Hayam Wuruk: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rakehino (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(117 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox monarchRoyalty
| name = =Hayam Wuruk
| title = Paduka Śri Tiktawilwanāgareśwāra Śrī Rājasanāgara nāmārājabhiṣeka Garbhotpattinama Dyah Sri Hayamwuruk
|title =Raja Majapahit
| image =Illustration of Hayam Wuruk.jpg
| caption = Illustrasi Hayam Wuruk
| succession = Maharaja [[Majapahit]] ke 4
| reign = ={{Flag|Majapahit}} (1350–1389)
| coronation = 1350
|othertitles = Maharaja Sri Rajasanagara
| predecessor = =[[Tribhuwana Wijayatunggadewi]]
|full name =
| successor = [[Wikramawardhana]] dan [[Kusumawardhani]]
|predecessor =[[Tribhuwana Wijayatunggadewi]]
| suc-type =
|successor =[[Wikramawardhana]]
|suc-type heir =
|heir queen = Sri Sudewi =(Paduka Sori)
|queen consort =Sri Sudewi (Paduka Sori)
|consort spouse 1 = Sri =Selir ?Sudewi (IbundaPaduka WirabhumiSori)
| spouse 12 = Rabihaji/Ibu Bhre =Wirabhumi (selir)
| spouse 23 = =
| spouse 34 = =
| spouse 45 = =
| spouse 56 = =
|spouse 6issue = *[[Kusumawardhani]]
*[[Bhre Wirabhumi]]
|issue =
| royal house = [[Wangsa =Rajasa|Rajasa]]
| dynasty = [[Wangsa Rajasa]]
| royal anthem = =
| father = Dyah =CakradharaCakreśwāra/Cakrādhara (KertawardhanaKretawardhana Bhre TumapelTumapĕl)
| mother = Dyah Gitarja =([[Tribhuwana Wijayatunggadewi]])
| religion = [[HinduSiwa]]-[[Buddha]]
| birth_name = Dyah Hayam Wuruk
| birth_date = 1334
| birth_place = {{flagicon|Majapahit|naval|size=25px}} [[Majapahit]]
| death_date = 1389
| death_place = {{flagicon|Majapahit|naval|size=25px}} [[Majapahit]]
|date of burial =
|place date of burial =
| place of burial = [[Candi Ngetos]], [[Nganjuk]], [[Jawa Timur]]|
||children=[[Kusumawardhani| Kusumawardhani, Bhre Kabalan]]<br>[[Bhre Wirabhumi]]}}
}}
{{Keluarga kerajaan Majapahit}}
<!--[[Berkas:Mahkota Ulun Umbul (foto dokumen BaleBandung.com).jpg|jmpl|280px|Mahkota Ulun Umbul yang diduga merupakan mahkota Hayam Wuruk yang ditemukan di Kampung Leuwidulang, Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, [[Provinsi Pasundan|Tatar Pasundan]]. Selain itu terdapat juga sebuah tongkat bermotif burung Galudra (Garuda). Artefak tersebut kini tersimpan di lemari kaca ruang Kepala Sekolah SMA Pasundan Majalaya.]] -->
 
'''Prabu Hayam Wuruk''' (lahir 1334, meninggal 1389) adalah Maharaja ke-4 [[Majapahit]] yang memerintah tahun 1350–1389. Ia bergelar lengkap '''Paduka Śri Tiktawilwanāgareśwāra Śrī Rājasanāgara nāmārājabhiṣeka Garbhotpattinama Dyah Sri Hayam Wuruk'''<ref>https://repositori.kemdikbud.go.id/14346/1/Prasasti%20koleksi%20museum%20nasional%20jilid%201.pdf</ref>. Di bawah Kepimpinan Beliau dimana Majapahit mencapai puncak kejayaannya.<ref name="Coedes">{{Cite book|last=Cœdès|first=George|year=1968|url=https://books.google.com/books?id=iDyJBFTdiwoC|title=The Indianized states of Southeast Asia|publisher=University of Hawaii Press|isbn=9780824803681|authorlink=George Cœdès|access-date=27 September 2019|archive-url=https://web.archive.org/web/20230123031147/https://books.google.com/books?id=iDyJBFTdiwoC|archive-date=23 Januari 2023|url-status=live|dead-url=no}}</ref> Luas daerah kekuasaan beliau diberi nama Nusantara yang sangat luas dan sekarang menjadi belasan negara.
'''Hayam Wuruk''' (lahir 1334, meninggal 1389) adalah raja keempat [[Kerajaan Majapahit|Majapahit]] yang memerintah tahun [[1350]]-[[1389]]. Ia bergelar '''Sri Rājasanagara'''. Di bawah pemerintahannya, [[Kerajaan Majapahit]] mencapai puncak kejayaannya.<ref name=Coedes>{{Cite book
| last = Cœdès
| first = George
| authorlink = Georges Coedès
| title = The Indianized states of Southeast Asia
| publisher = University of Hawaii Press
| year = 1968
| url = https://books.google.com/books?id=iDyJBFTdiwoC
| isbn =9780824803681 }}</ref>
 
