Kakawin Ramayana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 35:
}}
[[Berkas:Lontar ramayana.jpg|jmpl|Dua lembar [[lontar]] kakawin Ramayana yang tertua dan sekarang disimpan di Perpustakaan Nasional R.I. Lontar ini berasal dari pegunungan Merapi-Merbabu, [[Jawa Tengah]] dari [[abad ke-16]] [[Masehi|M]].]]
'''Kakawin Rāmāyaṇa''' ([[Bahasa Bali|Bali]]: {{script|bali|ᬓᬓᬯᬶᬦ᭄ᬭᬵᬫᬵᬬᬡ}}, [[Bahasa Jawa|Jawa]]: {{jav|ꦏꦏꦮꦶꦤ꧀ꦫꦴꦩꦴꦪꦟꦏꦏꦮꦶꦤꦿꦴꦩꦴꦪꦟ}}) adalah [[kakawin]] (syair) berisi cerita [[Ramayana]]. Ditulis dalam bentuk [[tembang]] berbahasa Jawa Kuno, diduga dibuat di [[Mataram Hindu]] pada masa pemerinthan [[Dyah Balitung]] sekitar tahun 820-832 [[Saka]] atau sekitar tahun 870 M. kakawin ini disebut-sebut sebagai adikakawin karena dianggap yang pertama, terpanjang, dan terindah gaya bahasanya dari periode Hindu-Jawa. Menurut tradisi Bali, Kakawin Ramayana ini dipercaya ditulis oleh seorang bernama Yogiswara. Hal ini ditolak oleh [[Prof. Dr. R.M.Ng. PurbatjarakaPoerbatjaraka]]. Menurutnya, Yogiswara memang tercantum pada baris terakhir Ramayana versi Jawa ini, tetapi hal itu bukan merupakan identitas penulis, tetapi kalimat penutup yang berbunyi:
 
''Sang Yogiswara çista, sang sujana suddha menahira huwus matje sira''
Baris 56:
Di Ayodya Rama suatu hari akan dipersiapkan dinobatkan sebagai raja, karena ia adalah putra sulung. Namun [[Kekayi]], salah seorang istri raja Dasaratha yang bukan ibu Rama berkata bahwa sri baginda pernah berjanji bahwa Bharata lah yang akan menjadi raja. Maka dengan berat hati raja Dasaratha mengabulkannya, karena memang pernah berjanji demikian. Kemudian Rama, Sita dan Laksmana pergi meninggalkan istana. Selang beberapa lama, raja Dasaratha meninggal dunia dan Bharata mencari mereka. Ia merasa tidak pantas menjadi raja dan meminta Rama untuk kembali. Tetapi Rama menolak dan memberikan sandalnya ([[bahasa Sanskerta]]: ''pâduka'') kepada Bharata sebagai lambang kekuasaannya.
 
<!--[[Berkas:Sita diculuk.jpg|jmpl|Relief Sita yang diculik Rahwana yang menyamar sebagai brahmana. Relief ini terdapat di [[Candi Prambanan]], [[Jawa Tengah]].]]-->
 
Maka kemudian Rama, Sita dan Laksmana masuk ke hutan Dandaka. Di sana ada seorang raksasa bernama [[Surpanaka]] yang jatuh cinta kepada Laksmana dan ia menyamar menjadi wanita cantik. Tetapi Laksmana tak berhasil dibujuknya dan malahan akhirnya ujung hidungnya terpotong. Surpanakha marah dan mengadu kepada kakaknya sang [[Rahwana]] (Rawana) dan membujuknya untuk menculik Sita dan memperistrinya. Akhirnya Rahwana menyuruh [[Marica]], seorang raksasa untuk menculik Sita.
 
Marica lalu bersiasat dan menyamar menjadi seekor kijang emas yang elok. Sita tertarik dan meminta suaminya untuk menangkapnya. Rama meninggalkan Sita bersama Laksmana dan pergi mengejar si kijang emas. Si kijang emas sangat gesit dan tak bisa ditangkap, akhirnya Sri Rama kesal dan memanahnya. Si kijang emas menjerit kesakitan, berubah kembali menjadi Marica dan mati. Sita yang berada di kejauhan mengira yang menjerit adalah Rama dan menyuruh Laksamana mencarinya. Laksmana menolak tetapi akhirnya mau setelah diperolok-olok dan dituduh Sita bahwa ia ingin memilikinya. Sebelumnya, Laksmana menggambar sebuah lingkaran ajaib guna melindungi Sita dari bahaya di sekitarnya. Dia menyuruh Sita untuk tidak meninggalkan lingkaran itu selama ia pergi mencari Rama. Akhirnya Sita ditinggal sendirian. Rahwana berusaha menculik Sita, tetapi terhalang oleh lingkaran ajaib tersebut. Namun Rahwana berhasil memperdayai Sita dengan berubah menjadi Brahmana tua dan berhasil menculik Sita.
Baris 64:
Teriakan Sita terdengar oleh burung [[Jatayu]], yang pernah berkawan dengan Prabu Dasaratha, dan ia lalu berusaha menolong Sita. Tetapi Rahwana lebih kuat dan bisa mengalahkan Jatayu. Ketika menemukan Jatayu, Rama hampir membunuhnya karena menggangapnya telah menculik Sita, tetapi dicegah oleh Laksmana. Jatayu yang sekarat masih bisa melapor kepada Rama dan Laksmana bahwa Sita dibawa ke [[Alengka]], kerajaan Rahwana. Jatayu akhirnya mati di hadapan Rama dan Laksmana.
 
Kemudian Rama dan Laksmana mencari kerajaan Alengka itu. Di suatu daerah mereka berjumpa dengan kera-kera dan seorang raja kera bernama [[Subali]] yang menculik istri adiknya, [[Sugriwa]]. Akhirnya Subali bisa dibunuh dan istrinya dikembalikan ke Sugriwa.
 
Sugriwa bersedia membantu Rama dengan mengirimkan seorang kera yang bernama [[Hanuman]]. Akhirnya dengan pertolongan bala tentara kera yang dipimpin Hanuman, mereka berhasil membunuh Rahwana dan membebaskan Sita. Namun Rama tidak langsung menerima Sita kembali. Ia khawatir bahwa Sita telah dinodai selama berada di Alengka. Maka disuruhnyalah Sita untuk membakar dirinya demi membuktikan kesuciannya. Apabila ia tidak terbakar, maka Rama akan menerimanya kembali sebagai istrinya. Sita menerima permintaan Rama dengan rela hati. Dengan kesuciannya, bantuan Hanuman dan dewa api, Sita berhasil keluar dari api tanpa terbakar. Sita lalu diboyong kembali ke Ayodya dan Rama dinobatkan menjadi raja.
Baris 136:
== Pranala luar ==
{{wikisource|jv:Kakawin Ramayana }}
* {{id}} [http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/ramayana/rama1fs.htm Ramayana versi Jawa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130328134017/http://www.seasite.niu.edu/indonesian/ramayana/rama1fs.htm |date=2013-03-28 }}
 
[[Kategori:Kakawin|Ramayana]]