Sidik jari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 12:
Ilmu sidik jari di Indonesia khususnya di kalangan kepolisian dirintis oleh seorang desertir SS Nazi Jerman yang lari ke Belanda dan kemudian ditempatkan di Makassar oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai perwira polisi{{butuh rujukan}}. Setiap taruna Akpol di Indonesia mengenal namanya sebagai perintis sidik jari di kalangan kepolisian Indonesia. Nama desertir SS Nazi tersebut adalah [[Gustav Poppeck]], mertua kedua pelukis maestro S.Sudjojono. Gustav Poppeck dimakamkan di TPU Menteng Pulo.
 
Gustav Poppeck lahir di kota kecil Gelsen Kirchen tahun 1892. Di usia yang ke 21 tahun (1903) Gustav Poppeck mendaftarkan diri sebagai tentara dan dikirim ke China yang merupakan negara koloni Jerman yang saat itu berada dibawah pemerintahan Presiden Paul Von Hindenburg. Berbagai bintang jasa diterimanya selama bertugas di China dalam masa PD I (1914 - 1918). Sebelum kembali ke Jerman, para tentara Jerman diberi kesempatan untuk cuti ke Jepang. Di Jepang, Gustav Poppeck membaca sebuah poster besar di halaman Kedutaan Besar Belanda yang mencari tenaga untuk dipekerjakan sebagai polisi di Hindia Belanda (Indonesia). Gustav Poppeck yang membenci sosok Hitler yang saat itu berkuasa di negeri kelahirannya, Jerman langsung mendaftarkan diri dan diterima. Gustav Poppeck dikirim ke Batavia dan masuk pendidikan polisi di Sukabumi dan kemudian dikirim ke Makassar dan ditempatkan di bagian Kriminal, bidang daktiloskopi atau sidik jari. Pada penjajahan Jepang, Gustav Poppeck dipindahkan ke bagian logistik karena bidang daktiloskopi diambil alih oleh Jepang. Akhir tahun 1950 Gustav Poppeck yang sudah pindah menjadi warga negara Belanda sejak tahun 1932 karena alasan keamanan masa itu dipensiunkan oleh pemerintahan Indonesia karena bukan bangsa Indonesia. Gustav Poppeck bersama istrinya Sara Elizabeth Font yang berkebangsaan Indonesia (ibu: Manado, ayah: Spanyol) di"pulangkan" ke negeri Belanda akhir tahun 1950. Pada awal tahun 1952 Gustav Poppeck kembali ke Indonesia dan atas pilihan dan kecintaannya pada Indonesia menjadi warga negara Indonesia. Menetap di Jakarta dan diminta untuk menjadi asisten Jaksa Agung Meester Suprapto dan pada usianya yang ke 72 tahun Gustav Poppeck mengundurkan diri karena mengalami gagal operasi pada kedua matanya. Gustav Poppeck dan Sara Elizabeth Font dikaruniakan dua anak: penyanyi seriosa legendaris Indonesia Rose Pandanwangi dan Frits Sariako Poppeck. Gustav Poppeck meninggal pada Februari 1966, di usia ke 74 tahun dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo dan tahun bulan Juli tahun 2005 bersama dengan Sarah Poppeck Font dan menantunya pelukis maestro Indonesia S. Sudjojono dipindahkan ke Pemakaman Pondok Rangon, Cibubur, Jawa Barat. (Sumber: Rose Pandanwangi, putri Gustav Poppeck, ditulis oleh Wicky S, cucu Gustav Poppeck).
 
Catatan Abang Rahino: Saya bergabung dengan keluarga ayah saya, S.Sudjojono dan Rose Pandanwangi di Sanggar Pandanwangi, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mulai bulan Maret 1966 sampai dengan April 1972. Selama bertempat tinggal bersama mereka itu, saya beririsan periode dengan Opa Gustav Poppeck yang kondisinya sudah hidup terbaring di rumahya, sebelah rumah kami. Ia tinggal di rumah itu bersama Oma Sarah Poppeck-Font. Saya sangat ingat periode itu, karena sering membantu membersihkan rumah dan halaman rumah pasangan setia tersebut. Sehingga bulan meninggalnya Opa Poppeck yang dikatakan Februari 1966 tampaknya berkonflik dengan penjelasn saya di Catatan ini. Silakan dikoreksi jika ada kesalahan.
 
== Fungsi sidik jari ==
Baris 59 ⟶ 61:
* {{en}} [http://www.crimeandclues.com/index.php/physical-evidence/fingerprint-evidence Artikel tentang sidik jari di situs web Crime & Clues] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100110224741/http://www.crimeandclues.com/index.php/physical-evidence/fingerprint-evidence |date=2010-01-10 }}
{{Forensik-stub}}
[[Kategori:Biometrikbiometrika]]
[[Kategori:Forensik]]
[[Kategori:Jari]]