== SilsilahAsal-usul dan silsilah ==
[[Berkas:Rajasa Dynasty.svg|jmpl|ka|280px |
Nama ''Hayam Wuruk'' artinya "ayam yang terpelajar". Ia adalah putra pasangan [[Tribhuwana Tunggadewi]] (penguasa ketiga Majapahit) dengan Sri Kertawardhana alias Cakradhara. Ibunya adalah putri [[Raden Wijaya]] pendiri [[Majapahit]], sedangkan ayahnya berkedudukan sebagai penguasa Tumapel (''Bhatara i Tumapel'' atau ''Bhre Tumapel''<ref>lihat bagian Tata pemerintahan pada artikel Majapahit</ref>) atau kawasan Malang sekarang.
Diagram silsilah [[Wangsa Rajasa]], keluarga kerajaan [[Singhasari]] dan [[Majapahit]]]]
 
Nama ''Hayam Wuruk'' artinya "ayam yang terpelajar". Ia adalah putra pasangan [[Tribhuwana Tunggadewi]] (penguasa ketiga Majapahit) dengan Sri Kertawardhana alias Cakradhara. Ibunya adalah putri [[Raden Wijaya]] pendiri [[Majapahit]], sedangkandengan ayahnyaSri Kertawardhana alias Cakradhara yang berkedudukan sebagai penguasa Tumapel (''Bhatara i Tumapel'' atau ''Bhre Tumapel''<ref>lihat bagian Tata pemerintahan pada artikel Majapahit</ref>) atau kawasan [[Malang]] sekarang.
Hayam Wuruk dilahirkan tahun [[1334]] dan menurut kitab [[Kakawin Nagarakretagama|Desawarnana]] (Negarakretagama) peristiwa kelahirannya ditandai dengan [[gempa bumi]] di "Pabanyu Pindah" dan letusan [[Gunung Kelud]]. Pada tahun itu pula [[Gajah Mada]] mengucapkan [[Sumpah Palapa]].
 
Prabu Hayam Wuruk dilahirkan tahun [[1334]] dan menurut kitab [[Kakawin Nagarakretagama|Desawarnana]] (NegarakretagamaDesawarnana) peristiwa kelahirannya ditandai dengan [[gempa bumi]] di "Pabanyu Pindah" dan letusan [[Gunung Kelud]]. Pada tahun itu pula [[Gajah Mada]] mengucapkan [[Sumpah Palapa]].
Hayam Wuruk memiliki adik perempuan bernama Dyah Nertaja (kelak menjadi Bhre Pajang), dan adik angkat perempuan bernama Indudewi (Bhre Lasem), yaitu putri [[Rajadewi]], adik ibunya. [[Permaisuri]] Hayam Wuruk bernama Sri Sudewi bergelar Paduka Sori, yang adalah putri dari Wijayarajasa (Bhre Wengker). Paduka Sori adalah saudara sepupu Hayam Wuruk, anak tiri Rajadewi. Dari pasangan ini lahir [[Kusumawardhani]] yang menikah dengan [[Wikramawardhana]], putra Bhre Pajang. Hayam Wuruk juga memiliki putra dari selir yang menjabat sebagai Bhre Wirabhumi, yang menikah dengan Nagarawardhani, putri Bhre Lasem.
 
