Sunan Ampel: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Raden Salman (bicara | kontrib)
k Perbaikan Data & Tabel
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
k Mengembalikan suntingan oleh Daeng Hanif (bicara) ke revisi terakhir oleh Raden Salman
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(159 revisi perantara oleh 60 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim|honorific_prefix=As-Syekh Sayyid Ali Rahmatullah|image=Sunan Ampel BW.png|caption=Ilustrasi Sunan Ampel|title=Sunan Ampel|kunya=|name=|nasab=bin Ibrahim Zainuddin|nisbah=As - Samarqandy|parents=[[Maulana Ibrohim Asmoroqondi|Ibrahim As-Samarqandy]] (ayah)<br> Dewi Candrawulan (ibu)|relatives=|spouse={{unbulleted list
{{Refimprove-bio-tokohmuslim}}
| - [[Dewi Candrawati]]
 
| - [[Dewi Karimah]]
{{Infobox royalty
}}|children={{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Candrawati :
| name = Sayyid Ali Rahmatullah <br> (Sunan Ampel)
| - Siti Fatimah <br> ([[Nyai Ageng Manyuro]])
| image =
| - Siti Syari’ah <br> ([[Nyai Ageng Maloka]])
| image_size = 300
| - [[Nyai Ageng Tuban]]
| alt =
| - [[Nyai Ageng Tandhes]]
| caption =
| - Makhdum Ibrahim ([[Sunan Bonang]])
| succession = [[Walisongo]]
| - Syarifuddin <br> ([[Sunan Drajat]])
| moretext = Angkatan Ke - 2 sampai Ke - 4
| reign = {{nowrap|1419 - 1481}}
| reign-type =
| coronation =
| cor-type =
| predecessor =[[Sunan Gresik]]
| pre-type =
| successor = [[Syekh Siti Jenar]]
| suc-type =
| regent =
| reg-type =
| birth_name =
| birth_date =
| birth_place =Champa
| death_date = 1481 M
| death_place =[[Ampel]], [[Surabaya]]
| burial_date =
| burial_place =
| spouse = {{plainlist|
* [[Dewi Candrawati]]
* [[Dewi Karimah]]
* }}
| spouse-type = Istri
| consort = no
| issue = {{plainlist|
* Siti Syari'ah
* Siti Muthmainnah
* Siti Khafshah
* Makhdum Ibrahim ([[Sunan Bonang]])
* Syarifuddin ([[Sunan Drajad]])
* Dewi Murthasiah (Istri [[Sunan Giri]])
* Dewi Murthasimah
*
}}
{{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Karimah :
| issue-link =
| - Dewi Murtasiyah (Istri [[Sunan Giri]])
| issue-pipe =
| - Dewi Murthasimah (Istri [[Raden Fatah]])
| issue-type =
| - Raden Hisamuddin (Sunan Lamongan)
| full name = Ali Rahmatullah
| - Raden Zainal Abidin ([[Sunan Demak]])
| era name =
| - [[Raden Hamzah]] (Pangeran Tumapel)
| era dates =
}}|birth_name=Ali Rahmatullah|birth_date=|birth_place=1401 [[Kerajaan Champa|Kesultanan Champa]]|death_date=1481|death_place=[[Surabaya]], [[Kerajaan Majapahit]]|death_cause=|resting_place=[[Ampel, Semampir, Surabaya]]|other_names=|nationality=- [[Kerajaan Champa|Kesultanan Champa]] <br>
| regnal name =
- [[Kerajaan Majapahit]]|era=|region=|occupation=Mufti [[Walisongo]] Ke-2|denomination=[[Sunni]]|jurisprudence=|creed=|movemet=|main_interests=|notable_ideas=|notable_works=|alma_mater=|disciple_of=[[Maulana Ibrohim Asmoroqondi|Ibrahim As-Samarqandy]],
| posthumous name=
[[Ali Rahmatullah#Guru-gurunya|Guru-gurunya]]|awards=|influences=|influenced=[[Sunan Giri]], [[Sunan Kalijaga]], [[Sunan Bonang]], [[Sunan Drajat]], [[Raden Fatah]], [[Mbah Sholeh]], [[Mbah Shonhaji]], [[Syekh Khalifah Husein]],
| temple name =
[[Syekh Zain Abdul Qodir]],
| house =
[[Syekh Jamhur Alim]],
| house-type =
[[Sunan Ngudung]],
| father = [[Syekh Ibrahim Zainuddin As-Samarqandy]]
[[Ki Ageng Pandan Arang|Sunan Pandanaran]],
| mother =[[Dewi Candrawulan]]
[[Syekh Suta Maharaja]],
| religion = Islam
[[Ali Rahmatullah#Murid-muridnya|Dan Murid-murid Lainnya]]|module=|signature=}}
| occupation =
| signature_type =
| signature =
| module =
|Title_name=Common name|family_name=}}
 
