Kota Ternate: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Penambahan Konten |
||
(40 revisi perantara oleh 30 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{redirect|Ternate}}
{{Dati2
| settlement_type = Kota | nama =
|
| caption = Ikon Kota Ternate
|julukan = "The Spice Island"<ref name="julukan-ternate">https://www.medcom.id/rona/wisata-kuliner/yKXXA66K-jalan-jalan-ke-pulau-rempah-ternate ▼
| lambang = [[Berkas:Lambang Kota Ternate.png|80px]]
▲| julukan
(diakses 26 November 2021)</ref>
| peta =
| koordinat =
| motto = Maku Gawene<br/>{{small|{{lang icon|Ternate|Ternate}} Saling Menyayangi}}<ref>{{Cite web |url=https://haliyora.id/2021/09/30/maku-gawene-dan-ikan-pari-ikon-kota-ternate-bakal-tinggal-kenangan/ |title=Salinan arsip |access-date=2022-10-27 |archive-date=2022-10-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221027115416/https://haliyora.id/2021/09/30/maku-gawene-dan-ikan-pari-ikon-kota-ternate-bakal-tinggal-kenangan/ |dead-url=no }}</ref>
| propinsi =
| luas =
| penduduk =
| penduduktahun =
| pendudukref =
| kepadatan =
| agama =
| bahasa = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]] (resmi)<br>[[Bahasa Melayu Maluku Utara|Melayu Maluku Utara]]<br>[[Bahasa Ternate|Ternate]]<br>[[Bahasa Tidore|Tidore]]
▲|agama =[[Islam]] 96,57%<br> [[Kristen]] 3,30%<br>- [[Protestan]] 2,96%<br>- [[Katolik]] 0,34%<br> [[Konghucu]] 0,06%<br> [[Hindu]] 0,05%<br> [[Buddha]] 0,02%<ref name="TERNATE2020"/>
| kecamatan = 10
| kelurahan = 78
| dasar hukum =
| tanggal = {{tanggal lahir dan
| nama_wakil_walikota = ''lowong''
▲| nama kepala daerah =Dr. M. [[Tauhid Soleman]], M.Si.
|
| nama
| kodearea =
| nomor_polisi = '''DG xxxx''' A*/K*/Q*
| apbd =
|
▲ | web =www.ternatekota.go.id
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Uitzicht op Ternate TMnr 3728-865.jpg|jmpl|200px|Pemandangan pulau Ternate pada tahun 1880-an]]
Baris 36 ⟶ 38:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Fort Toloko te Ternate TMnr 60033706.jpg|jmpl|200px|Benteng Tolukko di pulau Ternate (tahun 1930-an)]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Woning in koloniale stijl Ternate TMnr 10017122.jpg|jmpl|200px|Rumah Belanda di Ternate di sekitar tahun 1920-an]]
'''Kota Ternate''' adalah sebuah kota yang berada di bawah kaki [[Gunung Gamalama|gunung api Gamalama]] pada sebuah [[Pulau Ternate]] di [[Provinsi]] [[Maluku Utara]], [[Indonesia]]. Ternate merupakan [[Ibukota|ibu kota]] sementara Provinsi [[Maluku Utara]] secara ''[[de facto]]'' dari tahun 1999 hingga 2010. Pada tanggal 4 Agustus 2010, [[Kota Sofifi|Sofifi]] diresmikan menjadi ibu kota pengganti Ternate.▼
▲'''Kota Ternate''' adalah sebuah [[kota (Indonesia)|kota]] yang
== Geografi ==▼
Kota Ternate terletak antara 3° Lintang Utara dan 3° Lintang Selatan serta 124-129° Bujur Timur. Wilayah Kota Ternate di sebelah utara, selatan dan barat berbatasan dengan Laut Maluku, dan di sebelah timur berbatasan dengan Selat Halmahera.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Rohmawati|first=Annisa|date=2016-12-29|title=Implementasi Makerspace di Perpustakaan Kota Yogyakarta|url=http://dx.doi.org/10.24252/kah.v4i26|journal=Khizanah al-Hikmah : Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan|volume=4|issue=2|pages=163–167|doi=10.24252/kah.v4i26|issn=2354-9629}}</ref>▼
