Saur Sepuh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tarusbawa (bicara | kontrib)
Tokoh: Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(124 revisi perantara oleh 64 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{disambiginfo|Saur Sepuh (disambiguasi)}}
'''Saur Sepuh''' adalah sebuah cerita yang di kisahkan melalui media [[radio]]. Saur Sepuh mengambil tema pada masa pemerintahan Raja [[Hayam Wuruk]] di [[Majapahit]].
 
[[Berkas:Brama Kumbara Saur Sepuh Radio.jpg|jmpl|225px|ka|Poster [[sandiwara radio]] ''Saur Sepuh'' tahun 1980 yang menggambarkan [[Ferry Fadly]] sebagai Prabu [[Brama Kumbara]].]]
Ceritanya berpusat pada Brama Kumbara, seorang pewaris tahta kerajaan Madangkara yang pada awal kisah diceritakan tengah dijajah oleh kerajaan Kuntala. Setelah kemudian Brama berhasil menumbangkan kekuasaan Kuntala dan memulihkan kedaulatan Madangkara, kisah berlanjut dengan permusuhan antara Brama dengan Gardika yang ingin mengembalikan kekuasaan Kuntala.
'''''Saur Sepuh''''' adalah judul sandiwara radio yang menjadi legenda terbesar dari [[sandiwara radio]] yang pernah ada di [[Indonesia]]. ''Saur Sepuh'' merupakan karya asli dari [[Niki Kosasih]] (almarhum) yang bercerita tentang perjalanan seorang pendekar sakti bernama Brama Kumbara yang kelak menjadi raja di salah satu kerajaan di wilayah selatan bernama Madangkara.
 
''Saur Sepuh'' disiarkan melalui media [[radio]] pada [[Dasawarsa]] 1980-an di [[Indonesia]], dengan mengambil latar pada masa pemerintahan raja [[Hayam Wuruk]] pada [[zaman kerajaan Hindu Buddha]] [[Majapahit]] di [[Nusantara]]. Serial ini mampu memukau jutaan pendengarnya di seluruh pelosok Nusantara. Hampir di tiap jam tertentu, masyarakat dengan saksama mendengarkan serial ini. Pada saat itu, radio adalah satu-satunya media hiburan rakyat yang masih langka, sehingga untuk mendengarkannya mesti secara beramai-ramai ke rumah tetangga yang memiliki [[radio]].
Dalam sebuah pertarungan dengan Gardika, Brama yang terluka parah oleh ajian serat jiwa milik Gardika diselamatkan oleh seekor burung Rajawali raksasa. Burung rajawali ini kemudian menjadi sahabat Brama. Rajawali bahkan kemudian menunjukkan kepada Brama di mana tersimpan kitab asli ajian Serat Jiwa, yang ternyata adalah milik kakek Astagina, kakek dari Brama. Secara tidak sadar, ilmu yang selama ini dipelajari oleh Brama dari Kakek Astagina (ajian Tapak Saketi, ajian Gelang Gelang, dan ajian Bayu Bajra) adalah bagian dari ajian Serat Jiwa. Brama berhasil menguasai ajian Serat Jiwa hingga ke tingkat paling tinggi (Tingkat 10).
 
Perusahaan [[farmasi]] [[Kalbe Farma]] sebagai produsen obat-obatan ternama menjadi mitra utama dari serial ini. Dengan durasi 30 menit dipotong iklan produk obat-obatan, serial ini mampu menghipnosis para pendengarnya untuk berhenti beraktivitas, dan berkonsentrasi untuk mendengarkannya. Sandiwara radio ''Saur Sepuh'' memiliki banyak episode, dalam setiap episode ada 60 seri. Semua disiarkan setiap hari oleh berbagai stasiun radio.
Permusuhan Brama dan Gardika akhirnya mencapai puncaknya ketika keduanya berduel mempertaruhkan antara hidup dan mati, berakhir dengan tewasnya Gardika di tangan Brama. Gardika yang sepanjang hidupnya banyak melakukan kejahatan digambarkan tubuhnya hancur menjadi [[tepung]].
 
