Sejarah dan perkembangan televisi berlangganan di Amerika memberikan peluang bagi terbukanya lahan komersial ini di wilayah lain seperti [[Eropa]], [[Asia]], dan [[Australia]]. Untuk kawasan regional Asia, Jepang pada tahun 1984 memperkenalkan sistem ''DBS (Direct Broadcast Satellite)'' yang pada akhirnya dipakai dalam industri televisi berlangganan.
== Sejarah dan perkembangannya di Indonesia ==
Beberapa medium awal televisi berlangganan di Indonesia sendiri muncul pada era 1980-an. Misalnya, pada tahun 1988, harian ''[[Suara Pembaruan]]'' sendiri melaporkan bahwa terdapat sistem televisi kabel yang berada di [[rumah susun]] di sekitar [[Jakarta]]. Siaran yang tidak diketahui identitasnya ini beroperasi dari pagi hingga malam, berisi video-video, dan berbiaya bulanan Rp 7500 (ditambah uang pangkal Rp 25000.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=hFZGYmE9d1oC&pg=PA109&dq=suara+pembaruan+rumah+susun&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwj0tfv-7oD0AhWaYisKHbktD2gQ6AF6BAgFEAI#v=onepage&q=suara%20pembaruan%20rumah%20susun&f=false Televisi Jakarta di atas Indonesia]</ref> Lalu, stasiun televisi swasta pertama di Indonesia, [[RCTI]], pada awalnya juga bersiaran dengan sistem berlangganan zerestrial, dimana [[pesawat televisi]] penerima harus memiliki [[dekoder (televisi)|dekoder]] khusus demi menerima siaran RCTI. Dekoder tersebut berbiaya Rp 131.000 dan perbulannya Rp 30000/bulan.<ref>[https://forum.detik.com/acara-televisi-jadul-t59526p56.html Default Supaya betah menatap layar kaca]</ref> Namun, penggunaan dekoder ini kemudian dihapus pada 24 Agustus 1990, sehingga RCTI dapat bersiaran bebas.<ref name="hanyatvwarna">[https://www.facebook.com/notes/rcti-jadul-entertainment/hanya-tv-warna-tangkap-rcti-sctv/478417735555080 HANYA TV WARNA TANGKAP RCTI & SCTV]</ref>
Kemudian, seiring dengan reformasi teknologi yang terus bergulir dan merambah banyak aspek kehidupan global, Indonesia pun tak lepas dari imbas dan gejolak teknologi tersebut. TV berbayar ini menawarkan sistem ''[[Bayar-per-tayang|pay-per-view]]'' (PPV) yang ditawarkan melalui kabel atau ''DBS''. Dengan sistem ''PPV ''ini, pelanggan harus menunggu sampai progam siaran yang mereka inginkan diudarakan baik oleh kabel maupun ''DBS''. Salah satu penyedia layanan televisi berlangganan Indonesia, Indovision mengklaim dirinya sebagai perusahaan televisi berlangganan pertama yang mengaplikasikan sistem ''DBS'' dengan menggunakan satelit [[Palapa C-2]] sejak pertama berdiri pada bulan Agustus 1988 dan beroperasi pada 1994.<ref>{{cite web|url=https://www.mnc.co.id/businesses/paytv/id |title=Saluran TV Berlangganan |website=[[Media Nusantara Citra]] |accessdate=22 Januari 2018}}</ref><ref name="mncvision">{{cite web|url=https://tirto.id/mnc-sky-vision-juara-yang-selalu-merugi-bliH |title=MNC Sky Vision: Juara yang Selalu Merugi |first=Aqwam F. |last=Hanifan |editor-first=Nurul Q. |editor-last=Pramisti|date=17 Juni 2016 |accessdate=18 Juni 2016 |website=Tirto.id}}</ref> Sembilan tahun kemudian (1997), Indovision meluncurkan satelit barunya yakni IndoStar 1 atau yang lebih dikenal dengan satelit Cakrawarta 1 yang digunakan sampai sekarang.
