Air lindi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Digesti anaerobik menjadi Pencernaan anaerobik |
|||
(10 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Leachate Pond.JPG|jmpl|230x230px|Kolam penampungan air lindi di Cancún, Meksiko.|al=]]
'''Air lindi''' ([[bahasa Inggris]]: ''leachate'') adalah suatu [[cairan]] yang dihasilkan dari pemaparan [[Hujan|air hujan]] di timbunan [[sampah]]. Cairan ini sangat berbahaya dan beracun karena mengandung konsentrasi [[senyawa organik]] maupun [[senyawa anorganik]] tinggi, yang terbentuk dalam ''landfill'' (sistem pengelolaan sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya, dan kemudian menimbunnya dengan tanah) akibat adanya air hujan yang masuk ke dalamnya. Selain itu, cairan tersebut juga dapat mengandung unsur [[logam]], yaitu [[seng]] (Zn) dan [[raksa]] (Hg). Air lindi dalam kehidupan sehari-hari dapat dianalogikan seperti seduhan teh yang membawa materi tersuspensi dan terlarut dari produk degradasi sampah. Cairan itu dapat diproses menjadi biogas dan pupuk cair. Hal ini disebabkan karena air tersebut mengandung berbagai macam bahan organik, yaitu [[nitrat]] dan [[Mineral (nutrisi)|mineral]].
== Definisi ==
Purwanti yang melakukan penelitian air lindi di [[Tempat pembuangan akhir|Tempat Pembuangan Akhir]] (TPA) Galuga [[Cibungbulang, Bogor|Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor]] mengemukakan bahwa air lindi merupakan suatu cairan beracun hasil [[ekstraksi]] bahan terlarut maupun tersuspensi dengan kandungan [[polutan]] tinggi, yang dihasilkan dari pemaparan air hujan,<ref>{{Cite
Ali, staf pengajar di [[UPN Veteran Jawa Timur|Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur]], menambahkan bahwa cairan berwarna hitam pekat ini<ref>{{Cite web|url=https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2018/08/30/air-lindi-tpa-cipayung-dibuang-ke-kali-pesanggrahan-429466|title=Air Lindi TPA Cipayung Dibuang ke Kali Pesanggrahan|last=Arifianto|first=Bambang|date=30 Agustus 2018|website=Pikiran Rakyat|access-date=10 November 2019}}</ref><ref name=":0">{{Cite
Sebagai salah satu dosen di [[Universitas Hasanuddin]] yang melakukan penelitian mengenai air lindi, Ngatimin dan Syatrawati menyebutkan bahwa beberapa tempat yang berpotensi menghasilkan air lindi adalah TPA{{efn|Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Indonesia, khususnya limbah domestik, kebanyakan menggunakan metode ''open dumping'' dengan cara ditumpuk dalam suatu daerah tertentu yang terbuka dan dapat diakses oleh siapa pun. Umumnya, TPA tidak mempunyai penutup, sehingga tempat tersebut akan menghasilkan air lindi saat hujan tiba ({{harvnb|Ngatimin|Syatrawati|2019|pp=16}}).}} (produknya berupa limbah organik maupun anorganik), perumahan (produknya berupa limbah rumah tangga, yaitu plastik, sisa makanan, dan sisa sayuran), pasar tradisional (produknya berupa limbah organik dari sayur-sayuran, buah-buahan, dan sisa daging yang membusuk), lahan pertanian (produknya berupa limbah sisa panen dan sisa bahan kimia/pestisida), serta industri (produknya berupa sisa pengolahan limbah kimia).''{{sfnp|Ngatimin|Syatrawati|p=17|ps=|2019}}{{sfnp|Purwanti|2014|p=58|ps=}}''
Baris 11:
== Kandungan ==
[[Berkas:Jakarta slumlife71.JPG|jmpl|230x230px|Sampah yang tertimbun di lokasi TPA mengandung zat organik maupun anorganik. Apabila hujan turun, akan menghasilkan air lindi dengan kandungan mineral yang tinggi.]]
