Ndalem Jayadipuran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi
 
(11 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox cagar budaya
| Name = Dalem Jayadipuran<br>{{nobold|{{small|ꦢꦊꦩ꧀ꦗꦪꦢꦶꦥꦸꦫꦤ꧀}}}}
| Image = [[Berkas:Ndalem Jayadipuran (Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta).jpg|240px]]
| caption =
Baris 6:
| Criteria = Bangunan
| ID = CB.121
| Location = Jalan Brigjen Katamso No. 139, <br>Kelurahan Keparakan, KecamatanKemantren Mergangsan, <br>Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
| Year = 26 Maret 2007
| ownership = Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta
Baris 17:
| coordinates =
}}
'''Ndalem Jayadipuran''' ({{Lang-jv|ꦢꦊꦩ꧀ꦗꦪꦢꦶꦥꦸꦫꦤ꧀|NdalemDalem Jayadipuran}}) atau '''Ndalem Dipowinatan''' adalah bangunan [[cagar budaya]] yang terletak di Jalan Brigjen Katamso No. 139, [[Kota Yogyakarta]]. Pada awalnya, Ndalem Jayadipuran berbentuk rumah klasik [[Jawa]] bergaya limasan yang dikenal dengan nama Ndalem Dipowinatan. Bangunan kuno ini memiliki peranan penting dalam sejarah perjuangan [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan Indonesia]], khususnya pada masa pergerakan. Pada saat ini, bangunan Ndalem Jayadipuran ditempati oleh kantor BPNB (Balai Pelestarian Nilai Budaya) Yogyakarta. Melihat banyaknya pergerakan kebangkitan nasional yang dilaksanakan di Ndalem Jayadipuran, gedung ini disebut sebagai "rumah kebangkitan nasional".
 
== Riwayat kepemilikan ==
Ndalem Jayadipuran pada mulanya merupakan rumah tinggal dari salah satu ''abdi dalem'' Bupati Anom Kesultanan Yogyakarta<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Cerita Berharga di Balik Kesederhanaan Ndalem Jayadipuran Yogyakarta|url=https://malamuseum.org/cerita-berharga-dibalik-kesederhanaan-dalem-jayadipuran-yogyakarta|title=|last=|first=|date=|website=|access-date=|archive-date=2019-09-04Komunitas Malamuseum|archive-url=https://web.archive.org/web/20190904192242/https://malamuseum.org/cerita-berharga-dibalik-kesederhanaan-dalem-jayadipuran-yogyakarta|archive-date=4 September 2019|dead-url=yes|access-date=22 Mei 2022}}</ref> bernama R.T. (Raden Tumenggung) Dipawinata, yang diberi hak ''anggaduh'' tanah oleh [[Hamengkubuwana VII|Sri Sultan Hamengku Buwono VII]]. Bangunan ini dibangun pada tahun [[1874]] dan dikenal dengan nama awal Ndalem Dipowinatan, bahkan nama kampung tempat berdirinya bangunan ini juga dinamakan dengan nama [[Kampung Wisata Dipowinatan|Kampung Dipowinatan]]. Sampai saat ini, nama kampung tersebut tidak berubah, meskipun bangunan tersebut lantas ditempati oleh [[K.R.T. Jayadipura]] di kemudian hari.<ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/hari-ibu-bermula-dari-dalem-jayadipuran-yogyakarta-cB72|title=Hari Ibu Bermula dari Dalem Jayadipuran Yogyakarta|last=Putsanra|first=Dipna Videlia|date=|website=|publisher=|access-date=24 Februari 2019}}</ref> Pada tahun [[1911]], R.T. Dipawinata meninggal dan kemudian diganti oleh R.T. Dipawinata II hingga tahun [[1914]]. Selanjutnya, hak ''anggaduh'' tanah diserahkan kembali kepada pihak keraton. Pada tahun [[1817]], tanah Ndalem Dipowinatan beralih kepemilikannya karena pihak [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kesultanan Yogyakarta]] menghadiahkannya kepada K.R.T. Jayadipura, yang pada waktu itu menjadi menantu Sri Sultan Hamengku Buwono VII.<ref>Purwadi (2007). hlm. 34.</ref>
 
