FOMO: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dianosaurus (bicara | kontrib) copy-edit |
Reno-Sifana (bicara | kontrib) k Perbaikan Tata Bahasa |
||
(18 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''FOMO''' ([[akronim]] dari ''fear of missing out''), '''takut ketinggalan kereta''', '''takut ketinggalan bus''', atau '''takut kudet''' merupakan perasaan [[cemas]] yang timbul karena sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedang terjadi, sering disebabkan karena unggahan di [[media sosial]].<ref>{{Cite web|title=FOMO English Definition and Meaning {{!}} Lexico.com|url=https://www.lexico.com/en/definition/FOMO|website=Lexico Dictionaries {{!}} English|language=en|access-date=2021-11-27|archive-date=2021-11-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20211127144842/https://www.lexico.com/en/definition/fomo|dead-url=yes}}</ref> FOMO didefinisikan sebagai rasa [[Ketakutan|takut]] karena tertinggal atau tidak mengetahui peristiwa, [[informasi]], atau pengalaman, dan orang lain mendapat pengalaman berharga dari sesuatu tersebut. Ditandai adanya keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan oleh orang lain.<ref name="
== Sejarah ==
[[File:Patrick James McGinnis.jpg|thumb|Patrick James McGinnis adalah orang yang mempopulerkan istilah FOMO ketika ia menulis untuk majalah ''The Harbus''.<ref>{{Cite web|last=Harbus|first=The|date=2004-05-10|title=Social Theory at HBS: McGinnis’ Two FOs - The Harbus|url=https://harbus.org/2004/social-theory-at-hbs-2749/|website=harbus.org|language=en-US|access-date=2022-03-31}}</ref>]]
Fenomena ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1996 oleh ahli strategi pemasaran Dr. Dan Herman, yang melakukan penelitian untuk Adam Bellouch. Ia kemudian menerbitkan makalah akademis pertama tentang topik tersebut pada tahun 2000 di ''The Journal of Brand Management''.<ref>{{Cite journal|last=Herman|first=Dan|date=2000-05-01|title=Introducing short-term brands: A new branding tool for a new consumer reality|url=https://www.researchgate.net/publication/263327722_Introducing_Short-term_Brands_A_New_Branding_Tool_for_a_New_Consumer_Reality|journal=Journal of Brand Management|language=en|volume=7|issue=5|pages=330–340|doi=10.1057/bm.2000.23|issn=1479-1803|access-date=2022-04-07|archive-date=2023-06-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616080942/https://www.researchgate.net/publication/263327722_Introducing_Short-term_Brands_A_New_Branding_Tool_for_a_New_Consumer_Reality|dead-url=no}}</ref> Dr. Dan Harmen juga percaya bahwa konsep tersebut sebenarnya telah berkembang pesat dan tersebar luas melalui penggunaan [[Telepon genggam|ponsel]], SMS, dan [[media sosial]]. Beberapa hal tersebut juga membantu menyempurnakan konsep ketakutan akan kehilangan momen secara massal.<ref name=":0">{{Cite web|date=2014-07-29|title=The History of FOMO|url=https://www.bostonmagazine.com/news/2014/07/29/fomo-history/|website=Boston Magazine|language=en-US|access-date=2022-03-31|archive-date=2017-09-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20170928165314/http://www.bostonmagazine.com/news/article/2014/07/29/fomo-history/|dead-url=no}}</ref> Sebelum adanya [[Internet]], fenomena terkait seperti "mengikuti keluarga Jones", telah dialami secara luas. Fenomena FOMO menggeneralisasi dan mengintensifkan fenomena "mengikuti keluarga Jones" karena banyaknya kehidupan orang yang didokumentasikan secara publik dan mudah diakses. Hal yang menjadi sebab munculnya fenomena FOMO adalah kecenderungan umum untuk memposting pengalaman positif daripada yang negatif (kencan pertama yang buruk misalnya). Studi telah menemukan bahwa kemunculan fenomena rasa takut akan kehilangan momen memang berkaitan dengan [[kecemasan]] atau [[depresi]].<ref name="Przybylski" /><ref name=":2">{{Cite journal|last=Milyavskaya|first=Marina|last2=Saffran|first2=Mark|last3=Hope|first3=Nora|last4=Koestner|first4=Richard|date=2018-10-01|title=Fear of missing out: prevalence, dynamics, and consequences of experiencing FOMO|url=https://www.researchgate.net/publication/323833120_Fear_of_missing_out_prevalence_dynamics_and_consequences_of_experiencing_FOMO|journal=Motivation and Emotion|language=en|volume=42|issue=5|pages=725–737|doi=10.1007/s11031-018-9683-5|issn=1573-6644|access-date=2022-04-07|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615222525/https://www.researchgate.net/publication/323833120_Fear_of_missing_out_prevalence_dynamics_and_consequences_of_experiencing_FOMO|dead-url=no}}</ref>