Sebagai kota kepulauan, Kota Ternate terdiri atas 8 (delapan) pulau, yakni: [[Pulau Ternate]] sebagai pulau yang utama, [[Pulau Hiri]], [[Pulau Moti]], [[Pulau Mayau]], dan [[Pulau Tifure]] merupakan lima pulau yang berpenduduk, sedangkan terdapat tiga pulau lain seperti [[Pulau Maka]], [[Pulau Mano]] dan [[Pulau Gurida]] merupakan pulau berukuran kecil yang tidak berpenghuni.▼
Luas wilayah Kota Ternate 5.795, 4 km², terdiri dari luas perairan 5.544,55 km² dan luas daratan 250,85 km². Secara Administrasi Pemerintahan Kota Ternate terbagi atas 7 (tujuh) kecamatan dan 77 (tujuh puluh tujuh) kelurahan, masing-masing:▼
# Ternate Utara membawahi 14 kelurahan▼
# Ternate Tengah membawahi 15 kelurahan▼
# Ternate Selatan membawahi 17 kelurahan▼
# Pulau Ternate membawahi 13 kelurahan▼
# Pulau Moti membawahi 6 kelurahan▼
# Pulau Hiri membawahi 6 kelurahan▼
# Pulau Batang Dua membawahi 6 kelurahan▼
Kondisi topografi Kota Ternate dengan sebagian besar daerah bergunung dan berbukit, terdiri atas pulau vulkanis dan pulau karang dengan kondisi jenis tanah ''Rogusal'' ( Pulau Ternate, Pulau Hiri, dan Pulau Moti) dan ''Rensika'' (Pulau Mayau, Pulau Tifure, Pulau Maka, Pulau Mano dan Pulau Gurida). Gunung Gamalama merupakan gunung api yang masih aktif yang terletak di tengah Pulau Ternate. Pemukiman masyarakat secara intensif berkembang di sepanjang garis pantai pulau. Memiliki kelerengan fisik terbesar di atas 40% yang mengerucut ke arah puncak gunung Gamalama. Di daerah pesisir rata-rata kemiringan 2% sampai 8%. Kondisi topografi Kota Ternate juga ditandai dengan keberagaman ketinggian dan permukaan laut dari rendah: berkisar antara 0-499 mdpl, sedang: berkisar antara 500-699 mdpl, sampai tinggi: berkisar lebih dari 700 mdpl.▼
Wilayah Kota Ternate didominasi oleh laut, maka kondisi iklimnya sangat dipengaruhi oleh iklim laut dan siklus dua musim yakni musin Utara-Barat dan musin Timur-Selatan yang sering kali diselingi dengan dua kali masa pancaroba disetiap tahunnya.▼
Kedalaman lautnya bervariasi. Pada beberapa lokasi di sekitar Pulau Ternate terdapat tingkat kedalaman yang tidak terlalu dalam, sekitar 10 meter sampai pada jarak sekitar 100 meter dari garis pantai, tetapi pada bagian lain tingkat kedalamannya cukup besar dan berjarak tidak jauh dari garis pantai.<ref name=":0" />▼
== Sejarah ==
Sejarah kota ini bermula dengan adanya [[Kesultanan Ternate]] yang berdiri sekitar abad ke-13 di [[Pulau Ternate]], yang menjadikan kawasan kota ini sebagai pusat pemerintahannya. [[Kornelis Matelief de Jonge]] pada tahun 1607 membangun sebuah benteng pada kawasan kota ini, yang dinamakan ''Fort Oranje'' dan sebelumnya bernama ''Malayu''.<ref>http://www.sil.si.edu {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110902105955/http://www.sil.si.edu/ |date=2011-09-02 }} [http://www.sil.si.edu/DigitalCollections/Anthropology/Ternate/ternate.pdf Ternate] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170521062428/http://www.sil.si.edu/DigitalCollections/Anthropology/Ternate/ternate.pdf |date=2017-05-21 }}</ref>
Berikut ini adalah pembagian masa atau periode sebelum Kolonialisme sampai pada Kemerdekaan.