Dalam perkembangannya, juga muncul berbagai penyedia lain yang menyelenggarakan siaran berlangganan dengan aneka metode. Perusahaan pertama yang menyediakan [[televisi kabel]] sendiri adalah PT Tanjung Bangun Semesta (sekarang PT [[First Media]] Tbk) yang kemudian meluncurkan siarannya dengan nama Kabelvision pada 1999.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=GEUuAAAAMAAJ&q=tanjung+bangun+semesta&dq=tanjung+bangun+semesta&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj-i9_M3vruAhXiH7cAHeiMAucQ6AEwAnoECAAQAg Panji masyarakat]</ref> Kemudian, dalam televisi berlangganan [[terestrial]], sempat muncul [[Nexmedia]] pada November 2011.<ref>[https://industri.kontan.co.id/news/nexmedia-ingin-raup-50.000-pelanggan-tv-berbayar Nexmedia ingin raup 50.000 pelanggan TV berbayar]</ref> Sempat juga muncul usaha menghidupkan [[televisi digital]] [[telepon seluler]] bersistem [[DVB-H]] pada 2009 lalu.<ref>[https://www.postel.go.id/berita-peresmian-uji-coba-lapangan-siaran-digital-untuk-penerimaan-bergerak-mobile-26-968 Siaran Pers No. 164/PIH/KOMINFO/8/2009 Peresmian Uji Coba Lapangan Siaran Digital Untuk Penerimaan Bergerak (Mobile TV)]</ref> Walaupun kemudian, dua jenis televisi berlangganan yang terakhir ini tidak sukses, dan saat ini siaran berlangganan dengan menggunakan televisi satelit maupun kabel tetap menjadi medium yang dominan.
== Regulasi ==
Aturan mengenai televisi berlangganan sendiri diatur dalam [[Undang-Undang Penyiaran]] No. 32/2002, dengan nama '''Lembaga Penyiaran Berlangganan''' (LPB). LPB sendiri didefinisikan sebagai lembaga penyiaran yang bersifat komersial, berbentuk badan hukum Indonesia, bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa [[penyiaran]] berlangganan, dan wajib terlebih dahulu memperoleh izin [[Perizinan Penyiaran|penyelenggaraan penyiaran]] berlangganan.<ref name="UU">{{id}} {{cite journal
| author = Presiden Republik Indonesia
| year =
| month =
| title = Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran
| journal =
| volume = Bagian Ketujuh; Pasal 25 - 29
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url =
| publisher =
| format =
| accessdate =
}}</ref><ref name="Law">{{id}} {{cite journal
| author = Law Librarian Notes
| year =
| month =
| title = Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan Melalui Satelit, Kabel, Dan Terestrial
| journal =
| volume =
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url = http://tasbul.blogdetik.com/?p=415
| publisher =
| format =
| accessdate = 9 Juni 2015
| archive-date = 2017-10-29
| archive-url = https://web.archive.org/web/20171029002423/http://tasbul.blogdetik.com/?p=415
| dead-url = yes
}}</ref> Peraturan tentang Lembaga Penyiaran Berlangganan telah diatur dalam [[Undang-Undang]] Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, Undang-undang nomor 52 tahun tahun 2005 dan Peraturan Menteri nomor 41 tahun 2012 Pasal 8 Ayat 1.<ref name="UU"/><ref name="KPI satu">{{id}} {{cite journal
| author = Komisi Penyiaran Indonesia
| year =
| month =
| title = KPI Bahas Pengaturan Lembaga Penyiaran Berlangganan
| journal =
| volume =
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url = http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/40-topik-pilihan-2/31870-kpi-bahas-pengaturan-lembaga-penyiaran-berlangganan