Penulis Patrick J. McGinnis menciptakan istilah FOMO<ref>{{Cite web|last=Kozodoy|first=Peter|date=2017-10-09|title=The Inventor of FOMO Is Warning Leaders About a New, More Dangerous Threat|url=https://www.inc.com/peter-kozodoy/inventor-of-fomo-is-warning-leaders-about-a-new-more-dangerous-threat.html|website=Inc.com|language=en|access-date=2022-03-31|archive-date=2020-11-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20201122054905/https://www.inc.com/peter-kozodoy/inventor-of-fomo-is-warning-leaders-about-a-new-more-dangerous-threat.html|dead-url=no}}</ref> dan mempopulerkannya dalam [[op-ed]] tahun 2004 di ''The Harbus'', majalah dari ''Harvard Business School''. Artikel tersebut berjudul ''McGinnis' Two FOs: Social Theory at HBS'', yang mana artikel ini juga merujuk pada fenomena terkait lainnya, yaitu ''Fear of a Better Option'' (FOBO), serta peran seorang siswa dalam kehidupan sosial sekolah.<ref>{{Cite web|last=Harbus|first=The|date=2004-05-10|title=Social Theory at HBS: McGinnis’ Two FOs - The Harbus|url=https://harbus.org/2004/social-theory-at-hbs-2749/|website=harbus.org|language=en-US|access-date=2022-03-31|archive-date=2018-06-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20180625002827/http://www.harbus.org/2004/social-theory-at-hbs-2749/|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|date=2014-07-29|title=The History of FOMO|url=https://www.bostonmagazine.com/news/2014/07/29/fomo-history/|website=Boston Magazine|language=en-US|access-date=2022-03-31|archive-date=2017-09-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20170928165314/http://www.bostonmagazine.com/news/article/2014/07/29/fomo-history/|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|title=How to beat 'fear of missing out' as the growth of social media sites feeds the trend|url=https://www.independent.ie/life/health-wellbeing/mental-health/how-to-beat-fear-of-missing-out-as-the-growth-of-social-media-sites-feeds-the-trend-36203128.html|website=independent|language=en|access-date=2022-03-31|archive-date=2023-04-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20230419045454/https://www.independent.ie/life/health-wellbeing/mental-health/how-to-beat-fear-of-missing-out-as-the-growth-of-social-media-sites-feeds-the-trend-36203128.html|dead-url=no}}</ref> Asal usul istilah FOMO juga dapat ditelusuri di artikel ''Harbus'' 2004 oleh seorang akademisi yang bernama Joseph Reagle.<ref>{{Cite web|title=FOMO’s etymology|url=http://reagle.org/joseph/pelican/social/fomos-etymology.html|website=reagle.org|language=en|access-date=2022-03-31|archive-date=2021-04-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20210425045737/http://reagle.org/joseph/pelican/social/fomos-etymology.html|dead-url=no}}</ref> Saat ini, istilah tersebut telah digunakan sebagai tagar di media sosial dan telah disebutkan dalam ratusan artikel berita, baik dari sumber dari seperti [[Salon (situs web)|''Salon'']] hingga surat kabar cetak seperti [[The New York Times|''New York Times'']].<ref name=":0" />
== Gejala ==
=== Psiklogis ===
FOMO dikaitkan dengan efek psikologis negatif dalam suasana jiwa secara keseluruhan dan kepuasan hidup secara umum.<ref name=":3" /> FOMO pada hari tertentu menyebabkan kelelahan yang lebih tinggi. Mengalami FOMO terus menerus sepanjang waktu juga dapat menyebabkan tingkat stres yang lebih tinggi. Seorang yang memliki rasa takut kehilangan juga dapat mengembangkan tingkat harga diri yang lebih rendah. Sebuah studi oleh JWTIintelligence menunjukkan bahwa FOMO dapat mempengaruhi pembentukan tujuan jangka panjang dan persepsi diri. Proses deprivasi relatif menciptakan FOMO dan ketidakpuasan.