=== Periode Sebelum Kolonialisme ===
Sejarah awal mula kerajaan atau kesultanan Ternate sebagian besarnya bersumber dari legenda dan hikayat. Salah satu hikayat yang terkenal luas dan banyak dijadikan rujukan ialah
Asal usul komunitas atau penduduk Ternate disebutkan oleh sumber-sumber tersebut, berasal dari Pulau Halmahera yang melakukan eksodus atau migrasi besar-besaran ke beberapa pulau kecil di bagian barat Pulau Halmahera termasuk ke Ternate, disebabkan terjadinya pergolakan dan konflik politik di Jailolo (Gilolo), di Pulau Halmahera pada tahun 1250.
Para migran pertama yang mendarat dan bermukim di Ternate tahun 1250 adalah komunitas
Pada tahun 1254 migran kedua tiba dan bermukim di
Dalam sumber sejarah lain menyebutkan terdapat 4 (empat) komunitas atau klan awal di Ternate, yakni masing-masing: Komunitas atau Klan
Komunitas atau klan awal inilah yang pertama-tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari beberapa belahan dunia untuk mencari cengke dan rempah lainnya.
Seiring waktu, penduduk pun kian bertambah dan semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Cina, Jawa, dan Melayu. aktivitas perdagangan kian ramai. Ancaman pun sering datang dari para perompak. Pada tahun 1257, Momole Guna, pemimpin Klan Tobona memprakarsai musyawarah untuk membentuk komunitas yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin sebagai
Sejak era itu, Kerajaan Ternate berperan penting di kawasan Maluku Utara sampai abad ke-17. Dalam catatan sejarah Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan
Setelah Mansyur Malamo (1257-1272), Kolano Ternate dijabat oleh
Di bawah kepemimpinan Kaiicil Ngara Malamo, Ternate memulai ekspansi teritorialnya. Kaiicil Ngara Malamo adalah peletak dasar politik ekspansi Kerajaan Ternate. Politik ekspansi inilah yang mengantarkan Ternate menjadi Kerajaan paling besar, paling kuat dan paling berpengaruh dalam jajaran kerajaan-kerajaan Maluku pada masa-masa selanjutnya, terutama dari akhir abad ke-14 hingga awal abad ke-16. Namun, memasuki akhir abad ke-16 (pasca Sultan Babullah w. 1583 M), pamor Ternate sebagai kerajaan paling tangguh mulai merosot.
Kaiicil Ngara Malamo diganti oleh
Ternate di bawah Kolano Sida Arif Malamo berkembang menjadi bandar perdagangan terbesar dan utama di Maluku. Aktivitas perdagangan antar bangsa kala itu berpusat di Pelabuhan
Armada-armada perdagangan antar bangsa datang ke pelabuhan ini terutama mencari rempah, komoditas penting dalam perdagangan pasar Internasional saat itu yang menempatkan gugusan kepulauan ini menjadi ajang lalu lintas niaga yang sibuk. Pesatnya perdagangan rempah-rempah para Raja Maluku pun saling bersaing memantapkan posisinya masing-masing sehingga tidak jarang menimbulkan konflik di antara mereka. Kolano Sida Arif Malamo pun mengambil prakarsa mengadakan pertemuan raja-raja se-Maluku untuk membentuk persekutuan bersama yang dikenal dengan
Musyawarah persekutuan itu melahirkan keputusan antara lain penyeragaman bentuk-bentuk kelembagaan kerajaan-kerajaan di Maluku dan penentuan peringkat kerajaan peserta musyawarah. Jailolo ditetapkan sebagai kerajaan yang menempati peringkat pertama dalam senioritas, menyusul Ternate, Tidore dan bacan. disepakati pula pembagian peran masing-masing kerajaan. Raja Ternate berperan
Manfaat persekutuan ini adalah sejak 1322 Maluku mengalami masa aman dan damai. Berhasil meredam sementara waktu ambisi, permusuhan dan ekspansi para anggota persekutuan. Rakyat Maluku menikmati suasana aman dan damai selama kurang lebih 20 tahun. Tetapi perdamaian yang ditegakkan dengan susah payah itu sirna ketika
Naiknya
Sultan Zainal Abidin diganti oleh
Ternate di masa Sultan Baabullah mencapai penaklukan yang spektakuler. Wilayah Kesultanan ternate membentang dari Mindanao di Utara sampai [[Kota Bima|Bima]] di Selatan dan dari Makassar di Barat sampai Banda di Timur. Karena itu, Baabullah, Sultan Ternate terbesar ini dikenal sebagai penguasa atas 72 pulau yang seluruhnya berpenghuni.
