Bubuhan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan penulisan judul Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru |
Hapus pranala ke "Alfani Daud": Menghapus pranala balik ke halaman yang dihapus Alfani Daud. (TW) |
||
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 10:
Ketika terbentuk pusat kekuasaan, kelompok masyarakat ''bubuhan'' diintegrasikan ke dalam ke dalamnya; kewibawaan kepala bubuhan terhadap warganya diakui. Biasanya sebuah kelompok ''bubuhan'' membentuk sebuah 'anak kampung', gabungan beberapa masyarakat ''bubuhan'' membentuk sebuah [[kampung]], dan salah satu kepala ''bubuhan'' yang paling berwibawa diakui sebagai kepala kampung itu.
Untuk mengkoordinasikan beberapa buah kampung ditetapkan seorang lurah, suatu jabatan Kesultanan di daerah yang dahulu disebut [[banua]], yaitu biasanya seorang kepala ''bubuhan'' yang berwibawa pula.
Beberapa lurah dikoordinasikan oleh seorang lalawangan, suatu jabatan yang mungkin dapat disamakan dengan jabatan ''[[bupati]]'' di [[Jawa]] pada kurun yang sama. Dengan sendirinya seorang yang menduduki jabatan yang [[formal]] sebagai mantri atau penghulu merupakan tokoh pula dalam lingkungan bubuhannya.
Baris 18:
Pada tingkat [[daerah]] memerintah ''tokoh-tokoh bubuhan'', mulai dari lurah-lurah, yang dikoordinasikan oleh seorang lalawangan; berikutnya ialah kepala-kepala kampung, yang adalah seorang ''tokoh bubuhan'', semuanya yang paling berwibawa di dalam lingkungannya, dan membawahi beberapa kelompok rakyat jelata pada tingkat paling bawah. Peranan ''bubuhan'' ini sangat dominan pada zaman sultan-sultan. dan masih sangat kuat pada permulaan pemerintahan [[Hindia Belanda]]. Belakangan memang dilakukan perombakan-perombakan; jabatan kepala pemerintahan di [[desa]] tidak lagi melalui keturunan, melainkan melalui [[pendidikan]].
== Bubuhan
Segala aspek kehidupan masyarakat Banjar berkelindan pada dua hal utama, agama dan kekerabatan. Apa pun konflik personal dan komunitas yang terjadi dalam etnis terbesar di Kalimantan Selatan tersebut dapat dirembuk lewat pendekatan bubuhan.
Di samping agama (Islam), ''urang'' (orang) Banjar dipertautkan pula melalui bubuhan. Merunut sejarah warga kampung Banjar, bubuhan awalnya menunjuk pada nama kelurahan atau ''lalawangan'' (wilayah setingkat kabupaten) tertentu.
Baris 55:
== Rujukan ==
{{reflist}}
* ''Islam dan Asal Usul Masyarakat Banjar'',
[[Kategori:Budaya Banjar]]
|