== Tentang Kisah ini ==
Dalam perjalanannya, Gardika detemani oleh seorang bernama Kendala. Pada dasarnya Kendala adalah orang baik. Setelah Gardika tewas di tangan Brama, Kendala mendapat pengampunan dari Brama dan kemudian mengabdi kepada Madangkara.
 
Inilah kisah asli Saur Sepuh yang pernah ada diera 80-an. Sebuah kisah yang ditulis
Kisah kemudian dilanjutkan dengan perseteruan antara Brama dengan Panembahan Gunung Saba, pada bagian ini dikisahkan bahwa Ajian Serat jiwa yang sebelumnya dianggap sebagai ilmu tertinggi menemukan tandingannya yaitu ajian Waringin Sungsang. Brama yang hampir tewas setelah bertarung hidup mati dengan dua murid Panembahan Gunung Saba (Kijara dan Lugina) malah secara tidak sengaja mendapatkan ajian Lampah Lumpuh yang digambarkan tidak dapat dikalahkan. Dalam perjalan cerita dikisahkan pula ada ajian Cipta Dewa yang merupakan olahan dari intisari dari ajian serat jiwa yang dikuasai oleh Lasmini,ilmu ini diperkirakan lebih hebat dari ajian lampah lumpuh milik Brama ,namun tidak pernah terbukti mengalahkan Brama secara langsung.Sampai akhir cerita ajian lampah lumpuh tidak terkalahkan, hanya 1 kali bertanding imbang dengan ilmu Ikatan Roh milik biksu Tibet.
oleh almarhum Niki Kosasih dan menjadi populer di telinga anak-anak
sampai orang tua di jaman itu.
 
'''Kisah kisah ''Saur Sepuh'':'''
 
# Darah Biru (Episode 1)
# Perjalanan Berdarah (Episode 2)
# Singgasana Berdarah (Episode 3)
# Banjir Darah di Bubat (Episode 4)
#Sastrawan Jamparing (Episode 5)
#Satria Madangkara (Episode 6)
# Darah Putra Sanggam (Episode 7)
# Pesanggrahan Keramat (Episode 8)
# Kembang Gunung Lawu (Episode 9)
#Telaga Rena Maha Wijaya (Episode 10)
# Mutiara Dari Timur (Episode 11)
# Air Mata Di Madangkara (Episode 12)
#Sengketa Tanah Leluhur (Episode 13)
# Memburu Harta dan Singgasana (Episode 14)
#Titisan Darah Biru (Episode 15)
# Istana Atap Langit (Episode 16)
# Langit Membara Di Bumi Jamparing (Episode 17)
# Di atas Langit Ada Langit (Episode 18)
#Perawan Bukit Lejar (Episode 19)
# Sepasang Walet Putih (Episode 20)
 