Baris 103 ⟶ 85:
Di masa pemerintahan Sultan Baabullah, Ternate tampil sebagai kesultanan paling berpengaruh dalam politik maupun militer di kawasan Timur Nusantara. Baabullah menurut sebuah sumber, mampu mengerahkan 90.700 tentara bila diperlukan. Kontributor terbesar - di atas 10.000 - pasukan ini adalah dari Veranullah dan Ambon (15.000 tentara), Teluk Tomini (12.000 tentara), Batu Cina dan sekitarnya termasuk Halmahera Utara (10.000 tentara), Gorontalo dan Limboto (10.000 tentara) serta Yafera (10.000 tentara). Penyumbang pasukan tersedikit adalah dari Moti dan Hiri, masing-masing 300 tentara.
Keberhasilan Sultan Baabullah tidak terlepas dari kecakapan sejumlah panglima dan komandan tentara, seperti
=== Periode Kolonialisme Bangsa Eropa ===
Orang Portugis pertama yang tiba di Ternate pada awal 1512 adalah
Di awal kehadirannya, Portugis diperlakukan dengan balk dan mendapat banyak kemudahan. Sultan menjadikan Serrao orang kepercayaan dan penasehat utamanya. Belum dua tahun sejak Serrao tiba, Sultan memberi hak monopoli niaga cengkih kepada Portugis. Sultan lalu berpesan bila nanti Serrao kembali ke Portugis, ia harus meyakinkan
Beberapa eskader Portugis pun susul menyusul ke Ternate, masing-masing dipimpin oleh antara lain,
Sultan Bayanullah yang wafat meninggalkan
Boki Nukila adalah puteri
Dalam kurun ini banyak intrik dilakukan oleh de Brito yang tidak setuju Deyalo diangkat menjadi sultan dan lebih mendukung Taruwese. Terjadi pula beberapa kali penyerangan de Brito yang dibantu oleh Taruwese terhadap Tidore dan beberapa kawasan Maluku. Klimaksnya ialah penahanan pangeran Deyalo dan Bohiyat. Demikian, selama kepemimpinan 19 Gubernur Protugis di Ternate, sebagian besar melaksanakan pemerintahannya melalui
Posisi Nukila rentan di antara bangsawan istana yang diwakili oleh Taruwese. la didesak segera menyelesaikan benteng Portugis yang pastinya membuat murka Al Mansyur, ayahandanya sebagai seteru Portugis. Dua putranya dan beberapa pengikut ditahan oleh Portugis di dalam benteng yang terbengkalai.
Pada 1568
Setelah Portugis meninggalkan Ternate dan wilayah Maluku, Bangsa Spanyol yang sebelumnya pernah bekerjasama dengan Kesultanan Tidore sejak 1521 dan kemudian harus meninggalkan Tidore pasta perjanjian
Pada 1 April 1606,
Sumber lain menyebutkan, Spanyol berhasil menaklukkan Gam Lamo dan menangkap Sultan Saidi berserta keluarganya, kemenakannya
Spanyol dengan cerdik mengubah kepulangan Sultan Saidi, itu menjadi penstiwa kenegaraan dengan penghormatan kerajaan kepada sang Sultan. Da Cunha menasehati Sultan agar menenma nasib buruknya dan mengajukan petisi kepada Raja Spanyol agar mendapat pengampunan. Sultan ditempatkan dalam rumah terindah dengan pengawalan ketat.