| publisher =
| format =
| accessdate = 9 Juni 2015
}}</ref>
Lembaga Penyiaran Berlangganan memancarluaskan dan menyalurkan materi siarannya secara khusus kepada pelanggan melalui [[radio]], [[televisi]], multi-media, atau media informasi lainnya.<ref name="UU" /> Dalam menyalurkan program siaran kepada pelanggannya, Penyelenggaraan Penyiaran Berlangganan dapat diselenggarakan dengan menggunakan sistem [[analog]] dan [[digital]].<ref name="Law"/> Kegiatan Penyelenggaraan Penyiaran Berlangganan dilakukan oleh Lembaga Penyiaran Berlangganan yang berbentuk badan hukum Indonesia berupa [[Perseroan Terbatas]], baik terbuka maupun tertutup, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan.<ref name="Law"/> Salah satu asosiasi yang sudah terbentuk dan menaungi Lembaga Penyiaran Berlangganan yaitu Indonesia Cable TV Association ([[ICTA]]).<ref name="KPI dua">{{id}} {{cite journal
| author = Komisi Penyiaran Indonesia
| year =
| month =
| title = Pentingnya Legalitas Lembaga Penyiaran Berlangganan (LPB) Kabel
| journal =
| volume =
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url = http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/40-topik-pilihan-2/32156-pentingnya-legalitas-lembaga-penyiaran-berlangganan-lpb-kabel
| publisher =
| format =
| accessdate = 9 Juni 2015
}}</ref> ICTA merupakan asosiasi pelaku, pemilik, dan pengusaha layanan TV Kabel yang berada di seluruh daerah, termasuk [[Jakarta]].<ref name="KPI dua"/>
Setiap Lembaga Penyiaran Berlangganan wajib memiliki Izin Penyelenggaraan Penyiaran dan hanya berlaku untuk 1 Penyelenggaraan Penyiaran Berlangganan.<ref name="Law"/> Untuk mengajukan permohonan Izin Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan, beberapa orang dan badan hukum dapat menggabungkan diri dalam 1 badan hukum.<ref name="Law"/> Penggabungan paling sedikit memenuhi ketentuan sebagai berikut:
* Menetapkan pimpinan pengurus Lembaga Penyiaran Berlangganan sebagai penanggung jawab terhadap program siaran dan Penyelenggaraan Penyiaran Berlangganan secara keseluruhan, dan dalam hal Lembaga Penyiaran Berlangganan menggunakan satelit asing.<ref name="Law"/>
* Menggunakan lebih dari 1 (satu) [[stasiun pengendali]] (''head end'') untuk menyalurkan program siarannya, maka masing-masing stasiun pengendali wajib memiliki [[izin stasiun bumi]] untuk ''[[television received only]]'' (TVRO).<ref name="Law"/>
Lembaga Penyiaran Berlangganan di Indonesia terdiri dari LPB [[satelit]], [[kabel]] dan [[terestrial]].<ref name="UU"/> Pembiayaan Lembaga Penyiaran Berlangganan berasal dari iuran berlangganan dan usaha lain yang sah dan terkait dengan penyelenggaraan penyiaran, seperti iklan.<ref name="UU"/> Siaran iklan niaga yang disiarkan oleh Lembaga Penyiaran Berlangganan harus memenuhi syarat yaitu materi siaran iklan harus menggunakan sumber daya dalam negeri.<ref name="Law"/><ref name="KPI satu"/> Dan apabila terdapat siaran iklan niaga asing dalam program-program yang disalurkan dari luar negeri, harus diganti dengan siaran iklan dalam negeri.<ref name="Law"/><ref name="KPI satu"/>
== Media kabel ==
* ''Smart card'': Alat untuk mengakses sistem.