== Tokoh ==
* Brama Kumbara (suara diisi oleh [[Ferry Fadly|Ferry Fadly]]): Raja Madangkara, kakak dari gusti putri Dewi Mantili, Beristrikan Dewi Harnum, Pramitha. Murid dari Ki Astagina. Brama Kumbara memiliki ajian gelang-gelang, Serat Jiwa, Ilmu Lampah Lumpuh, dan Ilmu Cipta Dewi. Brama Kumbara Diperankan oleh Fendi pradana.
* Mantili (suara diisi oleh [[Elly Ermawati]]): Adik dari Brama Kumbara, mempunyai pedang setan dan pedang perak. Pedang setan akan mengeluarkan asap beracun sementara pedang perak mampu membutakan mata. Mantili mempunyai musuh bebuyutan yaitu Lasmini, wanita sundal yang mengumbar cinta dimana-mana.
* Dewi Harnum: (suara diisi oleh Ade Julia):Istri pertama Brama Kumbara
* Paramita (suara diisi oleh [[Maria Oentoe]]): Istri kedua Brama Kumbara
* Raden Samba (suara diisi oleh [[Edy Dhosa]])
* Lasmini (suara diisi oleh [[Ivonne Rose]]): Perempuan penggoda, yang menebar cinta dimana-mana. Mempunyai Ilmu Cipta Dewa yang mampu mengalahkan Mantili dalam duel berdua. Lasmini menyimpan dendam membara pada Brama Kumbara karena cintanya yang tidak terbalaskan. Diperankan oleh [[Murti Sari Dewi]].
* Bongkeng (suara diisi oleh [[Bahar Mario]])
* Merit (suara diisi [[Mario Kulon]])
* Patih Gotawa (suara diisi oleh [[Petrus C. Urspon]]): Suami Mantili
* Raden Bentar (suara diisi oleh [[Petrus C.Urspon)]]: Putra Senopati Sadeng dan Dewi Pramitha sekaligus anak tiri dari Brama Kumbara. Raden Bentar merupakan generasi kedua Saur sepuh setelah Brama Kumbara dan Mantili bertapa di suatu tempat.
* Garnis Waningyun (suara diisi oleh [[Anna Sambayon pernah juga Novia Kolopaking]]): Kakak kandung Raden Bentar. Kelak ia bahu membahu dengan raden Bentar untuk mempertahankan Madangkara dari gerogotan orang-orang Kuntala.
* Raden Wanapati: Putra Mahkota Madangkara yang menggantikan Brama Kumbara. Dibawah kendali Wanapati, Madangkara banyak bergejolak, ketidakpuasan akan kepemimpinan kaum muda yang emosional ditentang oleh kaum-kaum tua yang telah berjasa pada Madangkara.
* Raden Paksi Jaladara (suara diisi oleh [[Bambang Jeger]]): Putra dari Mantili dan Patih Gotawa
* Dewi Anjani (suara diisi oleh [[Novia Kolopaking]]): Anak Lasmini. Mempunyai wajah yang amat mirip dengan Lasmini. Raden Bentar yang cinta mati dengan Lasmini (tapi ditentang Mantili) akhirnya tertarik juga dengan Dewi Anjani. Dalam menjalin cinta Raden Bentar - Dewi Anjani, ada pihak ketiga yaitu sekar kedaton Madangkara Dewi Rara Amiati.
Brama pernah mencintai seorang wanita. Kisah cinta ini muncul dalam episode berjudul Bara di Bumi Ankara, dimana dalam perjalanannya di [[Ankara]], Brama jatuh cinta pada seorang putri raja bernama Putri Dori. Cinta pertamanya itu terbunuh dalam sebuah pertempuran. Sosok Brama yang gagah, tampan, dan karismatik banyak menarik perhatian wanita, termasuk Lasmini yang pada akhirnya menjadi musuh bebuyutannya. Brama bertemu dengan Dewi Harnum, wanita muda belia yang cantik jelita, bangsawan Kerajaan Niskala dan juga pendekar wanita yang sangat mencintainya, tetapi Brama saat itu hanya menganggap Dewi Harnum seperti adik baginya. Dewi Harnum hampir selalu menjadi pendamping Brama dalam perjalanannya. Dia juga yang menjadi satu-satunya saksi pertarungan dahsyat Ajian Serat Jiwa tingkat 10 melawan Ajian Serat Jiwa tingkat 10 antara Brama dengan Gardika (musuh bebuyutan Brama).
 