Spanyol kemudian menginm ekspedisi ke seluruh kawasan, membujuk atau memaksa kepala-kepala desa agar mengikuti perintah mereka. Penduduk desa diharuskan sujud di depan bendera Spanyol, menyerahkan semua senjata musket dan meriam. Spanyol lalu memperbaiki benteng Gam Lamo dan beberapa benteng lainya untuk memperkuat kedudukannya di Ternate. Pada 10 April, di Benteng Gam Lamo, Spanyol dan Ternate menandatangani perjanjian perdamaian resmi dan keluarga Sultan memberi sumpah setia kepada
Pada 10 April 1606 Spanyol mememancangkan benderanya di berbagai kawasan Ternate "atas nama yang Maha Mulia Raja Spanyol". Dengan jatuhnya Ternate ke tangan Bangsa Spanyol mulailah proses pengambilan aset-aset penting kerajaan dan reposisi dominasi Spanyol atas Ternate. Spanyol berada di Ternate dan wilayah Maluku antara 1521 sampai 1663. Pada 2 Mei 1663, Gubernur terakhir Spanyol di Ternate,
Orang-orang Belanda pertama yang tiba di Ternate, menurut catatan
[[Berkas:Description of Gamalama City de Bry.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Description%20of%20Gamalama%20City%20de%20Bry.jpg|kiri|jmpl|Kedatangan Van Warwijck di ibukota Ternate pada 1599.]]
Sementara terdapat dua sumber lain yang menyebutkan tentang orang-orang Belanda yang pertama kali mencapai Ternate. Sumber pertama menyebutkan, van Warwijck bersama 560 orang dengan dua kapal, Amsterdam dan Utrecht, tiba di Ternate pada 22 Mei 1599, dan sumber kedua menyebutkan pada 1598 ekspedisi Belanda dengan 22 kapal yang dibiayai oleh 5 (lima) perusahaan Belanda, di bawah pimpinan
Tetapi kehadiran kekuasaan bangsa Belanda secara politis dan militer di Ternate. adalah karena diminta oleh kesultanan Ternate sendiri. Saat ibu kota Gam Lamo jatuh ke tangan Spanyol dan Sultan Saidi mengamankan diri ke Jailolo lalu ke Sahu — merujuk sumber pertama — atau ditangkap dan diasingkan ke Manila — merujuk sumber kedua — kekuasaan kesultanan dikendalikan sementara waktu oleh
Setelah Kaicil All dan Kimalaha Aja bertemu dengan
Setelah melakukan observasi seperlunya terhadap kekuatan Spanyol, de Jong akhirnya setuju membantu Ternate. Perjanjian antara de Jonge dan pihak kesultanan ditandangani pada 26 Juni 1607. Isinya antara lain, Belanda bersedia membantu Ternate mengusir orang-orang Spanyol dan melindungi kawula Ternate di seluruh wilayah kekuasaannya, Belanda diberikan hak monopoli perdagangan rempah dan diizinkan membangun benteng, yang kemudian dinamakan
Sejak saat itu, Pulau Ternate sekaligus menjadi pusat tiga kekuatan. yaitu Spanyol di Gam Lamo, sedangkan Ternate dan Belanda di bagian timur pulau, di benteng VOC atau Fort Oranje, dan sekitarnya. Tidak mudah bagi Ternate untuk melepaskan diri dari campur tangan kekuasaan asing Eropa. Ketika Portugis bercokol di kesultanan ini, selain memperoleh hak monopoli dalam tata niaga rempah-rempah dan izin mendirikan benteng di Gam Lamo, Portugis juga ingin mencampuri urusan pemerintahan Ternate. Bahkan sejak 1532, Portugis mulai bersiasat memengaruhi proses pengangkatan sultan-sultan Ternate. Keadaan ini baru berakhir setelah Portugis terusir. Tetapi, setelah Kompeni Belanda datang, campur tangan dalam pengangkatan sultan Ternate juga menjadi salah satu kebijakannya. Mulai dari
Gempuran pasukan Makassar semakin gencar dan posisi Buton semakin lemah. Dengan susah payah Kaicil Ali coba menghalau serangan itu, dan dalam suatu pertempuran mempertahankan ibu kota Buton, Kaicil Ali gugur. Gugurnya Kaicil Ali mengakibatkan semakin kecil peluang Mandarsyah mempertahankan Buton. Mandarsyah lalu mengutus Kapita Laut Saidi untuk membangun kembali pertahanan Buton, dan dalam keadaan putus asa ia menghubungi Kompeni untuk meminta bantun. Mandarsyah berhasil meyakinkan
Pada September 1654, dengan menumpang t ang kapal
Pada 1675, Sultan Mandarsyah mangkat dan digantikan putranya
Setelah meratifikasi perjanjian ini, Sibori memperoleh tanda jasa berupa bintang penghargaan dari Kompeni. Namun, bermula dari Seram, Ternate pun berangsur kehilangan kontrolnya atas seluruh wilayah seberang lautnya di Maluku Tengah. Demikian pula, lepasnya Buton dan kekuasaan Ternate berimplikasi negatif bagi daerah-daerah kekuasaan Ternate lainnya di [[Sulawesi Utara]], dan semenanjung pantai timur Sulawesi. Kepulauan Sangir Talaud, [[Gorontalo]], Limboto, [[Kabupaten Buol|Buol]], [[Kabupaten Tolitoli|Tolitoli]], Inobonto, Moutong, Teluk Tomini, Parigi dan lainnya mulai memudar loyalitasnya kepada Ternate.
