada tahun [[1961]], 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah salah satu caranya ’suku’ Betawi hadir.
Baris 113 ⟶ 120:
Seni dan Budaya asli Penduduk Jakarta atau Betawi dapat dilihat dari temuan [[arkeologi]]s, semisal giwang-giwang yang ditemukan dalam penggalian di [[Babelan, Bekasi|Babelan]], [[Kabupaten Bekasi]] yang berasal dari abad ke-11 masehi. Selain itu budaya Betawi juga terjadi dari proses campuran budaya antara suku asli dengan dari beragam etnis pendatang atau yang biasa dikenal dengan istilah [[Mestizo]]. Sejak zaman dahulu, wilayah bekas kerajaan Salakanagara atau kemudian dikenal dengan "Kalapa" (sekarang [[Jakarta]]) merupakan wilayah yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara, Percampuran budaya juga datang pada masa Kepemimpinan Raja Pajajaran, Prabu Surawisesa di mana Prabu Surawisesa mengadakan perjanjian dengan Portugal dan dari hasil percampuran budaya antara Penduduk asli dan Portugal inilah lahir Keroncong Tugu.
Suku-suku yang mendiami Jakarta sekarang antara lain, Suku Betawi, [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Sunda|Sunda]], [[suku Melayu|Melayu]], [[Suku Minang|Minang]], [[Suku Batak|Batak]], [[Suku Bugis|Bugis]], dan lainnya. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti [[budaya Arab]], [[Tiongkok]], [[
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi [[Jawa Barat]] dan provinsi [[Banten]]. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah [[cagar budaya]] di [[Situ Babakan]].
Baris 119 ⟶ 126:
=== Bahasa ===
{{utama|Bahasa Betawi}}
Sifat campur-aduk dalam Bahasa Betawi dialek Tengahan, Bahasa Melayu Dialek Jakarta, atau Melayu Batavia adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil dari [[asimilasi]] kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.<ref name="JP-Betawi Language">{{cite news | title = The perseverance of Betawi language in Jakarta | newspaper = The Jakarta Post | location = Jakarta | date = 21 Juni 2008 | author = Setiono Sugiharto | url = http://www.thejakartapost.com/news/2008/06/21/the-perseverance-betawi-language-jakarta.html}}</ref>
Baris 139 ⟶ 147:
=== Musik ===
[[Berkas:Gambang Kromong Betawi.jpg|jmpl|ka|Gambang Kromong.]]
Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni [[Gambang Kromong]] yang berasal dari seni musik [[Tionghoa]], tetapi juga ada [[Rebana]] yang berakar pada tradisi musik [[Bangsa Arab|Arab]], orkes [[Samrah]] berasal dari [[suku Melayu|Melayu]], Keroncong Tugu dengan latar belakang [[Portugis]]-Arab, dan [[Tanjidor]] yang berlatarbelakang ke-[[Belanda]]-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni [[Lenong]], [[Gambang Kromong]], [[Rebana]] [[Tanjidor]] dan [[Keroncong]]. Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti "Kicir-kicir". Pengaruh budaya Jawa dengan sedikit unsur Sunda didalamnya juga ada dalam kebudayaan Betawi, seperti: pementasan wayang
=== Tari dan drama ===
Baris 165 ⟶ 173:
Rumah tradisional/adat Betawi adalah [[rumah kebaya]]. Terdapat pula rumah tradisional lain seperti [[rumah panggung Betawi]].
Suku Betawi di Jakarta mengenal tradisi "[[Bikin Rume]]" yang dilakukan ketika hendak membangun rumah.
== Kepercayaan ==
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama [[Islam]]. Angropolog Fachry Ali dari IAIN Pekalongan menyatakan Islam sebagai salah satu sumber identitas dan budaya Betawi, sehingga tidak bisa dipisahkan.<ref>[https://www.nu.or.id/post/read/121592/arti-agama-islam-bagi-orang-betawi Arti Agama Islam bagi Orang Betawi]. ''NU Online''. Retrieved March 29, 2021.</ref> Forum Betawi Rempug (FBR) menyatakan salah satu etos organisasi mereka tiga S: ''Sholat'', Silat dan Sekolah.<ref name="Fa">Farish A. Noor. (2012). The Forum Betawi Rempug (FBR) of Jakarta: an ethnic‑cultural solidarity movement in a globalising Indonesia. (''RSIS Working Paper, No. 242''). Singapore: Nanyang Technological University.</ref> Akademisi luar negeri seperti Susan Abeyasekere dari Monash University juga menyetujui, orang Betawi sering menunjukan identitas islamnya dalam karya tulisan mereka.<ref>''Jakarta: A History''. By Susan Abeyasekere. Singapore: Oxford University Press, 1987.</ref>