'''Ali Rahmatullah''' atau yang dikenal dengan '''Sunan Ampel''' adalah salah seorang wali di antara [[Walisongo]] yang menyebarkan ajaran Islam di [[Jawa|PulauTanah Jawa]]. Ia lahir pada tahun [[1401]] di [[Kerajaan Campa|Campa]]. Menurut Encyclopedia Van Nederlandesh Indie diketahui bahwadaerah [[Kerajaan Champa|CampaChampa]] adalah satu kerajaan kuno yang terletak di [[Vietnam]] hingga Laos sekarang.
 
Sunan Ampel adalah Putra dari Syekh Ibrahim Zainuddin As-Samarqandy yangdengan dimakamkanDewi di Palang, Tuban, Jawa Timur, IndonesiaCandrawulan. SayyidSunan IbrahimAmpel Asmarakandijuga merupakan putrakeponakan [[JamaluddinDyah AkbarDwarawati]], al-Husaini|Sayyidistri Husain[[Bhre JamaluddinKertabhumi]] Alraja Akbar.[[Majapahit]] Sunan Ampel juga cucu dari Sultan Champa dan keponakan Dewi Dwarawati, istri Brawijaya V.
 
== Riwayat ==
Dalam catatan [[Berita Tiongkok|Kronik Tiongkok]] dari [[Klenteng Sam Po Kong]], Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng - seorang Tionghoa (suku [[Hui]] beragama Islam [[mazhab Hanafi]]) yang ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Tionghoa di Champa oleh [[Ceng Ho|Sam Po Bo]]. Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu - menantu Haji Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit, sedangkan Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai kapten Tionghoa di Tuban. Haji Gan En Cu kemudian menempatkan menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Tionghoa di Jiaotung (Bangil).<ref name="Muljana">{{id}} {{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2005|url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&pg=PA63#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=9798451163|pages=63}}ISBN 978-979-8451-16-4</ref><ref>Bong (Wong) marga Tionghoa muslim bermazhab Hanafi dari [[Yunnan]]</ref> '''Namun, catatan Kronik Tiongkok dari Klenteng Sam Po Kong ini tidak benar dan tidak ditemukan bukti fisiknya karena merupakan propaganda Belanda untuk mengaburkan sejarah Indonesia.'''<ref>Suryanegara, Ahmad Mansur. "Api Sejarah, jilid 1." Bandung, Salamadani (2012).</ref>
'''Sayyid Ali Rahmatullah''' datang ke Jawa bersama ayahnya bernama Syekh Ibrahim Asmaraqandi untuk menyebarkan agama Islam. Sekaligus silaturahmi ke bibinya, Dewi Dwarawati yang menjadi istri Prabu [[Kertabhumi]].
 
Kapal Raden Santri beserta rombongan tiba di sebelah timur [[Bandar Tuban]], yang disebut [[Gisik]] (sekarang bernama Gesikharjo).
== Silsilah ==
 