Sibori menyadari kenyataan ini dan berupaya memulihkan kesetiaan wilayah-wilayah tersebut. Ia pun mendekati Gubernur Maluku,
Dengan bantuan Kompeni, Ternate menyerang Gorontalo dan daerah pesisir timur Sulawesi untuk memulihkan loyalitas mereka kepada Ternate. Bahkan untuk memulihkan loyalitas Sangir Talaud, dilakukan sendiri oleh Sibori tanpa bantuan Kompeni. Untuk sementara waktu. Ternate lega karena berhasil memulihkan loyalitas daerah-daerah tersebut, tetapi loyalitas yang ada tentu tidak sekuat di masa kekuasaan Sultan Baabullah.
Baris 174 ⟶ 156:
Selama abad ke-18, kondisi Ternate tidak banyak mengalami perubahan berarti. Sebagai mitra, Ternate dipandang cukup balk sekaligus sahabat yang dapat diandalkan oleh Kompeni, dibandingkan dengan kesultanan-kesultanan tetangga lainnya, yakni [[Kota Tidore Kepulauan|Tidore]], dan Bacan. Ternate punya prestasi bagus dalam menjalankan ''hongi tochten'' untuk kepentingan Belanda. Ini dapat dilihat pada ''acte van investiture'' yang dikeluarkan di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Batavia]] pada 17 Juli 1780, dan ditandatangani di Benteng Oranje, Tenate, dimana di dalamnya Belanda mengeritik dan membenahi sikap kurang bersahabat dari Tidore dan Bacan, sementara Ternate mendapat pujian atas kerjasamanya dengan Kompeni.
Pada penghujung abad ke-18, Kompeni membalas jasa orang-orang Ternate dengan menganugerahi penghargaan kepada
=== Periode Pendudukan Jepang ===
Pada masa perang Asia Pasifik, tentara [[Jepang]] menyerbu wilayah pendudukan bangsa Eropa di Asia bagian Timur dan Tenggara, termasuk pula wilayah pendudukan Belanda di Nusantara. Bangsa Jepang pertama kali memasuki wilayah Nusantara melalui [[Kota Tarakan|Tarakan]], [[Kalimantan Utara]] kemudian ke Sulawesi dan Maluku pada 10 Januari 1942. Setelah Jepang menduduki Nusantara, Jepang mengubah susunan pemerintahan yang telah ada pada saat itu. Berdasarkan ''Osamu Seirei'' No 27 tahun 1942 ditetapkan
Pada masa pendudukan Jepang, Kota Ternate dipimpin oleh seorang
=== Periode Kemerdekaan Republik Indonesia ===
Pada saat Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia yang berarti telah melepaskan diri dari penjajahan, maka Wilayah Maluku memasuki babak baru dalam kehidupan pemerintahan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Ternate berada dalam wilayah Maluku dan yang menjabat sebagai Gubernur pada saat itu adalah
Pada saat itu, Kota Ternate berstatus Keresidenan Ternate dengan wilayahnya mencakup Pulau Ternate, Pulau Hiri, dan Pulau-pulau Batang Dua. Saat itu Distrik Ternate diperintahkan oleh 3 (tiga) Residen secara bergiliran, yaitu:
Baris 192 ⟶ 174:
3. Residen Dede Muchsin Usman Syah (Sultan Bacan) 1957-1958<ref name=":1" />
Berdasarkan