===Contoh perusahaan televisiTelevisi berlangganan satelitdi Indonesia ===
=== Sejarah ===
==== MNC Vision (sebelumnya bernama Indovision) ====
Beberapa medium awal televisi berlangganan di Indonesia muncul pada era 1980-an. Misalnya, pada tahun 1988, harian ''[[Suara Pembaruan]]'' melaporkan bahwa terdapat sistem televisi kabel yang berada di [[rumah susun]] di sekitar [[Jakarta]]. Siaran yang tidak diketahui identitasnya ini beroperasi dari pagi hingga malam, berisi video-video, dan berbiaya bulanan Rp 7.500 (ditambah uang pangkal Rp 25.000).<ref>[https://books.google.co.id/books?id=hFZGYmE9d1oC&pg=PA109&dq=suara+pembaruan+rumah+susun&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwj0tfv-7oD0AhWaYisKHbktD2gQ6AF6BAgFEAI#v=onepage&q=suara%20pembaruan%20rumah%20susun&f=false Televisi Jakarta di atas Indonesia]</ref> Lalu, stasiun televisi swasta pertama di Indonesia, [[RCTI]], pada awalnya juga bersiaran dengan sistem berlangganan terestrial, dimana [[pesawat televisi]] penerima harus memiliki [[dekoder (televisi)|dekoder]] khusus demi menerima siaran RCTI. Dekoder tersebut berbiaya Rp 131.000 dan perbulannya Rp 30.000.<ref>[https://forum.detik.com/acara-televisi-jadul-t59526p56.html Default Supaya betah menatap layar kaca]</ref> Namun, penggunaan dekoder ini kemudian dihapus pada 24 Agustus 1990, sehingga RCTI dapat bersiaran bebas.<ref name="hanyatvwarna">[https://www.facebook.com/notes/rcti-jadul-entertainment/hanya-tv-warna-tangkap-rcti-sctv/478417735555080 HANYA TV WARNA TANGKAP RCTI & SCTV]</ref>
MNC Vision merupakan penyedia layanan televisi berlangganan pertama di Indonesia dengan sistem ''DBS'', memulai operasi dengan menggunakan frekuensi C-Band melalui satelit Palapa C-2 pada awal tahun 1994, sampai akhirnya menggunakan perangkat S-Band melalui satelit INDOSTAR-1 atau lebih dikenal dengan nama CAKRAWARTA-1 pada akhir tahun 1997. Beberapa belas tahun yang lalu, S-Band banyak digunakan untuk keperluan militer, namun, saat ini telah banyak digunakan untuk kepentingan komersial. Dengan beroperasi pada frekuensi 2.5 GHz, S-Band cocok diaplikasikan untuk wilayah Indonesia yang [[tropis]].
Kemudian, seiring dengan reformasi teknologi yang terus bergulir dan merambah banyak aspek kehidupan global, Indonesia pun tak lepas dari imbas dan gejolak teknologi tersebut. TV berbayar pun hadir dengan teknologi baru, menawarkan sistem ''[[Bayar-per-tayang|pay-per-view]]'' (PPV) yang ditawarkan melalui kabel atau ''DBS''. Dengan sistem ''PPV ''ini, pelanggan harus menunggu sampai progam siaran yang mereka inginkan diudarakan baik oleh kabel maupun ''DBS''. Salah satu penyedia layanan televisi berlangganan Indonesia, Indovision mengklaim dirinya sebagai perusahaan televisi berlangganan pertama yang mengaplikasikan sistem ''DBS'' dengan menggunakan satelit [[Palapa C-2]] sejak pertama berdiri pada bulan Agustus 1988 dan beroperasi pada 1994.<ref>{{cite web |url=https://www.mnc.co.id/businesses/paytv/id |title=Saluran TV Berlangganan |website=[[Media Nusantara Citra]] |accessdate=22 Januari 2018 |archive-date=2019-02-14 |archive-url=https://web.archive.org/web/20190214002915/https://www.mnc.co.id/businesses/paytv/id |dead-url=yes }}</ref><ref name="mncvision">{{cite web|url=https://tirto.id/mnc-sky-vision-juara-yang-selalu-merugi-bliH |title=MNC Sky Vision: Juara yang Selalu Merugi |first=Aqwam F. |last=Hanifan |editor-first=Nurul Q. |editor-last=Pramisti|date=17 Juni 2016 |accessdate=18 Juni 2016 |website=Tirto.id}}</ref> Sembilan tahun kemudian (1997), Indovision meluncurkan satelit barunya yakni IndoStar 1 atau yang lebih dikenal dengan satelit Cakrawarta 1 yang digunakan sampai sekarang.
Pada Mei 2009, MNC Vision meluncurkan Satelit INDOSTAR-2 guna menggantikan posisi Satelit INDOSTAR-1. Masih dengan menggunakan frekuensi S-Band, INDOSTAR-2 dioperasikan untuk mendukung transmisi teknologi penyiaran paling terbaru sehingga dimungkinkan untuk mendapat kapasitas 2 kali lipat dibandingkan satelit berikutnya.