Air lindi merupakan cairan terkontaminasi yang mengandung banyak material terlarut atau terendapkan.''{{sfnp|Ngatimin|Syatrawati|p=17|ps=|2019}}{{sfnp|Adam|2015|p=41|ps=}}'' Karakteristik dari cairan tersebut tergantung dari proses yang terjadi dalam ''landfill{{efn|''Landfill''
Menurut penelitian bersama yang dilakukan oleh Daryat, umumnya [[toksisitas]] cairan ini berasal dari kandungan senyawa organik ([[hidrokarbon]] dan [[sulfat]]), anorganik ([[natrium]], [[kalium]], [[kalsium]], [[magnesium]], [[klor]], [[ortofosfat]], [[fenol]], dan [[logam berat beracun]]),{{efn|Dalam senyawa organik maupun anorganik terdapat unsur-unsur yang bernilai nutrisi lebih untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme ({{harvnb|Daryat, dkk|2017|pp=69}}).}} serta sejumlah bakteri [[patogen]] yang terkandung di dalamnya. Selain itu, beberapa [[genus]] [[Bakteri Aerob|bakteri aerob]] yang dapat muncul di dalamnya, yaitu ''streptococcus, escherichia, pseudomonas,'' dan ''proteus''.''{{sfnp|Daryat, dkk|2017|p=69|ps=}}'' Cairan tersebut juga dapat mengandung mikrob parasit, seperti kutu air (''Sarcoptes sp'') yang menyebabkan gatal-gatal di kulit.''{{sfnp|Malita, dkk|2015|p=82|ps=}}''
Baris 19:
== Parameter ==
=== Kualitas ===
Menurut Adam, faktor utama yang mempengaruhi kualitas air lindi adalah keberagaman komposisi sampah. Keberagaman tersebut dapat terjadi di limbah padat domestik dibandingkan dengan limbah padat yang berasal dari industri. Secara umum, magister program studi teknik lingkungan [[Universitas Indonesia]] tersebut menyimpulkan bahwa keberagaman kualitas air lindi akan sangat tinggi apabila komposisi sampah didominasi oleh sampah yang mudah membusuk.''{{sfnp|Adam|2015|p=41|ps=}}'' Kualitas gas dan cairan tersebut yang terbentuk juga sangat bergantung pada waktu.''{{sfnp|Ali|2011|p=10|ps=}}'' Kandungan bahan
Selain faktor yang disebutkan di atas, Ali menambahkan bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas air lindi adalah kelembapan ''landfill''. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa kelembapan ''landfill'' sangat penting untuk proses biodegradasi sampah dan dalam proses pelarutan pencemar. Kualitas cairan air lindi yang dihasilkan dari sampah yang ditimbun di daerah beriklim kering akan lebih baik jika dibandingkan dengan dari sampah yang ditimbun di daerah beriklim basah.''{{sfnp|Ali|2011|p=9–10|ps=}}{{sfnp|Novianty, dkk|2015|p=241|ps=}}'' Selain itu, infiltrasi air hujan juga dapat membawa kontaminan dari tumpukan sampah dan memberikan kelembapan yang dibutuhkan bagi proses penguraian biologis dalam pembentukannya.''{{sfnp|Ramadhan, dkk|2019|p=4|ps=}}{{sfnp|Arief|2016|p=82–83|ps=}}'' Meskipun sumber dari kelembapannya kemungkinan dibawa oleh sampah masukannya, tetapi sumber utama dari pembentukannya adalah adanya infiltrasi air hujan.{{efn|Ramadhan bersama dengan peneliti lain dari Universitas Gadjah Mada yang melakukan penelitian pencemaran air tanah di sekitar TPA Piyungan menyebutkan bahwa aliran air tanah bergerak dari TPA Piyungan menuju kawasan permukiman penduduk, sehingga dapat membahayakan kesehatan masyarakat sekitar karena air hujan yang jatuh dan meresap ke tanah melewati tumpukan sampah terlebih dahulu sebelum bergerak menuju kawasan permukiman ({{harvnb|Ramadhan, dkk|2019|pp= 4}}).}} Jumlah presipitasi{{efn|Hujan merupakan bentuk presipitasi yang paling umum dan paling sering dijumpai. Diameter air hujan bervariasi antara 2–5 mm ({{harvnb|Hariyanto, dkk|2019|pp= 100}}).}} yang tinggi dan sifat timbunan yang tidak solid akan mempercepat pembentukan dan peningkatan kualitas yang dihasilkan. Faktor terakhir yang mempengaruhi kualitas cairan tersebut adalah ketersediaan [[oksigen]]. Unsur ini diperlukan bagi sampah yang mudah terdekomposisi dan keberadaannya di ''landfill'' [[anaerobik]] hanya terbatas pada fase awal. Ketika pelapisan tanah penutup sudah dilakukan, oksigen di dalam ''landfill'' akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu.''{{sfnp|Adam|2015|p=42|ps=}}''
Baris 28:
== Pengelolaan ==
[[Berkas:Leachate processing tanks.jpg|jmpl|230x230px|Salah satu contoh pengolahan air lindi di Seneca Landfill, Evans City, Pennsylvania.]]