Kemudian berturut-turut pada tahun 1957 terbentuk DPRD Gotong Royong (DPRD GR) Maluku Utara dan pada tahun 1958 Kotapraja Ternate dibubarkan dan statusnya diturunkan menjadi Kecamatan yang dipimpin oleh Jasin Bopeng. Namun status Kotapraja masih dipertahankan hingga terbit Keputusan Gubernur Maluku tanggal 30 Maret 1965 mengubah status Kota Temate menjadi Kecamatan. Dilanjutkan dengan hasil survei oleh Departemen Dalam Negeri dan usulan dari Bupati Maluku Utara tentang pengangkatan status Kota Ternate menjadi Kota Administratif, maka pada tanggal 11 Maret 1961 Ternate resmi menjadi Kota Administratif. Jabatan Wali kota Administratif sampai tahun 1999 yaitu:
Baris 202 ⟶ 184:
3. Drs. H. Syamsir Andili, periode 1995-1999<ref name=":1" />
Pada saat peningkatan status Kota Administratif Ternate menjadi Kota Madya Tingkat II Ternate yang diterbitkan melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1999, maka pada tanggal 27 April 1999, diresmikan Kotamadya Daerah Tingkat II Ternate dan mengangkat Drs Syamsir Andili sebagai Wali kota Ternate yang pertama
1. Drs. Syamsir Andili dan Drs. Iskandar M. Djae (masa bhakti 2000-2005)
Baris 215 ⟶ 197:
Hingga saat ini Perangkat Daerah Kota Ternate terdiri dari 17 Dinas, 9 Badan, 4 Kantor, 8 Bagian pada Sekretariat Daerah, serta Inspektorat dan Sekretariat DPRD. Kota Ternate mempunyai 7 (tujuh) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Ternate Utara, Ternate Ternate Selatan, Pulau Ternate, Hiri, Moti, dan Kecamatan Pulau Batang dua, dan mempunyai 77 kelurahan yang siap melaksanakan tugas dan fungsi di bidang Pemerintahan, Pembangunan dan Pelayanan Kemasyarakatan.<ref name=":1" />
▲== Geografi ==
▲Kota Ternate terletak antara 3° Lintang Utara dan 3° Lintang Selatan serta 124-129° Bujur Timur. Wilayah Kota Ternate di sebelah utara, selatan dan barat berbatasan dengan Laut Maluku, dan di sebelah timur berbatasan dengan Selat Halmahera.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Rohmawati|first=Annisa|date=2016-12-29|title=Implementasi Makerspace di Perpustakaan Kota Yogyakarta|url=http://dx.doi.org/10.24252/kah.v4i26|journal=Khizanah al-Hikmah : Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan|volume=4|issue=2|pages=163–167|doi=10.24252/kah.v4i26|issn=2354-9629|access-date=2019-01-29|archive-date=2023-03-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20230317080226/https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-hikmah/article/view/1753|dead-url=no}}</ref>
▲Sebagai kota kepulauan, Kota Ternate terdiri atas 8 (delapan) pulau, yakni: [[Pulau Ternate]] sebagai pulau yang utama, [[Pulau Hiri]], [[Pulau Moti]], [[Pulau Mayau]], dan [[Pulau Tifure]] merupakan lima pulau yang berpenduduk, sedangkan terdapat tiga pulau lain seperti [[Pulau Maka]], [[Pulau Mano]] dan [[Pulau Gurida]] merupakan pulau berukuran kecil yang tidak berpenghuni.