Takut akan kehilangan momen sering dikaitkan dengan adanya kekurangan dalam kebutuhan psikologis.<ref name=":12">{{Cite journal|last=Przybylski|first=Andrew K.|last2=Murayama|first2=Kou|last3=DeHaan|first3=Cody R.|last4=Gladwell|first4=Valerie|date=2013-07-01|title=Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out|url=https://selfdeterminationtheory.org/wp-content/uploads/2014/04/2013_PrzybylskiMurayamaDeHaanGladwell_CIHB.pdf|journal=Computers in Human Behavior|language=en|volume=29|issue=4|pages=1841–1848|doi=10.1016/j.chb.2013.02.014|issn=0747-5632|access-date=2022-04-07|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615190126/https://selfdeterminationtheory.org/wp-content/uploads/2014/04/2013_PrzybylskiMurayamaDeHaanGladwell_CIHB.pdf|dead-url=no}}</ref> Dalam teori penentuan nasib sendiri, orang-orang berpendapat bahwa kepuasan psikologis individu dalam kompetensi, otonomi, dan keterkaitan, terdiri dari tiga kebutuhan psikologis dasar bagi manusia.<ref>{{Cite web|title=How Does Self-Determination Theory Explain Motivation?|url=https://www.verywellmind.com/what-is-self-determination-theory-2795387|website=Verywell Mind|language=en|access-date=2022-03-31|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615190125/https://www.verywellmind.com/what-is-self-determination-theory-2795387|dead-url=no}}</ref> Subjek uji yang memiliki tingkat kepuasan psikologis dasar yang lebih rendah dilaporkan memiliki tingkat FOMO yang lebih tinggi. FOMO juga sering dikaitkan dengan efek psikologi negatif yang ada dalam hati secara keseluruhan serta kurang terpenuhinya kepuasan hidup secara umum.<ref>{{Cite news|last=Wortham|first=Jenna|date=2011-04-09|title=Feel Like a Wallflower? Maybe It’s Your Facebook Wall|url=https://drive.google.com/file/d/1DriH9Oimwx-x9CkTOL3pHuVdDX1n27Rt/view?usp=drivesdk|newspaper=The New York Times|language=en-US|issn=0362-4331|access-date=2022-03-31|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615190128/https://drive.google.com/file/d/1DriH9Oimwx-x9CkTOL3pHuVdDX1n27Rt/view?usp=drivesdk|dead-url=no}}</ref> Sebuah penelitian yang dilakukan di kampus menemukan bahwa, apabila seseorang mengalami FOMO pada hari tertentu, maka orang itu dapat merasakan [[kelelahan]] yang sangat berat pada hari tersebut.<ref name=":22">{{Cite journal|last=Milyavskaya|first=Marina|last2=Saffran|first2=Mark|last3=Hope|first3=Nora|last4=Koestner|first4=Richard|date=2018-10-01|title=Fear of missing out: prevalence, dynamics, and consequences of experiencing FOMO|url=https://www.researchgate.net/publication/323833120_Fear_of_missing_out_prevalence_dynamics_and_consequences_of_experiencing_FOMO|journal=Motivation and Emotion|language=en|volume=42|issue=5|pages=725–737|doi=10.1007/s11031-018-9683-5|issn=1573-6644|access-date=2022-04-07|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615222525/https://www.researchgate.net/publication/323833120_Fear_of_missing_out_prevalence_dynamics_and_consequences_of_experiencing_FOMO|dead-url=no}}</ref> Seorang mahasiswa yang mengalami FOMO terus menerus sepanjang semester juga dapat mengakibatkan meningginya tingkat stres.<ref name=":22" /> Seorang individu yang mengalami rasa takut akan kehilangan momen juga dapat membuat tingkat harga diri yang dimilikinya menjadi rendah.