K.R.T. Jayadipura sendiri lahir pada tahun [[1878]] dengan nama kecil R.M. (Raden Mas) Kobar. Ayahnya bernama R.T. Jayadipura yang pada waktu itu menjabat sebagai bupati [[Kabupaten Bantul|Bantul]], sedangkan ibunya bernama Nyai Riya Seganda. Ketika R.M. Kobar menjadi ''abdi dalem'' kadipaten, namanya diganti menjadi R.M. Prawiranadi. Berkat keterampilan, kecerdasan, serta kecakapannya, kedudukannya naik menjadi ''wedana'' dan dia diangkat menjadi Bupati Anom dengan nama baru K.R.T. Jayadipura.<ref>Harnoko, Darto (1986-1987). hlm. 3.</ref>
Baris 76:
 
=== Kongres Wanita Indonesia Pertama ===
[[Kongres Perempuan Indonesia|Kongres Wanita Indonesia Pertama]] diselenggarakan di Ndalem Joyodipuran Yogyakarta pada tanggal 22-25 Desember 1928.<ref name=":4">{{Cite book|title=Congresnummer: Congres Perempoean Indonesia jang Pertama 22-25 December 1928 di Mataram|last=|first=|publisher=|year=1928|isbn=|location=|pages=}}</ref>  Kongres tersebut terlaksana atas inisiatif dari 3 tokoh pemrakarsa, yaitu Ny. R.A. Sukonto dari Wanito Utomo sebagai ketua, R.A. Sutartinah (Nyi Hajar Dewantara) dari [[Sekolah Taman Siswa|Taman Siswa]] sebagai wakil ketua, dan Ny. Suyatin Kartowiyono dari Putri Indonesia sebagai ketua pelaksana  serta tujuh organisasi wanita, yaitu Wanito Utomo, Putri Indonesia, [['Aisyiyah|Aisyiyah]], Taman Siswa, JIBDA, Jong Java Meisjeskring, dan Wanito Katolik.<ref>Sagimun (1989). hlm. 181.</ref>  Pelaksanaan Kongres Wanita Indonesia Pertama dilangsungkan di Yogyakarta atas dasar lokasi tempat tinggal dari ketiga tokoh pemrakarsa. Walaupun ketiga wanita itu merupakan anggota organisasi non-keagamaan, tetapi mereka juga menjalin kerja sama dengan organisasi keagamaan wanita lain dalam menyiapkan kongres ini.<ref>Blackburn, Susan (2007). hlm. xxviii-xxxiii.</ref>
 
Menurut catatan kongres, selain diikuti oleh tujuh organisasi wanita yang menjadi pemrakarsa, ada 30 organisasi wanita lain yang mengirimkan utusan, tetapi dalam kenyataannya ada beberapa organisasi yang merupakan cabang dari organisasi yang sama, yaitu:
 
# Aisyiyah: Yogyakarta dan [[Kota Surakarta|Surakarta]].
# Budi Rini: [[Kota Malang|Malang]].
# Budi Wanito: Surakarta.
# Darmo Laksmi: [[Kota Salatiga|Salatiga]].
# Jong Islamieten Bond Dames Afdeeling: Jakarta, [[Tegal]], dan Yogyakarta.
# Jong Java: Jakarta, [[Kota Salatiga|Salatiga]], dan Yogyakarta.
# Karti Woro: Surakarta.
# Kusumo Rini: [[Kudus]].
# Margining Kautaman: Jakarta.
# Nahdatul Fataat: Yogyakarta.
# Panti Krido Wanito: [[Kota Pekalongan|Pekalongan]].
# Putri Budi Sejati: [[Kota Surabaya|Surabaya]].
# Putri Indonesia: Yogyakarta dan Surabaya.
# Rukun Wanodya: Jakarta.
Baris 98:
# Taman Siswa: Yogyakarta.
# Wanito Katholik: Yogyakarta dan Surakarta.
# Wanito Kencono: [[Kabupaten Banjarnegara|Banjarnegara]].
# Wanito Mulyo: Yogyakarta.
# Wanito Sejati: Bandung.
Baris 104:
# Utusan Istri Sumatera.<ref name=":4" />
 
