Historiografi tradisional: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: seringkali → sering kali (bentuk baku)
k fix
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 8:
Terbitnya prasasti-prasasti dari kerajaan-kerajaan kuno, penggubahan karya sastra dengan berbagai judul, serta dokumentasi tertulis lainnya adalah berkat dikenalnya aksara Pallawa. Bahkan aksara Pallawa itu kemudian diubah oleh berbagai etnis Indonesia menjadi aksara Jawa kuno, Bali kuno, Sunda kuno, Lampung, Batak, dan Bugis Walaupun bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa berpengaruh terhadap perkembangan [[bahasa]], [[tulisan]], dan [[seni sastra]] di Indonesia ,namun bahasa Sansekerta tidak pernah digunakan sebagai bahasa komunikasi antar kelompok masyarakat di Indonesia karena bahasa Sansekerta hanya digunakan para [[Brahmana]] dalam upacara keagamaan atau di lingkungan istana. Oleh karena itu, sebagai sarana komunikasi digunakan bahasa Melayu untuk berkomunikasi antar kelompok masyarakat di Indonesia. penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa komunikasi antar kelompok masyarakat di Indonesia diperkirakan dimulai sejak zaman [[kerajaan Sriwijaya]] pada [[abad ke-7]].<ref name=":1" />
 
Selain pada batu prasasti, media yang digunakan untuk menulis adalah [[daun lontar]] (''kropak''), [[lempengan perunggu]], [[lempengan emas]], [[lempengan perak]], [[nipah]], [[bambu]],  kulit pohon, [[kayu]], [[kain]] dan [[kertas]]. Selanjutnya tradisi tulis berkembang di luar istana dan di dalam istana.<ref name=":1" />
 
Pada masa kerajaan Kediri terjadi perkembangan di bidang penulisan sejarah. Pada masa itu, telah dihasilkan karya sastra dengan judul ''Arjuna Wiwaha'' yang ditulis oleh '''Empu Kanwa''' pada tahun [[1035]]. Kitab ''Arjuna'' Wihaha berisi kisah kehidupan [[Raja Airlangga]] yang dianggap sebagai tokoh Arjuna. Pada masa pemerintahan Jayabaya, Jayabaya pernah memerintahkan kepada '''Empu Sedah''' untuk mengubah ''kitab Bharatayudha'' ke dalam bahasa Jawa kuno. Karena tidak mampu menyelesaikannya maka penulisan ''kitab Bharatayudha'' tersebut dilanjutkan oleh '''Empu Panuluh'''. Dalam kitab tersebut Jayabaya disebut beberapa kali sebagai sanjungan kepada raja. ''Kitab Bharatayuda'' bertuliskan tahun ''candrasangkala'' yang berbunyi ''sangakuda suddha candrama'' atau tahun [[1079]] Saka (tahun 1157).<ref name=":1" />
Baris 14:
Pada masa kerajaan Majapahit, di hasilkan karya sejarah ''kitab Negarakertagama'' karangan '''Empu Prapanca''' pada tahun 1365 isi ''kitab Negarakertagama'' adalah
 
1)      Sejarah raja-raja Singasari dan Majapahit dengan masa pemerintahannya;
 
2)      Keadaan kota Majapahit dan daerah daerah kekuasaannya;
 
3)      Kisah perjalanan Raja Hayam Wuruk ketika berkunjung ke daerah kekuasaannya di Jawa timur beserta daftar candi-candi yang ada;
 
4)      Kehidupan keagamaan dan pelaksanaan upacara upacara keagamaan di kerajaan misalnya upacara ''Ssrada'' untuk menghormati roh Gayatri dan menambah kesaktian raja.<ref name=":1" />
 
== Zaman Islam ==
Baris 26:
 
=== Hikayat ===
Hikayat merupakan bentuk karya sastra yang isinya berupa cerita atau dongeng yang sering kali dikaitkan dengan tokoh sejarah. Hikayat-hikayat peninggalan kerajaan Islam di Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan [[Arab]], [[Persia]], [[India]] dan lain-lain.<ref name=":2">{{Cite web|url=https://www.sastrawan.web.id/aneka-karya-sastra-peninggalan-dari-kerajaan-islam/|title=ANEKA KARYA SASTRA PENINGGALAN DARI KERAJAAN ISLAM|last=Smith|first=Jordan|date=2017-03-05|website=Sastrawan|language=id-ID|access-date=2020-05-10|archive-date=2020-11-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20201129065956/http://www.sastrawan.web.id/aneka-karya-sastra-peninggalan-dari-kerajaan-islam/|dead-url=yes}}</ref>
 
Beberapa contoh hikayat antara lain; ''Hikayat Aceh'', ''Hikayat Raja-Raja Pasai'', dan ''Sejarah Raja-Raja Riau''.<ref name=":1" />
Baris 35:
Beberapa contoh babad antara lain adalah:
 
a.       Babad Cirebon (yang isinya berupa kisah pangeran cakrabuana yang membangun kota Cirebon serta perkampungan muslim)
 
b.      Babad Demak (yang isinya tentang kisah Raden patah dalam mendirikan [[kerajaan Demak]])
 
c.       Babad Giyanti diperkirakan ditulis pada tahun 1830 mengenai politik yang terjadi di pulau Jawa sekitar 1741 sampai sekitar 1757.
 
d.      Babat raja-raja Riau berupa silsilah raja-raja Riau yang memiliki corak Islam babad sejarah Melayu.
 
e.       Babad Tanah Jawi dituliskan oleh Carik Braja pada 1788.<ref name=":2" />
 
Selain kedua bentuk karya sastra tersebut masih terdapat beberapa jenis karya sejarah pada masa Islam yang tidak dapat digolongkan ke dalam jenis babad dan hikayat. Karya sejarah tersebut mengisahkan riwayat nabi atau para dewa. Misalnya ''Kitab Manikmaya'' yang menceritakan penciptaan alam semesta oleh Tuhan. kisah nabi Adam. nabi Ibrahim. dan nabi Ismail. Selain itu terdapat karya [[sastra]] berisi ajaran moral dan tuntunan hidup sesuai dengan agama dan adat. Misalnya ''Bustanussalatin'' (Taman Raja-Raja) dan ''Tajussalatin'' (Mahkota Semua Raja-Raja). ''Kitab Tajussalatin'' ditulis oleh '''Bukhari al Jauhari''' pada tahun 1630 di Aceh. ''Tajussalatin'' ditulis oleh Nuruddin Ar-Raniri atas perintah Sultan Iskandar II dari Aceh pada tahun 1638. ''Bustanussalatin'' mengisahkan riwayat para nabi sejak nabi Adam sampai nabi Muhammad, riwayat nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin, sejarah bangsa Arab, [[Kekhalifahan Umayyah|masa dinasti Umayyah]] dan [[Abbasiyah]], sejarah raja-raja di Malaka dan Pahang serta raja-raja Aceh.<ref name=":1" />