Prabu Hayam Wuruk memiliki adik kandung seorang wanita bernama Dyah Nertaja (Putri Iswari) yang menjadi penguasa Pajang (Bhre Pajang), dan adik angkat perempuan bernama Indudewi penguasa Lasem (Bhre Lasem), yaitu putri [[Rajadewi]], adik ibunya.
== Masa Pemerintahan ==
[[Berkas:Rajasa Dynasty.svg|jmpl|ka|280px |
 
[[Permaisuri]] Prabu Hayam Wuruk bernama Sri Sudewi bergelar Paduka Sori, yang adalah putri dari Wijayarajasa penguasa Wengker (Bhre Wengker). Paduka Sori adalah saudara sepupu Hayam Wuruk, anak tiri Rajadewi.
 
Dari pasangan Prabu Hayam Wuruk dengan Sri Sudewi ini, lahir [[Kusumawardhani]] yang menikah dengan [[Wikramawardhana]], putra Dyah Nertaja (Putri Iswari) Bhre Pajang, adiknya. Hayam Wuruk juga memiliki putra dari istri ke-2 yang menjabat sebagai penguasa Wirabhumi ([[Bhre Wirabhumi]]), yang menikah dengan Nagarawardhani putri Indudewi Bhre Lasem.
Diagram silsilah [[Wangsa Rajasa]], keluarga kerajaan [[Singhasari]] dan [[Majapahit]]]]
Sumber sepak terjang Hayam Wuruk dalam pemerintahannya diceritakan dalam kitab Desawarnana, suatu kitab yang didedikasikan untuk menghormatinya.
 
== Masa Pemerintahanpemerintahan ==
Hayam Wuruk naik tahta dalam usia relatif muda, 17 tahun, menggantikan ibundanya, Tribhuwana Tunggadewi. Tribhuwana menyerahkan kekuasaan kepada anaknya itu karena sebenarnya ia memerintah "mewakili" Gayatri, ibunya yang memilih menjalani hidup sebagai pendeta. Ketika Gayatri meninggal, Tribhuwana menyatakan tidak lagi berkuasa.
Sumber sepak terjang Prabu Hayam Wuruk dalam pemerintahannya diceritakan dalam kitab Desawarnana atau [[Negarakertagama]], suatu kitab yang didedikasikan untuk menghormatinya.
 
Pada tahun 1350, Prabu Hayam Wuruk naik tahta dalam usia relatif muda, 1716 tahun, menggantikan ibundanya, Tribhuwana Tunggadewi. Tribhuwana menyerahkan kekuasaan kepada anaknya itu karena sebenarnya ia memerintah Majapahit "mewakili" ibunya [[Gayatri (Rajapatni)]], ibunya yang memilih menjalani hidup sebagai bhiksuni (pendeta wanita). Ketika Gayatri meninggal, Tribhuwana menyatakan tidak lagi berkuasa. dan menyerahkan kekuasaan kepada Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk dalam pemerintahannya banyak dibantu oleh patih andalannya, [[Gajah Mada]]. Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit melakukan politik ekspansi untuk menjamin kekuatannya di bidang perdagangan lewat laut, sekaligus sebagai pelaksanaan sumpah yang dinyatakan oleh patih Gajah Mada. Majapahit menaklukkan [[Kerajaan Pasai]] dan [[Kerajaan Aru|Aru]] (kemudian bernama [[Kesultanan Deli|Deli]]).
 
Prabu Hayam Wuruk dalam pemerintahannya banyak dibantu oleh patihMahapatih andalannya, [[Gajah Mada]]. Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit melakukan politik ekspansi untuk menjamin kekuatannya di bidang perdagangan lewat laut, sekaligus sebagai pelaksanaan sumpah[[Sumpah Palapa]] yang dinyatakan oleh patih Gajah Mada. Majapahit juga menaklukkan [[Kerajaan Pasai]] dan [[Kerajaan Aru|Aru]] (kemudian bernama [[Kesultanan Deli|Deli]])..
 
Dan pada masa Prabu Hayam Wuruk mempunyai armada Kapal perang yang sangat besar dan sangat banyak jumlah armadanya hingga ratusan yang dipimpin oleh Mpu Nala dan Pangkalan armada angkatan lautnya ditempatkan di beberapa tempat seperti Tumasik (singapura), perairan selatan malaka /pasai, perairan Tuban, perairan Kalimantan, perairan laut cina selatan dan perairan Maluku.
 