▲Luas wilayah Kota Ternate 5.795, 4 km², terdiri dari luas perairan 5.544,55 km² dan luas daratan 250,85 km². Secara Administrasi Pemerintahan Kota Ternate terbagi atas 7 (tujuh) kecamatan dan 77 (tujuh puluh tujuh) kelurahan, masing-masing:
▲# Ternate Utara membawahi 14 kelurahan
▲# Ternate Tengah membawahi 15 kelurahan
▲# Ternate Selatan membawahi 17 kelurahan
▲# Pulau Ternate membawahi 13 kelurahan
▲# Pulau Moti membawahi 6 kelurahan
▲# Pulau Hiri membawahi 6 kelurahan
▲# Pulau Batang Dua membawahi 6 kelurahan
▲Kondisi topografi Kota Ternate dengan sebagian besar daerah bergunung dan berbukit, terdiri atas pulau vulkanis dan pulau karang dengan kondisi jenis tanah ''Rogusal'' ( Pulau Ternate, Pulau Hiri, dan Pulau Moti) dan ''Rensika'' (Pulau Mayau, Pulau Tifure, Pulau Maka, Pulau Mano dan Pulau Gurida). Gunung Gamalama merupakan gunung api yang masih aktif yang terletak di tengah Pulau Ternate. Pemukiman masyarakat secara intensif berkembang di sepanjang garis pantai pulau. Memiliki kelerengan fisik terbesar di atas 40% yang mengerucut ke arah puncak gunung Gamalama. Di daerah pesisir rata-rata kemiringan 2% sampai 8%. Kondisi topografi Kota Ternate juga ditandai dengan keberagaman ketinggian dan permukaan laut dari rendah: berkisar antara 0-499 mdpl, sedang: berkisar antara 500-699 mdpl, sampai tinggi: berkisar lebih dari 700 mdpl.
▲Kedalaman lautnya bervariasi. Pada beberapa lokasi di sekitar Pulau Ternate terdapat tingkat kedalaman yang tidak terlalu dalam, sekitar 10 meter sampai pada jarak sekitar 100 meter dari garis pantai, tetapi pada bagian lain tingkat kedalamannya cukup besar dan berjarak tidak jauh dari garis pantai.<ref name=":0" />
▲Wilayah Kota Ternate didominasi oleh laut, maka kondisi iklimnya sangat dipengaruhi oleh iklim laut dan siklus dua musim yakni
{{Ternate weatherbox}}
== Pemerintahan ==
Baris 247 ⟶ 251:
| style="background: #FFFFFF; color: black;" | 201.244
|-
| colspan="13" style="text-align:center;font-size:90%;"|<small>Sejarah kependudukan Kota Ternate<br />'''Sumber:'''<ref name="DUKCAPIL"/><ref>http://www.ternatekota.go.id {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161120222547/http://www.ternatekota.go.id/ |date=2016-11-20 }} [http://www.ternatekota.go.id/?cont=sekilas-ternate&val=wilayah Demografi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200427100152/http://www.ternatekota.go.id/?cont=sekilas-ternate&val=wilayah |date=2020-04-27 }}</ref>
|}
Baris 273 ⟶ 277:
* [[Puncak Gunung Gamalama]]
* [[Keraton Kesultanan Ternate]]
* [[Masjid Raya Al Munawwar Ternate|Masjid Al
* [[Ternate Landmark]]
Baris 282 ⟶ 286:
== Transportasi ==
===
[[Bandar Udara Sultan Babullah]] merupakan sarana transportasi udara di Kota Ternate. Beberapa maskapai penerbangan yang melayani jalur ini antara lain [[Garuda Indonesia]], [[Citilink]], [[Sriwijaya Air]],
===
[[File:Mangga dua seaport.jpg|thumb|Pelabuhan Mangga dua dari udara]]
Kota ini juga memiliki [
=== Transportasi Darat ===
Transportasi darat di kota ini menggunakan angkutan penumpang dengan mobil [[Suzuki Carry]]. Sejak akhir tahun [[2005]] telah mulai beroperasi armada [[taksi]] milik swasta dengan jumlah armada sekitar 50 unit. Selain itu, juga tersedia transportasi lain berupa [[Ojek]] konvensional (luring) maupun daring ([[Gojek]], [[Grab (perusahaan)|Grab]]).
== Media ==
Baris 298 ⟶ 303:
== Referensi ==
{{Reflist|2}}
https://wiki-indonesia.club/wiki/Kota_Ternate
== Pranala luar ==
|