Utusan-utusan lain dari organisasi laki-laki yang hadir dalam kongres ini antara lain: Jong Islamieten Bond (''hoofdbestuur''), Jong Java (Jakarta), Jong Java (Yogyakarta), Muhammadiyah (''hoofdbestuur''), Pemuda Indonesia (''hoofdbestuur''), Pemuda Indonesia, (''afdeeling''), [[Perhimpunan Indonesia]] (''hoofdbestuur''), Walfajri (''hoofdbestuur''), PNI (''hoofdbestuur''), [[Partai Syarikat Islam Indonesia|PSII]] (Yogyakarta), Budi Utomo, Jong Madura, Sangkara Muda, CPPPBD, INPO, MKD, PAPI, PAPIM, PSD, PTI, dan SIAP.  Selain itu, wakil dari pemerintah dan pers juga hadir dalam kongres ini.<ref>Panitia Peringatan 30 Tahun Kesatuan Pergerakan Wanita (1958). hlm. 20.</ref> Pihak pers saat itu memberikan peliputan yang simpatik terhadap pelaksanaan kongres, bahkan ada pers yang menulis materinya secara luas, seperti surat kabar lokal Jawa bernama ''Sedijo Tomo'' yang menyatakan kagum terhadap hasil-hasil kongres.{{portal|Budaya|Indonesia}}Kongres juga mendapatkan dukungan dari berbagai organisasi yang tidak dapat hadir. Organisasi-organisasi tersebut tidak dapat hadir dikarenakan beberapa sebab, tetapi mereka tetap mengirimkan telegram. Organisasi-organisasi itu antara lain Serikat Kaum Ibu Sumatera, Kautaman Istri Sumatera, Wanita Utama Bogor, Putri Pemuda Sumatera dan Jakarta, Perserikatan Marsudi Rukun Jakarta, Dewan Pimpinan Majelis Ulama, serta Pemuda Sumatera dan Jakarta.<ref>Blackburn, Susan (2007). hlm. xxiv.</ref>
 
== Lihat pula ==
Baris 144:
 
* {{Cite journal|last=Fibiona|first=Indra|last2=Lestari|first2=Siska Nurazizah|year=Desember 2017|title=Mardi Goena, Krida Beksa Wirama, and Harbiranda: Skilful Hand of K.R.T. Jayadipura in Developing and Preserving the Javanese Culture, from 1920s to the 1930s|url=https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/ihis/article/view/1933/1287|journal=Indonesian Historical Studies|volume=1|issue=2|pages=|doi=|issn=2579-4213}}
* {{Cite journal|last=Seniwati|first=|last2=Lestari|first2=Tuti Dwi|year=Desember 2019|title=Sikap Hidup Wanita Muslim Kauman: Kajian Peranan Aisyiyah dalam Kebangkitan Wanita di Yogyakarta pada Tahun 1914-1928|url=https://jurnalwalasuji.kemdikbud.go.id/index.php/walasuji/article/view/11|journal=Jurnal Walasuji|volume=10|issue=2|pages=|doi=|issn=2502-2229|ref={{sfnref|Seniwati|Lestari|2019}}|access-date=2019-12-06|archive-date=2020-12-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20201216190043/https://jurnalwalasuji.kemdikbud.go.id/index.php/walasuji/article/view/11|dead-url=yes}}
 
=== Majalah ===
Baris 155:
* [http://jogja.tribunnews.com/2016/09/24/berwisata-dan-mengenal-tradisi-jawa-di-kampung-dipowinatan-yogyakarta?page=all Berwisata dan Mengenal Tradisi Jawa di Kampung Dipowinatan Yogyakarta]
* [https://www.koranbernas.id/berita/detail/di-tempat-ini-90-tahun-silam-digelar-kongres-perempuan Di Tempat Ini, 90 Tahun Silam Digelar Kongres Perempuan]
* [https://krjogja.com/web/news/read/86697/Angkat_Kembali_Spirit_Kongres_Perempuan_Pertama Spirit Kongres Perempuan Pertama] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20181223125831/http://www.krjogja.com/web/news/read/86697/Angkat_Kembali_Spirit_Kongres_Perempuan_Pertama |date=2018-12-23 }}
{{Topik Yogyakarta}}
 
[[Kategori:Kota Yogyakarta]]
[[Kategori:Cagar budaya di Indonesia]]
[[Kategori:Cagar budaya di Yogyakarta]]
[[Kategori:Bangunan bersejarah di Yogyakarta]]
[[Kategori:Bangunan dan struktur di Yogyakarta]]
[[Kategori:KotaMergangsan, Yogyakarta]]