Ibenzani Usman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) bersua |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(11 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{infobox orang}}
'''Prof. Dr. Ibenzani Usman''' ({{lahirmati|[[Padang]], [[
Ibenzani dikenang lewat lagu-lagu ciptaannya meliputi lagu seriosa Indonesia, [[Musik Minang|lagu Minang]], dan mars. Di antara lagu gubahannya yakni "Desaku", "Lintuah", serta mars [[Universitas Andalas]], [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB), dan [[Padang Kota
Ibenzani menekuni bidang seni rupa dari S-1 sampai S-3 di ITB. Setelah meraih gelar sarjana pada 1962, ia pulang ke Padang dan mengajar untuk bidang keilmuan seni rupa di beberapa perguruan tinggi
== Kehidupan
Ibenzani lahir sebagai anak pertama dari pasangan [[Usman Kagami]] dan Dinar Halimatu Saadiah. Ayahnya, Usman merupakan
Saat berusia delapan tahun, Ibenzani kehilangan ibunya. Sepeninggal Dinar, Usman menikahi Marlis Uska, adik Dinar. Ibenzani berikutnya dibesarkan di bawah asuhan Marlis Uska, yang tak lain adalah bibinya sendiri.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}
Ibenzani meninggal pada 28 Juli 1995 karena penyakit jantung yang dideritanya. Almamternya, ITB kelak menyematkan penghargaan Ganesa Wirya Jasa Adiutama pada 2009 atas "sumbangsih yang luar biasa dalam bidang pengembangan institusi".{{sfn|itb.ac.id|2009}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}▼
== Karier ==
Baris 22 ⟶ 20:
Di FKIP Unand yang kelak menjadi UNP, Ibenzani mengetuai berbagai jurusan di bidang seni. Ia mengetuai Jurusan Seni Rupa FKIP (1965–1969 dan 1973–1977), Jurusan Seni dan Kerajinan FKSS (1969–1973 dan 1977–1979), dan Jurusan Seni Drama Tari dan Musik "Sendratasik" FPBS (1987–1990). Puncak kariernya, yakni sebagai Rektor Institut Sains dan Teknologi Pembangunan Nusantara (ISPTN) Padang sejak 1992 sampai ia meninggal pada 1995.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}
Belakangan, Ibenzani lebih fokus mengangkat masalah ilmiah tentang seni ukir tradisional pada ukiran [[Rumah Gadang|rumah adat Minangkabau]] dan menuliskannya ke dalam disertasi, yang mengantarnya meraih gelar doktor dari ITB pada 1985.
=== Musik ===
Dalam memainkan musik, Ibenzani cenderung menggunakan alat musik piano dan biola, bukan alat musik tradisional seperti saluang atau rabab.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}} Komposisi musik Ibenzani di antaranya untuk koor, musik seriosa Indonesia, musik rakyat Sumatera Barat, dan nyanyian kanak-kanak. Karya-karyanya berupa lagu Minang masih lengendaris sampai saat ini, di antaranya: "Lintuah", "Pulanglah Yuang", Sadiah", "Pasan Bundo", "Molah Manari", "Lambok Malam", dan lagu khusus berjudul "Minang Rhapsody". Lagu "Lintuah" dibawakan oleh [[Elly Kasim]] dan [[Oslan Husein]].{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}
Untuk almamaternya, ITB, Ibenzani mewariskan dua lagu ciptaan yang sejak tahun 1961 selalu didengungkan setiap perayaan wisuda, yakni "Selamat Datang Tunas Warga ITB" dan "Selamat Jalan Sarjana ITB". Sebagai pencipta lagu, beberapa karyanya mendapat perhatian pengamat musik nasional. Pada 1964, dua lagu seriosa ciptaannya, "Ajakan Suci" dan "Putera Persada" dipilih dan dinyanyikan dalam ajang pemilihan [[Bintang Radio se-Indonesia]]. Pada ajang yang sama, dua karyanya kembali terpilih pada 1965, yakni Pesan "Kartini" dan "Bahana Revolusi". Terakhir dalam pemilihan Bintang Radio se-Indonesia pada 1975, terpilih lagunya berjudul "Desaku". Tak hanya handal dalam mencipta lagu, Ibenzani piawai dalam mengolah komposisi paduan suara. Ia berhasi menyabet salah satu gelar juara dalam ajang Komposisi Paduan Suara di [[Taman Ismail Marzuki]] (TIM) pada 1975 dan 1978.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}{{sfn|Nazif Basir|2017|pp=151–153}}[[Berkas:Lambang Padang alternatif.png|jmpl|Lambang Kota Padang, salah satu peninggalan Ibenzani]]▼