Pendaratan di Gisik dilakukan sebagai salah satu bentuk kehati-hatian, dikarenakan [[Tuban]] pada saat itu menjadi [[Pelabuhan Internasional Majapahit]].<ref>{{cite web|first=Rijal|last=Mumazziq Z|url=https://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/falasifa/article/download/157/139?|title=Jejak Ulama Uzbekistan Di Nusantara|language=id|access date=3 September 2021}}</ref> Dengan cara mendarat di tempat yang tidak terlalu ramai ini, Syekh Ibrahim As-Samarqandi memulai dakwahnya.
* Sunan Ampel / Raden Rahmat / Sayyid Ali Rahmatullah bin
* [[Maulana Malik Ibrahim]] / Syekh Ibrahim As-Samarqandy bin
* [[Syaikh Jumadil Qubro]] / [[Jamaluddin Akbar al-Husaini]] bin
* Ahmad Jalaluddin Syah bin
* Abdullah Khan bin
* Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad,India) bin
* Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
* [[Muhammad Sohib Mirbath]] (Hadhramaut)
* Ali Kholi' Qosam bin
* Alawi Ats-Tsani bin
* Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
* Alawi Awwal bin
* Ubaidullah bin
* [[Ahmad al-Muhajir]] bin
* Isa Ar-Rumi bin
* Muhammad An-Naqib bin
* [[Ali Uraidhi]] bin
* [[Ja'far ash-Shadiq]] bin
* [[Muhammad al-Baqir]] bin
* [[Ali Zainal Abidin]] bin
* [[Husain bin Ali|Husain]] bin
* [[Ali bin Abi Thalib]] dan [[Fatimah az-Zahra]] binti [[Muhammad]]
 
Tidak lama setelah sampai di [[Tuban]] ayahanda Raden Santri menderita sakit kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di daerah pesisir [[Gesikharjo]], [[Palang]], [[Tuban]]. Setelah kematian ayahandanya Raden Santri dan Sunan Ampel didampingi oleh [[Abu Hurairah]] (Raden Burereh) menuju ke Ibukota Majapahit.
Jadi, Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dan Champa dari sebelah ibu. Tetapi dari ayah leluhur mereka adalah keturunan langsung dari [[Ahmad al-Muhajir]], Hadhramaut. Bermakna mereka termasuk keluarga besar Saadah BaAlawi.
 
Selama setahun di Majapahit, beliau hendak balik ke Champa tapi negeri tesebut sudah hancur dan dikuasai raja Pelbegu dari kerajaan Koci. Berkat saran raja Kertabhumi, Raden Santri disuruh menetap di Gresik.<ref>{{cite web|last=Budi|url=https://www.laduni.id/post/read/65122/wisata-religi-dan-bertawassul-di-makam-raden-santri-gresik|title=Wisata Religi dan Bertawassul di Makam Raden Santri Gresik|date=16 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref><ref>{{Cite book|last=Sunyoto|first=Agus|date=Juni 2016|title=Atlas Wali Songo|location=Tangerang Selatan|publisher=Pustaka IIMaN dan Lesbumi PBNU|isbn=978-602-8648-18-9|pages=191-205|url-status=live}}</ref>
== Keturunan ==
Isteri Pertama, yaitu: Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi, berputera:
# Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ [[Sunan Bonang]]/Bong Ang
# Syarifuddin/Raden Qasim/ [[Sunan Drajat]]
# Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran
# Siti Muthmainnah
# Siti Hafsah
 
== Ajaran ==
Isteri Kedua adalah Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera:
[[Moh limo]] Mohlimo atau Molimo, Moh (tidak mau), limo (lima), adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat pada zaman itu yaitu:
# Dewi Murtasiyah/ Istri [[Sunan Giri]]
# Dewi Asyiqah/ Istri [[Sunan Kalijaga]]
# Raden Husamuddin ([[Sunan Lamongan]])
# Raden Zainal Abidin ([[Sunan Demak]])
# [[Pangeran Tumapel]]
# Raden Faqih ([[Sunan Ampel 2]])
 
== Sejarah dakwah (kisah para wali di tanah Jawa) ==
Syekh Jumadil Qubro, dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak bersama sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah, Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke [[Champa]], Vietnam Selatan, dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudra Pasai.
 
Di Kerajaan [[Champa]], Maulana Malik Ibrahim berhasil mengislamkan Raja Champa, yang akhirnya mengubah Kerajaan Champa menjadi Kerajaan Islam. Akhirnya dia dijodohkan dengan putri raja Champa (adik Dwarawati), dan lahirlah Raden Rahmat. Di kemudian hari Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa tanpa diikuti keluarganya.
 
Sunan Ampel (Raden Rahmat) datang ke [[pulau Jawa]] pada tahun [[1443]], untuk menemui bibinya, Dwarawati. Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja [[Majapahit]] yang bernama [[Prabu Kertawijaya]].
 
Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di [[Tuban]] yang bernama Arya Teja.
Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu:
# Putri Nyai Ageng Maloka,
# Maulana Makdum Ibrahim ([[Sunan Bonang]]),
# Syarifuddin ([[Sunan Drajat]])
# Syarifah, yang merupakan istri dari [[Sunan Kudus]].
 