<ref>{{Cite journal|last=Gupta|first=Mayank|last2=Sharma|first2=Aditya|date=2021-07-06|title=Fear of missing out: A brief overview of origin, theoretical underpinnings and relationship with mental health|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8283615/|journal=World Journal of Clinical Cases|volume=9|issue=19|pages=4881–4889|doi=10.12998/wjcc.v9.i19.4881|issn=2307-8960|pmc=|pmid=|access-date=2022-04-07|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615190137/https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8283615/|dead-url=no}}</ref> Sebuah studi yang dilakukan oleh JWTIintelligence menunjukkan bahwa FOMO dapat mempengaruhi pembentukan tujuan hidup jangka panjang dan persepsi mengenai diri sendiri.<ref name=":32">{{Cite web|date=Maret 2012|title=Fear of Missing Out (FOMO)|url=http://www.jwtintelligence.com/wp-content/uploads/2012/03/F_JWT_FOMO-update_3.21.12.pdf|website=web.archive.org|access-date=2022-03-31|archive-date=2015-06-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20150626125816/http://www.jwtintelligence.com/wp-content/uploads/2012/03/F_JWT_FOMO-update_3.21.12.pdf|dead-url=unfit}}</ref> Dalam penelitian tersebut, sekitar setengah dari responden menyatakan bahwa mereka kewalahan oleh banyaknya informasi yang dibutuhkan untuk tetap ''up-to-date'', dan tidak mungkin bagi mereka untuk tidak melewatkan sesuatu. Hal ini disebabkan karena proses deprivasi relatif dapat menciptakan FOMO serta ketidakpuasan. Hal ini juga yang bisa mengurangi tingkat kesehatan psikologis seseorang.<ref>{{Cite journal|last=Elhai|first=Jon D.|last2=Yang|first2=Haibo|last3=Montag|first3=Christian|date=2020-05-11|title=Fear of missing out (FOMO): overview, theoretical underpinnings, and literature review on relations with severity of negative affectivity and problematic technology use|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8023172/|journal=Brazilian Journal of Psychiatry|volume=43|issue=2|pages=203–209|doi=10.1590/1516-4446-2020-0870|issn=1516-4446|pmc=|pmid=|access-date=2022-04-07|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615190124/https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8023172/|dead-url=no}}</ref> FOMO juga dapat menyebabkan pengalaman sosial dan emosional yang negatif, seperti [[kebosanan]] dan [[kesepian]].<ref>{{Cite journal|last=Burke|first=Moira|last2=Marlow|first2=Cameron|last3=Lento|first3=Thomas|date=2010-04-10|title=Social network activity and social well-being|url=https://www.researchgate.net/publication/221513742_Social_network_activity_and_social_well-being|journal=Proceedings of the SIGCHI Conference on Human Factors in Computing Systems|series=CHI '10|location=New York, NY, USA|publisher=Association for Computing Machinery|pages=1909–1912|doi=10.1145/1753326.1753613|isbn=978-1-60558-929-9|access-date=2022-04-07|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615203330/https://www.researchgate.net/publication/221513742_Social_network_activity_and_social_well-being|dead-url=no}}</ref> Sebuah studi pada tahun 2013 menemukan bahwa FOMO dapat berdampak negatif pada suasana hati dan kepuasan hidup,<ref name=":22" /> mengurangi harga diri, serta mempengaruhi afeksi.<ref>{{Cite web|title=The FoMo Health Factor {{!}} Psychology Today|url=https://www.psychologytoday.com/us/blog/media-spotlight/201611/the-fomo-health-factor|website=www.psychologytoday.com|language=en|access-date=2022-03-31|archive-date=2023-07-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20230717080314/https://www.psychologytoday.com/us/blog/media-spotlight/201611/the-fomo-health-factor|dead-url=no}}</ref> Empat dari sepuluh anak muda dilaporkan sering atau kadang-kadang mengalami FOMO.<ref name=":32" /> FOMO ditemukan berkorelasi negatif dengan usia, meski di sisi lain, FOMO lebih sering ditemukan pada pria daripada wanita.<ref name=":22" />