Berbagai teknologi pengolahan air lindi telah dilakukan, baik yang berbasis proses fisika, kimia, maupun biologi, tetapi sampai saat ini sebagian besar TPA di [[Indonesia]] belum mampu mengolah limbah cairan tersebut sesuai standar baku mutu buangannya.''{{sfnp|Rezagama, dkk|2016|p=78|ps=}}{{sfnp|Purwati|Surachman|p=78|ps=|2007}}'' Usaha pengelolaan cairan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu mencegah air meresap ke dalam timbunan sampah dengan mengisolasinya menggunakan lapisan tanah penutup, melakukan pemilihan sistem dasar lahan yang kedap air, mengalirkan cairan yang terkumpul di dasar lahan menuju ke bangunan pengolah menggunakan saluran sekunder pengumpul, serta menurunkan kadar kandungan pencemar di dalamnya agar dapat dibuang ke saluran pembuangan air terdekat.''{{sfnp|Purwanti|2014|p=60|ps=}}'' Selain cara-cara tersebut, Hadisuwito dan Artomo mengemukakan bahwa cairan yang dihasilkan dari timbunan sampah juga bisa digunakan sebagai biogas dan pupuk kompos cair yang bermanfaat bagi tanaman.<ref>{{Cite web|last=Sanjiwani|first=Wira|date=24 Juli 2017|title=Limbah Air ''Leachate'' Dapat Dijadikan Pupuk Cair|url=http://www.balipost.com/news/2017/07/24/15848/Limbah-Air-Licit,Dapat-Dijadikan...html|website=Bali Post|access-date=11 November 2019}}</ref>''{{sfnp|Hadisuwito|2007|p=iv|ps=}}{{sfnp|Artomo|2015|p=50|ps=}}'' Air lindi yang akan dimanfaatkan menjadi biogas maupun pupuk kompos cair di dalam proses produksinya akan ditambahkan bahan kimia EM-4{{efn|EM-4 merupakan suatu cairan berwarna kecokelatan dan beraroma manis asam (segar), yang di dalamnya berisi campuran beberapa mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi proses penyerapan atau persediaan unsur hara dalam tanah. Salah satu pengaruhnya yang menguntungkan adalah meningkatkan manfaat bahan organik sebagai sumber pupuk ({{harvnb|Sutanto|2002|pp=85}}).}} dan diendapkan di dalam tempat tertutup selama 2–3 hari.<ref>{{Cite
=== Biogas ===
Baris 46:
== Dampak ==
[[Berkas:Mountain of garbage in Bantar Gebang with some excavator.jpg|jmpl|230x230px|Air lindi yang dihasilkan oleh TPA Bantar Gebang pernah mencemari sumur warga sekitar.]]