Pada tahun [[1364]], Mahapatih Gajah Mada meninggal dan posisi Mahapatih langsung di pegang Prabu Hayam Wuruk dan dibantu Menteri Seniornya bernama Mpu Nala. Pasca wafatnya Mahapatih Gajah Mada tidak ada ketimpangan dalam pemerintahan dan tugas Mahapatih dipegang langsung oleh Prabu Hayam Wuruk beberapa tahun kemudian diangkat Mahapatih baru bernama Gajah Enggon.
 
Pada tahun [[1372]], Ratu Tribhuwana Tunggadewi, ibundanya meninggal. Ini adalah pukulan berat bagi Hayam Wuruk, karna beliau amat sangat menyayangi Ibundanya dan Prabu Hayam Wuruk mendirikan candi khusus untuk makan Ibunda Beliau.
 
Pada tahun [[1377]], Prabu Hayam Wuruk kembali menaklukan [[Suvarnabhumi]]/Dharmasraya (sekarang [[Sumatra]]), karena pelanggaran yang dilakukan penguasanya saat itu yang ingin bergabung dengan Kekaisaran Mongolia . Beliau merebut Suvarnabhumi karna ingin menjadi Sekutu Kekaisaran Mongol dan hal ini tidak dapat ditolelir Prabu Hayam Wuruk langsung mengirim pasukan besar yang dipimpin Mpu Nala untuk menghadapinya, dapat pertempuran dahsyat ini dimenangkan telak oleh Majapahit dan pasukan Mongol tidak tersisa. Kemudian Majapahit memasuki era damai dengan menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangganya.
 
== Akhir hayat ==
[[File:Candi Ngetos B.JPG|thumb|180px||[[Candi Ngetos]] terletak di Desa Ngetos, Kecamatan [[Ngetos, Nganjuk|Ngetos]], sekitar 17 kilometer arah selatan kota [[Nganjuk]].]]
Tahun [[1389]], Prabu Hayam Wuruk meninggal dengan dua anak:, [[Kusumawardhani]] (yangputri bersuamidari [[Wikramawardhana]])Sri Sudewi, sertadan [[Bhre Wirabhumi|Wirabhumi]] yang merupakan anak dari selirnya.istri Namunke-2 yang menjadi pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya, [[Wikramawardhana]]nya.
 
Yang menjadi pengganti Prabu Hayam Wuruk adalah anak pertama Beliau Kusumumawarhani menjadi Maharani ke 5 yang dibantu suaminya yaitu Wikramawardhana,
Kemudian, Prabu Hayam Wuruk di dharmakan di [[Candi Ngetos]], [[Nganjuk]], [[Jawa Timur]].
 
== Perang Bubat ==
{{Main|Perang Bubat}}
MeskiMeskipun pada akhirnya Prabu Hayam Wuruk menikahi PadukaSri SoriSudewi, namun sebelumnya terdapat sebuah kisah asmara antara Prabu Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit dengan [[Dyah Pitaloka Citraresmi|Dyah Pitaloka]] dari Kerajaan Sunda. Dimanadi mana pada akhirnya pada tahun 1357 memunculkan peristiwa Perang Bubat yang penyebabnya masih menjadi perdebatan. Terdapat 3 penyebab terjadinya perang Bubat yaitu :
 
=== Versi Pertamapertama ===
Menurut seorang Arkeolog bernama Agus Aris Munandar yang menafsirkan dari kisah ''Panji Angreni (1801)'' menyatakan bahwa [[Gajah Mada]] setuju dengan pernikahan tersebut sebagai upaya menyatukan Majapahit & Sunda.
 
Namun ayahanda Hayam Wuruk yang bernama Krtawarddhana (suami dari Tribhuwanatunggadewi) berkeberatan dengan pernikahan tersebut, terlebih Hayam Wuruk telah dijodohkan dengan Indudewi, anak Rajadewi Maharajasa (adik dari Tribhuwana) yang bekedudukan di Daha (Kediri). Sehingga Krtawarddhana memerintahkan Gajah Mada untuk membatalkan pernikahan tersebut.<ref>{{Cite web|date=2015-05-22|title=Drama Bubat dan Panas-Dingin Hubungan Majapahit-Sunda|url=https://historia.id/kuno/articles/drama-bubat-dan-panas-dingin-hubungan-majapahit-sunda-DnE7B|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2021-12-19|archive-date=2021-12-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20211219041629/https://historia.id/kuno/articles/drama-bubat-dan-panas-dingin-hubungan-majapahit-sunda-DnE7B|dead-url=yes}}</ref>.
 