=== Perilaku ===
Gejala dari ketakutan akan kehilangan momen yaitu adanya keinginan untuk mengetahui kegiatan orang lain secara terus-menerus.<ref>{{Cite journal|last=Akbar, R. S., dkk.|date=2018|title=Ketakutan Akan Kehilangan Momen (FOMO) pada Remaja Kota Samarinda|url=https://www.researchgate.net/publication/335115994_Ketakutan_Akan_Kehilangan_Momen_FoMo_Pada_Remaja_Kota_Samarinda/fulltext/5d515f724585153e594ef1ac/Ketakutan-Akan-Kehilangan-Momen-FoMo-Pada-Remaja-Kota-Samarinda.pdf|journal=Psikostudia: Jurnal Psikologi|volume=7|issue=2|pages=39|issn=2302-2582|access-date=2022-04-07|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615195622/https://www.researchgate.net/publication/335115994_Ketakutan_Akan_Kehilangan_Momen_FoMo_Pada_Remaja_Kota_Samarinda/fulltext/5d515f724585153e594ef1ac/Ketakutan-Akan-Kehilangan-Momen-FoMo-Pada-Remaja-Kota-Samarinda.pdf|dead-url=no}}</ref> Penderitanya tidak dapat melepaskan diri dari [[telepon genggam]]. Selain itu, timbul perasaan cemas jika belum mengecek akun media sosialnya. Gejala lain yang timbul adalah kecenderungan untuk berkomunikasi melalui media sosial dan adanya obsesi terhadap status dan postingan orang lain. Penderita ketakutan akan kehilangan momen juga akan cenderung membagikan informasi mengenai setiap kegiatan yang dilakukannya. Jika sedikit orang yang melihat informasi yang dibagikannya, ia juga akan mengalami [[depresi]].<ref>{{Cite journal|last=Aisafitri, L., dan Yusriyah, K.|date=2021|title=Kecanduan Media Sosial (FoMO) Pada Generasi Milenial|url=http://kiayati.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/5754/FOMO.pdf|journal=Jurnal Ilmu Komunikasi|volume=4|issue=1|pages=91|access-date=2022-04-07|archive-date=2022-12-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20221202203450/http://kiayati.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/5754/FOMO.pdf|dead-url=no}}</ref>
FOMO berasal dari perasaan kehilangan koneksi sosial atau informasi. Keadaan seperti itu kemudian diikuti oleh kebutuhan atau dorongan untuk berinteraksi secara sosial guna meningkatkan koneksi. Rasa takut kehilangan tidak hanya menyebabkan efek psikologis negatif tetapi juga telah terbukti meningkatkan pola perilaku negatif. Rasa takut ketinggalan yang berasal dari koneksi digital berkorelasi positif dengan kebiasaan buruk terutama di kalangan anak muda. Kebiasaan negatif ini menyita peningkatan waktu nyala layar, memeriksa media sosial selama sekolah, atau mengemudi sambil mengirim SMS. Penggunaan media sosial di hadapan orang lain dapat disebut sebagai [[phubbing]].<ref>{{Cite journal|last=Franchina|first=Vittoria|last2=Vanden Abeele|first2=Mariek|last3=van Rooij|first3=Antonius J.|last4=Lo Coco|first4=Gianluca|last5=De Marez|first5=Lieven|date=2018-10|title=Fear of Missing Out as a Predictor of Problematic Social Media Use and Phubbing Behavior among Flemish Adolescents|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6211134/|journal=International Journal of Environmental Research and Public Health|volume=15|issue=10|pages=2319|doi=10.3390/ijerph15102319|issn=1661-7827|pmc=6211134|pmid=30360407|access-date=2022-01-15|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615190130/https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6211134/|dead-url=no}}</ref>