Kemudian Brama dan Harnum dalam pengembaraannya mengejar Gardika dan Kendala, bertemu dengan Dewi Paramita, seorang janda beranak 2 (Raden Bentar dan Garnis) yang juga menaruh hati kepada Brama Kumbara. Harnum kemudian bersahabat erat dengan Paramita. Kelembutan, keanggunan, kematangan, kedewasaan dan sifat keibuan Dewi Pramitha membuat Brama jatuh hati pada Pramitha. Karena persahabatan yang erat antara Paramitha - Harnum dan mengetahui bahwa sahabatnya juga mencintai orang yang dicintainya, maka ketika Paramitha dilamar oleh Brama, Pramithalah yang mensyaratkan agar Brama juga menikahi Harnum.
* Brama Kumbara (suara diisi oleh [[Ferry Fadly]])
=== Mantili ===
* Mantili (suara diisi oleh [[Elly Ermawati]])
Sebenarnya cinta sejati Mantili adalah Raden Samba. Namun karena sifat Mantili yang keras, mereka sering bertengkar dan pada akhirnya Mantili malah menikah dengan Patih Gutawa. Raden Samba yang kemudian menikah dengan wanita lain ternyata masih menyimpan hati kepada Mantili, akibatnya pernikahannya jadi tidak harmonis.
* Dewi Harnum
* Paramita (suara diisi oleh [[Maria Oentoe]])
* Raden Samba
* Lasmini (suara diisi oleh [[Ivonne Rose]])
* Bongkeng (suara diisi oleh Bahar Mario)
* Merit (Mario Kulon)
* Patih Gotawa (Petrus Urspon)
 
Di kemudian hari, putra Raden Samba datang ke Madangkara mencari Mantili untuk membalas dendam karena menganggap Mantili sebagai penyebab ketidakharmonisan keluarganya.
== Kisah Cinta ==
 
== ''Saur Sepuh'' di layar lebar ==
=== Brama Kumbara ===
 
Setelah sandiwara radionya sukses dan menjadi populer secara nasional, ''Saur Sepuh'' merambah ke layar lebar pada tahun 1988. Bekerjasama dengan [[Kanta Indah Film]], [[Kalbe Farma]] turut mendanai pembuatan film ''Saur Sepuh'' yang disutradarai oleh [[sutradara]] ternama [[Imam Tantowi]]. ''Saur Sepuh'' akhirnya dirilis di film layar lebar secara nasional pada tahun 1988, dan setelah sukses besarnya juga diikuti oleh empat film sekuelnya dalam sebuah [[waralaba]]. Lima film serial ''Saur Sepuh'' tersebut yaitu:
Brama pernah mencintai seorang wanita. Kisah cinta ini muncul dalam episode berjudul '''Bara di Bumi Ankara''', dimana dalam perjalanannya di [[Ankara]], Brama jatuh cinta dengan seorang putri raja bernama Putri Doria.Cinta pertamanya itu terbunuh dalam sebuah pertempuran. Sosok Brama yang gagah, tampan, dan karismatik banyak menarik perhatian wanita, termasuk Lasmini yang pada akhirnya menjadi musuh bebuyutannya. Di antaranya yang akhirnya berhasil mengambil hatinya adalah sosok Dewi Harnum. Dewi Harnum hampir selalu menjadi pendamping Brama dalam perjalanannya. Dia juga yang menjadi satu-satunya saksi pertarungan dahsyat Ajian Serat Jiwa tingkat 10 melawan Ajian Serat Jiwa tingkat 10 antara Brama dengan Gardika (musuh bebuyutan Brama).
 
* '''''[[Saur Sepuh (Satria Madangkara)|Saur Sepuh: Satria Madangkara]]''''' (1988)
Namun kemudian Brama dan Harnum bertemu dengan Paramita, seorang janda beranak 2 (Raden Bentar dan Garnis) yang juga menaruh hati kepada Brama Kumbara. Harnum kemudian bersahabat erat dengan Paramita. Dan ketika Brama kemudian menyunting Harnum, Harnum setuju dengan satu syarat jika Brama juga menyunting Paramita.
Film ''Saur Sepuh: Satria Madangkara'' terjadi pada latar zaman kerajaan [[Majapahit]]. Film ini dirilis tahun 1988, dengan disutradarai oleh [[Imam Tantowi]] dan dibintangi oleh [[Fendy Pradana]] sebagai Brama Kumbara, [[Elly Ermawatie]] (yang juga mengisi suara Mantili dalam versi sandiwara radionya) sebagai Mantili, dan [[Murti Sari Dewi]] sebagai Lasmini.
 