[[Moh limo]]<ref>[http://www.mohlimo.com/ Mohlimo]</ref> atau Molimo, Moh (tidak mau), limo (lima), adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat pada zaman itu yaitu:
# Moh Mabok: tidak mau minum minuman keras, khamr dan sejenisnya.
# Moh Main: tidak mau main judi, togel, taruhan dan sejenisnya.
Baris 132 ⟶ 49:
# Moh Maling: tidak mau mencuri, korupsi, merampok dan sejenisnya.
 
== Pemakaman ==
[[Berkas:Makam Sunan Ampel.jpg|ka|jmpl|200px|Makam Sunan Ampel di Surabaya]]
[[Berkas:Makam Sunan Ampel.jpg|ka|jmpl|200px|Makam Sunan Ampel di [[Kota Surabaya]].]]
Pada tahun [[1479]], Sunan Ampel mendirikan [[Mesjid Agung Demak]]. Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan Sunan Demak, dia merupakan putra dia dari istri dewi Karimah.Sehingga Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro).
Pada tahun [[1479]], Sunan Ampel mendirikan [[Mesjid Agung Demak]]. Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan [[Sunan Demak]], dia merupakan putra dia dari istri dewi Karimah.
 
Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir, tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro).
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun [[1481]] di Demak dan dimakamkan di sebelah barat [[Masjid Ampel]], [[Surabaya]].
 
Sunan Ampel meninggal pada tahun [[1481]].<ref>{{Cite book|last=Arif|first=Mohammad|date=2017|url=http://repository.iainkediri.ac.id/28/1/Studi%20Islam%20dalam%20Dinamika%20%20Global_ganti%20Ukuran.pdf|title=Studi Islam dalam Dinamika Global|location=Kediri|publisher=STAIN Kediri Press|editor-last=Anam|editor-first=Wahidul|pages=35|url-status=live}}</ref> Ia dimakamkan di [[Kota Surabaya]], [[Jawa Timur]].<ref>{{Cite book|last=Sukandar, dkk.|date=Desember 2016|url=http://bpp.fpik.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/PROFIL-DESA-PESISIR-UTARA-JAWA-TIMUR-Vol-1.pdf|title=Profil Desa Pesisir Provinsi Jawa Timur Volume 1 (Utara Jawa Timur)|location=Surabaya|publisher=Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pengawasan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur|pages=2|url-status=live}}</ref> Lokasi makamnya berada di [[Masjid Ampel]].
== Referensi ==
 
== Kutipan ==
{{reflist}}
 
== PustakaReferensi ==
* [[Ahmad Asep Abdul Aziz]], Hikayat Banjar terjemahan dalam [[Bahasa Malaysia]] oleh [[Siti Hawa Salleh]], Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - [[Ampang]]/[[Hulu Kelang]] - [[Selangor]] Darul Ehsan, [[Malaysia]] [[1990]].
 
* [[Sajarah Dalem Pangiwa lan Panengen]], Karya Ki Padmasusastra. Penerbit : Yayasan Sastra Lestari. Semarang-Surabaya: G.C.T van Dorep & Co [[1902]].
* [[Johannes Jacobus Ras]], Hikayat Banjar terjemahan dalam [[Bahasa Malaysia]] oleh [[Siti Hawa Salleh]], Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - [[Ampang]]/[[Hulu Kelang]] - [[Selangor]] Darul Ehsan, [[Malaysia]] [[1990]].
{{Walisongo}}
 
* [[Serat Walisana]] (Babad Para Wali), Karya Sunan Dalem. Diterjemahkan oleh Ki Tarka Sutarahardja. Penyadur R. Tanojo. Editor Naqobah Ansab Awliya’ Tis’ah (NAAT). Cetakan Pertama 2020. ISBN : 978-623-7817-04-8. Penerbit : Yudharta Press [[Pasuruan]] [[2020]].
{{lifetime|1401|1481|}}
 
{{Walisongo}}
 
[[Kategori:Walisongo|AmpelWali Sanga]]
[[Kategori:TokohUlama penyebar Islam di IndonesiaNusantara]]
[[Kategori:Ulama Nusantara|Sunan Ampel]]
[[Kategori:Sunan|Ampel]]