Dalam perkembangannya, juga muncul berbagai penyedia lain yang menyelenggarakan siaran berlangganan dengan aneka metode. Perusahaan pertama yang menyediakan [[televisi kabel]] adalah PT Tanjung Bangun Semesta (sekarang PT [[First Media]] Tbk) yang meluncurkan siarannya dengan nama Kabelvision pada 1999.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=GEUuAAAAMAAJ&q=tanjung+bangun+semesta&dq=tanjung+bangun+semesta&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj-i9_M3vruAhXiH7cAHeiMAucQ6AEwAnoECAAQAg Panji masyarakat]</ref> Kemudian, dalam televisi berlangganan [[terestrial]], sempat muncul [[Nexmedia]] pada November 2011.<ref>[https://industri.kontan.co.id/news/nexmedia-ingin-raup-50.000-pelanggan-tv-berbayar Nexmedia ingin raup 50.000 pelanggan TV berbayar]</ref> Sempat juga muncul usaha menghidupkan [[televisi digital]] [[telepon seluler]] bersistem [[DVB-H]] pada 2009 lalu.<ref>[https://www.postel.go.id/berita-peresmian-uji-coba-lapangan-siaran-digital-untuk-penerimaan-bergerak-mobile-26-968 Siaran Pers No. 164/PIH/KOMINFO/8/2009 Peresmian Uji Coba Lapangan Siaran Digital Untuk Penerimaan Bergerak (Mobile TV)]</ref> Walaupun kemudian, dua jenis televisi berlangganan yang terakhir ini tidak sukses, dan saat ini siaran berlangganan dengan menggunakan televisi satelit maupun kabel tetap menjadi medium yang dominan.
==== Transvision (sebelumnya bernama TelkomVision) ====
PT. Trans Corp (yang sebelumnya dikelola oleh PT. Telkom) menawarkan dua pilhan sekaligus, TV berbayar melalui media satelit ''(Direct To Home)'' serta TV Kabel ''(Digital CATV Broadband)'' dengan nama TransVision. Untuk layanan satelit di kota-kota besar, Trans Corp yang bekerja sama dengan Telkom turut menyediakan akses [[Internet]] yang diberi nama [[Telkom Speedy]] dan TV berlangganan melalui sistem protokol internet yaitu Groovia TV. TransVision ini menggunakan frekuensi transmisi satelit C-Band yang beroperasi pada level 4-6 GHz. Penggunaan frekuensi satelit C-Band ternyata memiliki kemampuan terbatas dalam menghindari interferensi sistem [[gelombang mikro]] dan [[terestrial]].
=== Apresiasi masyarakatPenerimaan ===
Perkembangan televisi berbayar atau berlangganan ini tergolong cukup signifikan di [[Indonesia]]. Menurut data yang diungkap Direktur Utama Indovision, Rudy Tanoesoedibjo di tahun 2008, pasar potensial televisi berbayar di Indonesia pada dua tahun lalu (2006) berada di kisaran 12 juta orang atau (sekitar 22% dari keseluruhan 57 juta pemilik TV rumahan. Dantelevisi); bukandan mustahilmenurutnya angka ini akandapat meningkat tajam.<ref>{{cite web |title=Ketahui Apa Itu TV Satelit Berlangganan |url=https://www.mnc-vision.com/ketahui-apa-itu-tv-satelit-berlangganan/ |website=MNC Vision |access-date=26 November 2021 |archive-date=2021-11-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211126134605/https://www.mnc-vision.com/ketahui-apa-itu-tv-satelit-berlangganan/ |dead-url=yes }}</ref> Konsumsi televisi berbayar ini selain melibatkan faktor ekonomi, faktor sosial pun menjadi pertimbangan. Monotomi siaran atau tayangan televisi terrestrial yang ada saat ini, sedikit banyak berpengaruh pada ''costumer sovereignity'' dalam memilih tayangan yang berkualitas. Alternatif inilah yang ditawarkan oleh televisi berbayar.
=== LembagaPenyedia penyiarantelevisi berlangganan di Indonesia ===
DiSeperti [[Indonesia]]halnya di negara-negara lain, industri televisi berlangganan di Indonesia beroperasi dengan menggunakan media penyaluran yang beragam, mulai dari [[satelit]], [[kabel]], dan terestrial. Namun, hanya media penyiaran melalui satelit dan kabel saja yang memiliki pangsa pasar yang besar. BerikutDalam beberapa[[Undang-Undang lembagaPenyiaran|Undang-Undang mediaNomor penyiaran32 yangTahun ada2002 ditentang IndonesiaPenyiaran]], besertapara mediapenyedia penyalurannya:televisi berlangganan ini secara kolektif disebut sebagai [[lembaga penyiaran berlangganan]].