Bibit konflik dan peperangan mulai tumbuh di bumi Kerajaan Majapahit setelah [[Bhre Wirabhumi]] mendirikan Kerajaan Pamotan dan bertekad untuk merebut tahta kerajaan besar yang menjadi besar di bawah kepemimpinan ayahnya, Prabu [[Hayam Wuruk]], dari tangan [[Wikramawardhana]], menantu ayahnya tersebut. Dalam kekacauan tersebut, kekasih Lasmini, seorang hulubalang dari Kerajaan Pamotan, tewas di tangan Brama Kumbara karena telah membunuh utusan dari Kerajaan Madangkara yang berniat mendamaikan pertikaian Kerajaan Pamotan dan Majapahit. Lasmini tidak terima atas kematian kekasihnya tersebut sehingga menuntut balas pada Brama Kumbara, seorang satria gagah berani dan bersahaja dari Kerajaan Madangkara yang menjadi buah bibir di warga Madangkara. Akan tetapi ketika berhadapan dengan Brama Kumbara, Lasmini menjadi terpikat dan jatuh hati pada Brama, tetapi dia juga menjadi muak pada Mantili, adik kesayangan Brama. Kisah ini menjadi awal mula kisah cinta tragis dalam serial ''Saur Sepuh'', dimana cinta Lasmini pada Brama tidak terbalas dan menjadi musuh bebuyutan Mantili.
=== Mantili ===
 
* '''''[[Saur Sepuh II|Saur Sepuh II: Pesanggrahan Keramat]]''''' (1989)
Setelah sukses lewat ''Satria Madangkara'', [[Kanta Indah Film]] kembali memproduksi sekuel dari film pertamanya dengan judul ''Pesanggrahan Keramat''. Film yang dirilis tahun [[1989]] ini kembali disutradarai oleh [[Imam Tantowi]] dan masih menggunakan pemeran-pemeran yang sama dengan ''Satria Madangkara''.
 
Dalam ''Pesanggrahan Keramat'', [[makam]] dari guru Brama Kumbara dibakar dan dirusak oleh komplotan yang dipimpin Ki Jara dan Ki Lugina yang di dukung oleh Karti, seorang saudagar dari Kuntala. Brama menjadi murka dan menuntut balas pada orang-orang yang telah membakar makam gurunya. Film ini menggambarkan adegan-adegannya secara sesuai dengan yang diceritakan dalam versi sandiwara radionya. Antara lain dalam adegan dimana Brama dilempar pisau, tetapi tiba-tiba menghilang dan muncul di belakang orang yang hendak membunuhnya.
 
* '''''[[Saur Sepuh III|Saur Sepuh III: Kembang Gunung Lawu]]''''' (1990)
Setelah sukses kedua kalinya lewat ''Pesanggrahan Keramat'', [[Kanta Indah Film]] kembali memproduksi ''Kembang Gunung Lawu'' sebagai bagian waralaba ''Saur Sepuh''. ''Kembang Gunung Lawu'' dirilis tahun [[1990]] dan kembali disutradarai oleh [[Imam Tantowi]] dan masih menggunakan pemeran-pemeran yang sama dengan ''Satria Madangkara''. Film ini berkisah tentang latar belakang Lasmini, salah satu tokoh utama dalam kisah cinta tragis ''Saur Sepuh'', yang dikenal dengan nama "''Kembang Gunung Lawu''" dengan perguruan "Anggrek Jingga"-nya.
 