== FOMO dan media sosial ==
Perkembangan media sosial juga mempengaruhi [[fenomena]] FOMO.<ref>{{Cite journal|last=Savitri|first=Judithya Anggita|date=2019-12-01|title=Impact of Fear of Missing Out on Psychological Well-Being Among Emerging Adulthood Aged Social Media Users|url=https://journal.uny.ac.id/index.php/pri/article/view/30363|journal=Psychological Research and Intervention|language=en|volume=2|issue=2|pages=65–72|doi=10.21831/pri.v2i2.30363|issn=2614-7041|access-date=2021-11-27|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615190132/https://journal.uny.ac.id/index.php/pri/article/view/30363|dead-url=no}}</ref> Melalui media sosial, seseorang dapat melihat berbagai aktivitas yang dilakukan oleh orang lain. Adanya FOMO membuat seseorang termotivasi untuk sering membuka
== Penyebab ==
Ketakutan akan kehilangan momen yang dialami oleh individu berkaitan dengan [[emosi]], [[motivasi]], dan perilaku dari penderitanya. Selain itu, ketakutan akan kehilangan momen juga berkaitan dengan kebutuhan psikologis.<ref>{{Cite journal|last=Riastyanto, N., dkk.|date=2021|title=Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fenomena Fear of Missing Out pada Nelayan di Wilayah Suradadi, Kabupaten tegal|url=http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/mra/article/download/9842/7284|journal=Buletin Ilmiah Marina: Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan|volume=7|issue=1|pages=84-85|issn=2502-0803|access-date=2022-04-07|archive-date=2022-07-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20220706062449/http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/mra/article/download/9842/7284|dead-url=no}}</ref> Ketakutan akan kehilangan momen utamanya dipicu oleh pembaharuan kegiatan orang lain melalui [[media sosial]].<ref>{{Cite journal|last=Christina, R., dkk.|date=2019|title=Hubungan Tingkat Neurotisme dengan Fear of Missing Out (FoMO) pada Remaja Pengguna Aktif Media Sosial|url=https://journals.ums.ac.id/index.php/indigenous/article/view/8024/5361|journal=Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi|volume=4|issue=2|pages=107|issn=2541-450X|access-date=2022-04-07|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615190127/https://journals.ums.ac.id/index.php/indigenous/article/view/8024/5361|dead-url=no}}</ref>
== Varian ==
=== Kultural ===
FOMO sebagai fenomena sosial, memiliki varian budaya. Sebelum Amerika menemukan FOMO, Singapura lebih dulu mengenal istilah FOMO sebagai versi lain dari "[[kiasu]]", yang diambil dari dialkek China Hokkien, kiasu diartikan sebagai rasa takut kalah tetapi mencakup segala jenis perilaku kompetitif, pelit atau egois.<ref>{{Cite web|last=Twitter|last2=Instagram|date=2019-01-18|title=Singapore’s ‘kiasu’ culture makes FOMO look like child’s play|url=https://www.latimes.com/world/asia/la-fg-singapore-kiasu-fomo-20190118-story.html|website=Los Angeles Times|language=en-US|access-date=2022-01-15|last3=Email|last4=Facebook|archive-date=2023-05-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20230521150344/https://www.latimes.com/world/asia/la-fg-singapore-kiasu-fomo-20190118-story.html|dead-url=no}}</ref>
=== Linguistik ===
Istilah FOMO mengilhami beberapa cabang seperti FOBO, FOMOMO, MOMO, FOJI, BROMO, NEMO, SLOMO dan JOMO.<ref name=":1" />