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama [[Islam]], tetapi yang menganut agama [[Kristen]]: [[Katolik]] dan [[Protestan]] juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa [[Portugis]] ataupun [[Belanda]]. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Pajajaran mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan [[Sunda Kalapa]] sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah [[Kampung Tugu]], [[Jakarta Utara]].<ref>{{cite news | title = Betawi or not Betawi? | newspaper = The Jakarta Post | location = Jakarta | date = 26 Agustus 2010 | url = http://www.thejakartapost.com/news/2010/08/26/betawi-or-not-betawi.html}}</ref>▼
▲
Selain itu ada pula komunitas Kampung Sawah. Meester Anthing menjadi orang Protestan pertama yang mencampurkan ritus-ritus budaya dengan kekristenan yang menitikberatkan pada ngelmu dan hal-hal mistik lainnya dan mendirikan jemaat disana. Namun lambat laun komunitas ini terpecah menjadi tiga pada tahun 1895. Fraksi pertama dibawah guru Laban dan berpusat di Kampung Sawah Barat, fraksi kedua kelompok Yoseh yang berpusan di Kampung Sawah Timur, dan fraksi ketiga yang dipimpin Guru Nathanael yang kemudian memeluk [[Katolik]] cikal bakal [[Gereja Santo Servatius, Bekasi|Paroki Santo Servatius Kampung Sawah]].<ref name="Firdaus 2015">{{cite web | last=Firdaus | first=Randy Ferdi | title=Betawi rasa Kristiani di Kampung Sawah Bekasi | website=merdeka.com | date=2015-12-20 | url=https://www.merdeka.com/peristiwa/betawi-rasa-kristiani-di-kampung-sawah-bekasi.html | access-date=2023-01-12}}</ref><ref name="Ramadhian 2022">{{cite web | last=Ramadhian | first=Nabilla | title=Cerita di Balik Jemaat Misa Natal Gereja Kampung Sawah yang Pakai Baju Adat Betawi Halaman all | website=KOMPAS.com | date=2022-12-27 | url=https://megapolitan.kompas.com/read/2022/12/27/09024141/cerita-di-balik-jemaat-misa-natal-gereja-kampung-sawah-yang-pakai-baju | language=id | access-date=2023-01-12}}</ref>
== Perilaku dan sifat ==
Baris 181 ⟶ 193:
== Profesi ==
Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan [[Kuningan, Jakarta Selatan|Kuningan]] adalah tempat para peternak [[sapi perah]]. Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal Ji'ih teman seperjuangan [[Si Pitung]] dari Rawabelong. Di kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda, meski kemampuan [[pencak silat]] mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustaz, dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.
Baris 209 ⟶ 221:
== Tokoh ==
{{artikel|Daftar tokoh Betawi}}
[[Berkas:Mohammad Husni Thamrin 1961 Indonesia stamp.jpg|ka|240px|jmpl|[[Mohammad Hoesni Thamrin]], pahlawan nasional dari Betawi.]]
* [[Abdullah Ali]] - Dirut [[Bank BCA]]
* [[
* [[Aelke Mariska]] - Aktris, Model
* [[Al Fathir Muchtar]] - Aktor
* [[Ali bin Abdurrahman Alhabsyi]] - Ulama
* H. M. [[Bokir]] - seniman topeng▼
* [[Alya Rohali]] - Aktris, Presenter, [[Puteri Indonesia 1996]]
*
*
* [[Asmawi Manaf]] - Wakil Gubenur DKI Jakarta, Politisi
* [[Deddy Mizwar]] - aktor, sutradara, tokoh perfilman, Wakil Gubernur Jawa Barat (2013-2018)▼
* [[Asmirandah]] - Aktris, Penyanyi
* [[Ayu Ting Ting]] - Penyanyi, Aktris, Presenter
* [[Benyamin Sueb]] - Aktor, Penyanyi
* [[Dahlia Poland]] - Aktris
▲* [[Deddy Mizwar]] -
* [[Dewi Rezer]] - Aktris, Penyanyi
* [[Dewi Sandra]] - Aktris, Penyanyi
* [[Fauzi Bowo]] - Gubernur DKI Jakarta (2007-2012)
* [[Firman Muntaco]] -
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
*
* [[Mochammad Syah Manaf]] - Anggota MPR, Anggota DPR GR, Politisi
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[
* [[Surya Saputra]] - Aktor
* [[Suryadharma Ali]] - Menteri Agama
* [[Tuty Alawiyah]] -
* [[Ussy Sulistyowati]] -
* [[
* [[
* [[Zainuddin MZ]] - Ulama
▲* [[Saefullah]] - Sekda DKI Jakarta (2014–2020)
* [[Zee Zee Shahab]] - Aktris, Penyanyi
== Kuliner ==
Baris 260 ⟶ 285:
=== Kue-kue ===
Kue-kue khas Betawi misalnya [[kue cucur]], [[kue rangi]], [[kue talam]], kue kelen, [[kue kembang goyang]], [[kerak telor]], [[sengkulun]], [[putu mayang]], andepite, [[kue ape]], kue cente manis, kue pepe, kue dongkal, kue geplak, [[dodol betawi]], dan [[roti buaya]].[kue pancong]
=== Minuman ===
Baris 270 ⟶ 295:
== Referensi ==
{{reflist|
=== Catatan kaki ===
<references group="lower-alpha"/>
=== Bacaan
* Castles, Lance ''The Ethnic Profile of Jakarta'', Indonesia vol. I, Ithaca: Cornell University April 1967
* Guinness, Patrick ''The attitudes and values of Betawi Fringe Dwellers in Djakarta'', Berita Antropologi 8 (September), 1972, hlm. 78–159
Baris 287 ⟶ 314:
{{Topik Jakarta}}
{{India Indonesia}}
[[Kategori:Betawi]]
|