=== Versi kedua ===
 
* Dyah Pitaloka itu sebenarnya masih saudara sedarah dengan Hayam Wuruk. Menurut ''[[Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara|Pustaka Rajyarajya]]'' yang merupakan bagian dari [[Naskah Wangsakerta]]'','' Kakek Hayam Wuruk yaitu [[Raden Wijaya]] (penerus tahta kerajaan Sunda ke-26) adalah putra Rakyan Jayadarma yang menikah dengan [[Dyah Lembu Tal]]
* Rakyan Jayadarma adalah putra mahkota kerajaan PakuanSunda dari Prabu Guru [[Darmasiksa]].
* Rakyan Jayadarma mati diracun oleh saudara kandungnya sendiri untuk merebut tampuk kekuasaan.
* Kemudian Dyah Lembu Tal membawa [[Raden Wijaya]] ke [[Jawa Timur]]
Baris 83 ⟶ 95:
* Karena merasa dipermalukan maka rombongan kerajaan Sunda menyerang Majapahit demi kehormatan.
 
=== '''Versi Ketiga'''ketiga ===
Tahun [[1351]], Hayam Wuruk hendak menikahi puteri Raja [[Kerajaan Galuh|Galuh]]/Pajajaran (di Jawa Barat), ''[[Dyah Pitaloka Citraresmi]]''. Pajajaran setuju asal bukan maksud Majapahit untuk merebut kerajaan Galuh. Ketika dalam perjalanan menuju upacara pernikahan, Gajah Mada mendesak kerajaan Galuh untuk menyerahkan puteri sebagai upeti dan tunduk kepada Majapahit. Kerajaan Galuh menolak, akhirnya pecah pertempuran, [[Perang Bubat]]. Dalam peristiwa menyedihkan ini seluruh rombongan kerajaan Galuh tewas, dan dalam beberapa tahun Galuh menjadi wilayah Majapahit.<ref>{{butuhCite rujukanweb|title=Perang Bubat, Tragedi Kisah Cinta Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka|url=https://daerah.sindonews.com/read/538896/29/perang-bubat-tragedi-kisah-cinta-hayam-wuruk-dan-dyah-pitaloka-1631477396|website=SINDOnews Daerah|language=id-ID|access-date=2024-01-14}}</ref>
 
== Pergantian Patih ==
Pada tahun [[1364]], Mahapatih Gajah Mada meninggal tanpa keterangan jelas mengenai penyebabnya.
 
Tahun 1367 Hayam Wuruk mengangkat Gajah Enggon sebagai patih.
 
== Kematian ==
Tahun 1372, ibundanya meninggal. Ini adalah pukulan berat baginya.
 
Tahun 1377 kembali menundukkan Swarnabhumi karena pelanggaran yang dilakukan penguasanya. Setelah ini, Majapahit memasuki era damai dengan menjalin hubungan baik dengan negara tetangganya.
 
Tahun 1389 Hayam Wuruk mangkat dan dimakamkan di Tajung. Ia digantikan oleh menantunya Wikramawardhana.
 
== Sastra ==
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, kitab ''[[Kakawin Sutasoma]]'' (yangdimana memuatbeliau menciptakan semboyan ''[[Bhinneka Tunggal Ika]] tan Hana Dharma Mangrwa, dan pancasila'') digubahdicatat dalam olehkaryanya [[Mpu Tantular]], dan kitab ''[[Kakawin Nagarakretagama|Nagarakretagama]]'' digubah oleh [[Mpu Prapanca]] pada tahun [[1365]].
 
== Suksesor ==
Tahun [[1389]], Hayam Wuruk meninggal dengan dua anak: [[Kusumawardhani]] (yang bersuami [[Wikramawardhana]]), serta [[Bhre Wirabhumi|Wirabhumi]] yang merupakan anak dari selirnya. Namun yang menjadi pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya, [[Wikramawardhana]].
 
== Kepustakaan ==
Baris 121 ⟶ 118:
 
{{kotak mulai}}
{{kotak suksesi|jabatan=Raja Majapahit|tahun=1350—1389|pendahulu=[[Tribhuwana Wijayatunggadewi]]|pengganti=[[Wikramawardhana]Kusumawardhani]}}
{{kotak selesai}}
{{lifetime|1334|1389|}}