* FOBO - berarti cemas dalam pilihan yang lebih baik - diciptakan oleh kapitalis ventura Amerika dan penulis Patrick James McGinnis saat dia masih menjadi mahasiswa di Harvard Business School.<ref name=":17">{{Cite web|title=Don't let FOBO paralyse you|url=https://www.monday-8am.com/dont-let-fobo-paralyse-you/|website=Monday 8AM|language=en-US|access-date=2021-11-04|archive-date=2023-06-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20230601223802/https://www.monday-8am.com/dont-let-fobo-paralyse-you/|dead-url=no}}</ref>
* ROMO istilah yang diciptakan selama pandemi COVID-19 yang merupakan singkatan dari ''Reality of Missing Out''. ROMO menggambarkan perasaan mengetahui bahwa Anda tidak kehilangan apa pun..<ref name=":1" />
* FOMOMO merupakan singkatan dari ''Fear Of the Mystery Of Missing Out.''<ref name=":14">{{Cite news|last=Bhatt|first=Shephali|title=NEMO: The new idea for those striving to find a middle path between FOMO and JOMO|url=https://economictimes.indiatimes.com/magazines/panache/nemo-the-new-idea-for-those-striving-to-find-a-middle-path-between-fomo-and-jomo/articleshow/64431356.cms?from=mdr|work=The Economic Times|access-date=2021-11-04|archive-date=2023-01-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20230119153738/https://economictimes.indiatimes.com/magazines/panache/nemo-the-new-idea-for-those-striving-to-find-a-middle-path-between-fomo-and-jomo/articleshow/64431356.cms?from=mdr|dead-url=no}}</ref> FOMOMO mengacu pada fenomena FOMO yang lebih ekstrim yang terjadi ketika perangkat seluler seseorang tidak dapat digunakan, mengakibatkan kecemasan yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk melihat apa yang hilang di media sosial.<ref name=":14" />
* MOMO singkatan dari ''Mystery Of Missing Out'', mengacu pada paranoid yang muncul ketika teman seseorang tidak memposting apa pun di media sosial yang mengakibatkan upaya untuk mengumpulkan apa yang mungkin terlewatkan.<ref>{{Cite web|author=A. Jupowicz-Ginalska|title=FOMO, MOMO and other problems of our time - Consumer Information Center|url=https://cik.uke.gov.pl/en/newsroom1/fomo-momo-and-other-problems-of-our-time,42.html|website=cik.uke.gov.pl|language=en|access-date=2021-11-04|archive-date=2021-11-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20211104225942/https://cik.uke.gov.pl/en/newsroom1/fomo-momo-and-other-problems-of-our-time,42.html|dead-url=yes}}</ref>
* FOJI singkatan dari ''Fear Of Joining In,'' mengacu pada rasa takut memposting di media sosial dalam kekhawatiran bahwa tidak ada orang yang terhubung, mengikuti, atau berteman.<ref>{{Cite web|date=2016-01-18|title=After Fomo: five more feelings of angst in the social media age|url=http://www.theguardian.com/fashion/shortcuts/2016/jan/18/fomo-five-more-feelings-angst-social-media-acronyms|website=The Guardian|language=en|access-date=2021-11-04|archive-date=2023-01-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20230119153738/https://www.theguardian.com/fashion/shortcuts/2016/jan/18/fomo-five-more-feelings-angst-social-media-acronyms|dead-url=no}}</ref>
* BROMO mengacu padacontoh ketika teman seseorang (“bros”) melindungi dari kehilangan.<ref name=":17" />
* NEMO singkatan dari ''Nearly but not fully Missing Out''.<ref name=":14" /> NEMO mengacu pada lingkuan orang-orang secara daring.<ref name=":14" />
* SLOMO singkatan dari ''Slow to Missing Out'', mengacu pada perasaan bertahap bahwa seseorang kehilangan<ref name=":14" />