▲Untuk almamaternya, ITB, Ibenzani mewariskan dua lagu ciptaan yang sejak tahun 1961 selalu didengungkan setiap perayaan wisuda, yakni "Selamat Datang Tunas Warga ITB" dan "Selamat Jalan Sarjana ITB". Sebagai pencipta lagu, beberapa karyanya mendapat perhatian pengamat musik nasional. Pada 1964, dua lagu seriosa ciptaannya, "Ajakan Suci" dan "Putera Persada" dipilih dan dinyanyikan dalam ajang pemilihan [[Bintang Radio se-Indonesia]]. Pada ajang yang sama, dua karyanya kembali terpilih pada 1965, yakni Pesan "Kartini" dan "Bahana Revolusi". Terakhir dalam pemilihan Bintang Radio se-Indonesia pada 1975, terpilih lagunya berjudul "Desaku". Tak hanya handal dalam mencipta lagu, Ibenzani piawai dalam mengolah komposisi paduan suara. Ia berhasi menyabet salah satu gelar juara dalam ajang Komposisi Paduan Suara di [[Taman Ismail Marzuki]] (TIM) pada 1975 dan 1978.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}{{sfn|Nazif Basir|2017|pp=151–153}}
Selain itu, karya-karya Ibenzani yang lain di antaranya: "Padang Kota Tercinta", "Mars Universitas Andalas", "Taman Seruni", "Baiduri Permata", "Dambaan Kasih", "Kembalilah Sayang", "Senja Indah", "Gita Pribadi", "Untuk Putriku", "Pahlawan Revolusi", "Bisikan Sukma Satria", "Fajar Menyingsing", "Sayang Ibu dan Ayah", "Indonesia Kubanggakan", dan "Angkatan '66".{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}
Pada Maret 1978, Ibenzani bersama [[Trisuci Kamal]], [[Slamet Abdul Sjukur]], dan [[FX Sutopo]] yang tergabung dalam [[Ikatan Komponis Indonesia]] (IKI) Jakarta berkesempatan mengikuti Asian Composers League Conference ke-5 yang berlangsung di [[Bangkok]], [[Thailand]].{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}
== Meninggal dunia ==
▲
▲Belakangan, Ibenzani lebih fokus mengangkat masalah ilmiah tentang seni ukir tradisional pada ukiran rumah adat Minangkabau dan menuliskannya ke dalam disertasi, yang mengantarnya meraih gelar doktor dari ITB pada 1985. Selain itu, ia banyak meninggalkan karya tulisnya yang menunjukkan kemampuannya dalam menulis gagasan dan pandangannya tentang kesenian. Ia telah melakukan sekitar tujuh kali penelitian ilmiah dan 39 makalah yang telah disampaikan di berbagai forum seminar dan diskusi. Makalah berjudul "Nilai Estetika dalam Kaligrafi Islam" yang ia siapkan untuk Milad Fakultas Adab [[IAIN Imam Bonjol]] ke-32, malahan tidak sempat ia uraikan karena harus menjalani masa perawatan di di [[Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil|RSUP Dr. M. Djamil]].{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}{{sfn|Nazif Basir|2017|pp=151–153}}
== Referensi ==
Baris 47 ⟶ 44:
{{refbegin}}
* {{cite book|title=In Memoriam: 100 Seniman, Wartawan, & Budayawan
* {{Cite news|url=|title=Tetenger Kota Padang, "Sandera" Sejarah Tugu Padang Lidah Api|date=26 Februari 2019|work=Harian Khazanah|first2=|author=Rahmat Irfan Denas|access-date=|ref= {{sfnRef|Rahmat Irfan Denas|26 Februari 2019}}}}
* {{Cite book|title=Ensiklopedi Minangkabau|last=Abidin|first=Masoed|authorlink=Masoed Abidin|publisher=Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau|url=https://books.google.co.id/books/about/Ensiklopedi_Minangkabau.html?id=VJFuAAAAMAAJ|year=2005|location=Padang|isbn=979-379-723-1|ref= {{sfnRef|Masoed Abidin|2005}}}}
Baris 56 ⟶ 53:
{{Authority control}}
[[Kategori:
[[Kategori:Musisi Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang]]
[[Kategori:Profesor Indonesia]]
|