Berikut beberapa lembaga media penyiaran yang ada di Indonesia beserta media penyalurannya:
=== Saat ini ===
* [[MNC Vision Networks|PT MNC Vision Networks, Tbk.]]
==== Saat ini ====
** PT MNC Sky Vision, Tbk. ([[MNC Vision]]), satelit
* [[MNC Vision Networks|PT MNC Vision Networks Tbk]]
** PT MNC Sky Vision Tbk ([[MNC Vision]]), satelit
** PT MNC Kabel Mediacom ([[MNC Play]]), kabel/serat optik/protokol internet
** PT Digital Vision Nusantara ([[K-Vision]]), satelit
* PT First Media,[[LinkNet]] Tbk. ([[First Media]]/[[HomeCable (telekomunikasi)|First Media]]), hybrid fiber-coaxial
* PT MentariMediatama MultimediaTelevisi ([[M2VNex Mobile TVParabola]]), terestrialsatelit
* PT. Mediatama Televisi ([[Nex Parabola]]), satelit
* PT Indonusa Telemedia ([[Transvision]]), satelit
* PT Cipta Skynindo ([[Skynindo]]), satelit
* PT Supra Prima Nusantara ([[Biznet Home]]), kabel/serat optik/protokol internet
* [[Telkom IndonesiaTelkomsel|PT TelkomTelekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk.Selular]] ([[IndiHome]]/[[UseeTVIndiHome TV]]), kabel/serat optik/protokol internet
* PT Eka Mas Republik ([[MyRepublic Indonesia|MyRepublic]]), kabel/serat optik/protokol internet
* [[Mora Telematika Indonesia|PT Mora Telematika Indonesia/Moratelindo]]
** [[Oxygen.id]], kabel/serat optik/protokol internet
* PT Indonesia Comnets Plus ([[ICON+]])
** [[Iconnet]], kabel/serat optik/protokol internet
** PT Digdaya Duta Digital ([[DensTV]]), kabel/serat optik/protokol internet
* PT Paramitra Media Interaktif ([[BaliFiber]]), kabel/serat optik/protokol internet
* PT Fastel Sarana Indonesia ([[Globe.net]]), kabel/serat optik/protokol internet
* [[TiviPlus]], satelit
* PT Milenial Utama Televisi ([[Kugosky]]), satelit
* PT Sarana Media Vision ([[SMV FreeSat TV]]),satelit
* PT Netciti Persada ([[Netciti]]), kabel/serat optik/protokol internet
==== Sebelumnya ====
{{unreferenced section}}
Penyedia diurutkan menurut tanggal tutup.
'''Terestrial'''
* PT Mediatama Anugrah Citra ([[Nexmedia]], tutup 1 September 2019)
* PT Mentari Multimedia ([[M2V Mobile TV]], tidak diketahui)
'''Satelit'''
* PT Direct Vision ([[Astro Nusantara]], tutup 19 Oktober 2008)
* PT Central Tivi Digital ([[Centrin TV]], tutup 28 Februari 2013)
* PT Karyamegah Adijaya ([[aora]], tutup 2015)
* PT Digital Media Asia ([[viva+]], tutup 31 Desember 2016)
* PT Mega Media Indonesia ([[Orange TV]], tutup 2018)
* PT Karya Kreatif Bersama ([[Topas TV]], tutup 30 April 2020)
* PT Indonesia Media Televisi ([[BiG TV]], tutup 31 Mei 2020)
* PT Garuda Media Nusantara ([[Matrix TV]], tutup 31 Juli 2020)
* PT Cipta Skynindo ([[Skynindo]], tutup 31 Desember 2023)
'''Kabel'''
=== Sebelumnya ===
* [[IndosatM2|PT. Indosat Mega Media]] ([[IM2 PayTV]]), kabeltutup 31 Oktober 2014)
* PT. Mediatama Anugrah Citra ([[Nexmedia]]), terestrial
== Referensi ==
* [[Daftar stasiun televisi berlangganan di Indonesia]]
{{Penyedia TV Berlangganan Indonesia}}
{{CATV}}
|