* JOMO singkatan ''Joy of Missing Out'' dan mengacu pada perasaan senang ketika kehilangan.<ref>{{Cite web|date=2018-07-08|title=Embracing JOMO: The Joy of Missing Out|url=https://www.slowlivingldn.com/journal/live-better/jomo-the-joy-of-missing-out/|website=Slow Living LDN.|language=en-GB|access-date=2021-11-04|archive-date=2023-04-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230415174712/https://slowlivingldn.com/journal/live-better/jomo-the-joy-of-missing-out/|dead-url=no}}</ref> JOMO adalah keyakinan yang relatif positif bahwa memutus semua media sosial dan perangkat digital dapat membawa kebahagiaan.<ref name=":17" /><ref name=":14" />
== Dampak ==
Ketakutan akan kehilangan momen akan berdampak pada rendahnya [[kesejahteraan]] psikologis. Penderita ketakutan akan kehilangan momen cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang bernilai negatif. Hal ini karena ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran yang ditimbulkannya membuat individu tidak mampu untuk menguasai lingkungan. Selain itu, individu juga menjadi tidak mampu menjalin [[interaksi sosial]] yang positif dengan orang lain dan tingkat penerimaan atas dirinya sendiri menjadi rendah.<ref>{{Cite journal|last=Savitri|first=Judithya Anggita|date=2019|title=Fear of Missing Out dan Kesejahteraan Psikologis Individu Pengguna Media Sosial di Usia Emerging Adulthood|url=https://journal.uny.ac.id/index.php/acta-psychologia/article/view/43361/16284|journal=Acta Psychologia|volume=1|issue=1|pages=88|access-date=2022-04-07|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615191037/https://journal.uny.ac.id/index.php/acta-psychologia/article/view/43361/16284|dead-url=no}}</ref> Ketakutan akan kehilangan momen juga meningkatkan intensitas penggunaan media sosial. Peningkatan ini menandakan terjadinya kecanduan media sosial.<ref>{{Cite journal|last=Fathadhika , S., dan Afriani|date=2018|title=Social Media Engagement sebagai Mediator antara Fear Of Missing Out dengan Kecanduan Media Sosial pada Remaja|url=https://jurnal.unpad.ac.id/jpsp/article/view/18741/10385|journal=JPSP: Jurnal Psikologi Sains dan Profesi|volume=2|issue=3|pages=209|issn=2598-3075|access-date=2022-04-07|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615191039/https://jurnal.unpad.ac.id/jpsp/article/view/18741/10385|dead-url=no}}</ref>
Fenomena FOMO dapat berdampak:
*1. Mempengaruhi kesehatan mental,
*2. Pengaruh hubungan sosial,<ref>{{Cite journal|last=Mulyono|first=Bambang Hari|date=2021-08-13|title=Pengaruh Fear of Missing Out terhadap Social Connectedness yang Dimediasi oleh Penggunaan Media Sosial|url=https://e-journal.unair.ac.id/BRPKM/article/view/28660|journal=Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental|language=id|volume=1|issue=2|pages=1190–1198|doi=10.20473/brpkm.v1i2.28660|issn=2776-1851|access-date=2022-01-15|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615190132/https://e-journal.unair.ac.id/BRPKM/article/view/28660|dead-url=no}}</ref>
*3. Ganguan financial,
*4. FOMO menyebabkan pengalaman sosial dan emosional yang negatif, seperti kebosanan dan kesepian.
*5. FOMO berdampak negatif pada suasana hati dan kepuasan hidup,<ref name="Przybylski" />
*6. Mengurangi harga diri, dan memengaruhi kesadaran.
== Lihat juga ==
* [[JOMO (Joy of Missing Out)|JOMO (''Joy of Missing Out'')]]
* [[Lagom]]
* [[Hygee|Hygge]]
* [[Phubbing]]
* [[Kiasu]]
== Referensi ==
{{Reflist}}
[[Kategori:Media sosial]]
[[Kategori:Psikologi populer]]
[[Kategori:Psikologi]]
|