Secara sepintas, metode ''landfill'' relatif mudah dilakukan dan dapat menampung sampah dalam jumlah yang besar. Namun, anggapan ini kurang tepat karena ''landfill'' dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan lingkungan.<ref>{{Cite web|url=https://krjogja.com/web/news/read/104687/Lindi_TPAS_Banyuroto_Dikeluhkan_Warga|title=Lindi TPAS Banyuroto Dikeluhkan Warga|last=Aditya|first=Ivan|date=16 Juli 2019|website=Kedaulatan Rakyat|access-date=14 November 2019}}</ref> Masalah utama yang sering muncul adalah bau dan pencemaran air lindi.<ref>{{Cite
Sembiring dan Muntalif manambahkan bahwa dampak lain yang ditimbulkan oleh cairan tersebut adalah pencemaran air permukaan dan air bawah tanah yang berada di sekitarnya, karena umumnya cairan itu mengandung nilai BOD sebesar 2.000–30.000 == Lihat pula ==
Baris 91 ⟶ 93:
* {{Cite journal|last=Sembiring|first=Elsa Try Julita|last2=Muntalif|first2=Barti Setiani|year=Oktober 2011|title=Optimasi Efisiensi Pengolahan Lindi dengan Menggunakan ''Constructed Wetland''|url=http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/article/view/8219|journal=Jurnal Teknik Lingkungan|volume=17|issue=2|pages=|doi=|issn=0854-9796|ref={{sfnref|Sembiring|Muntalatif|2017}}|Nama belakang penulis 3=|Nama depan penulis 3=}}
* {{Cite journal|last=Syamsudin, dkk|first=|last2=|first2=|year=Desember 2007|title=Pemanfaatan Campuran Limbah Padat dengan Lindi Hitam dari Industri Pulp dan Kertas Sebagai Bahan Biobriket|url=http://jurnalselulosa.org/index.php/jselulosa/article/view/191|journal=Jurnal Selulosa|volume=42|issue=2|pages=|doi=|issn=2527-6662|ref={{sfnref|Syamsudin, dkk|2007}}|Nama belakang penulis 3=|Nama depan penulis 3=}}
* {{Cite journal|last=Takwanto|first=Anang, dkk|last2=|first2=|year=April 2018|title=Penurunan Kandungan Polutan dalam Lindi dengan Metode Elektrokoagulasi-Adsorpsi Karbon Aktif untuk Memenuhi Standar Baku Mutu Lingkungan|url=http://jtkl.polinema.ac.id/index.php/jtkl/article/view/37|volume=2|issue=1|
* {{Cite journal|last=Ulfah|first=Azrina, dkk|last2=|first2=|year=Juli 2017|title=Penentuan Tingkat Pencemaran Organik Berdasarkan Konsentrasi BOD (''Biological Oxygen Demand''), COD (''Chemical Oxygen Demand''), dan TOM (''Total Organic Matter'') di Muara Sungai Lumpur Ogan Komering Ilir|url=https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/maspari/article/view/4477|journal=Maspari Journal: Marine Science Research|volume=9|issue=2|pages=|doi=|issn=2597-6796|ref={{sfnref|Ulfah, dkk|2017}}|Nama belakang penulis 3=|Nama depan penulis 3=}}
* {{Cite journal|last=Usman|first=Sarip|last2=Santosa|first2=Imam|year=Oktober 2014|title=Pengolahan Air Limbah Sampah (Lindi) dari TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah) Menggunakan Metode ''Constructed Wetland''|url=https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/39|journal=Jurnal Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjung Karang|volume=5|issue=2|pages=|doi=|issn=2548-5695|ref={{sfnref|Usman|Santosa|2014}}|Nama belakang penulis 3=|Nama depan penulis 3=}}
Baris 102 ⟶ 104:
{{Authority control}}
[[Kategori:Artikel EUforia Wiki4Climate]]
[[Kategori:Pencernaan anaerobik]]
[[Kategori:Pengelolaan sampah yang dapat terurai secara hayati]]
[[Kategori:Ilmu tanah lingkungan]]
[[Kategori:Pemisahan padatan dan cairan]]
|