Lasmini adalah istri dari seorang pedagang di Kawali yang diperkosa oleh anak buah suaminya dan kemudian dibuang ke jurang. Dalam keadaan sekarat, Lasmini mendapat pertolongan dari seorang nenek tua yang kelak akan menjadi gurunya.
Setelah berilmu, Lasmini kembali ke Kawali dan menuntut balas secara keji ke orang-orang yang telah memperkosa dan membuangnya. Tindakan Lasmini yang sewenang-wenang mengundang Mantili untuk ikut berduel, walaupun pada akhirnya kalah oleh kesaktian Lasmini. Dengan ajaran ajian Srigunting dari kakaknya, Prabu Brama Kumbara, Mantili kembali berduel dengan Lasmini. Dengan latar duel di pantai yang penuh dengan efek khusus yang memukau penonton kala itu, film ini banyak menarik penonton perfilman Indonesia kala itu.
Film Saur Sepuh 3 dengan tokoh sentral Lasmini.
 
* '''''[[Saur Sepuh IV|Saur Sepuh IV: Titisan Darah Biru]]''''' (1991)
Dirilis pada tahun 1991, ''Titisan Darah Biru'' menceritakan tentang generasi kedua dari Kerajaan Madangkara dengan tokoh utama Raden Wanapati, Raden Bentar, dan Garnis Waningyun. ''Titisan Darah Biru'' dibintangi oleh [[Agus Kuncoro]] sebagai Wanapati, [[Candy Satrio]] sebagai Bentar dan [[Devi permatasari]] sebagai Garnis Waningyun. Secara keseluruhan film ini dinilai mengalami kemajuan dibanding film-film pendahulunya dari segi penataan musiknya.
 
Cerita dalam ''Titisan Darah Biru'' cenderung lepas dari film-film pendahulunya. Film ini menceritakan tentang kepemimpinan Wanapati yang cenderung emosional sehingga banyak menghadapi tentangan dari kaum sesepuh kerajaan Madangkara. Sementara sang Prabu Brama Kumbara yang sedang bertapa hanya menjadi tokoh pembantu dalam film ini.
 
* '''''[[Saur Sepuh V|Saur Sepuh V: Istana Atap Langit]]''''' (1992)
Sebenarnya cinta sejati Mantili adalah Raden Samba. Namun karena sifat Mantili yang keras, mereka sering bertengkar dan pada akhirnya Mantili malah menikah dengan Patih Gotawa. Raden Samba yang kemudian menikah dengan wanita lain ternyata masih menyimpan hati kepada Mantili, akibatnya pernikahannya jadi tidak harmonis.
''Istana Atap Langit'' merupakan film terakhir dalam serial waralaba ''Saur Sepuh'' yang dirilis tahun [[1992]] dan disutradarai [[Torro Margens]]. Walaupun [[Imam Tantowi]] tidak kembali menyutradarai film ini, ''Istana Atap Langit'' dinilai sebagai bagian serial waralaba layar lebar ''Saur Sepuh'' yang terbagus dari segi kualitas, efek khusus, tata suara serta ilustrasi musik. Cerita dalam film ini juga lebih tepat dimasukkan ke dalam kisah sentral film ''Saur Sepuh'', karena kembali mengetengahkan kisah tiga tokoh utamanya, yaitu Prabu Brama Kumbara ([[Fendy Pradana]]), adiknya Mantili ([[Elly Ermawatie]]), dan Lasmini ([[Murti Sari Dewi]]).
 
[[Biksu]] Kampala dan Biksu Targhu, dua biksu pengelana dari negeri [[Tibet]] hadir di Kerajaan Madangkara untuk mengenal kerajaan yang kecil namun makmur bersahaja yang dipimpin Prabu Brama Kumbara tersebut. Namun kehadiran mereka justru dianggap sebagai musuh setelah Lasmini menyebarkan isu bahwa Kampala datang untuk membunuh Prabu Brama Kumbara. Isu Lasmini tersebut akhirnya menebar kekacauan dimana pun Biksu Kampala dan Biksu Targhu hadir.
Di kemudian, hari putra Raden Samba datang ke Madangkara mencari Mantili untuk membalas dendam karena menganggap Mantili sebagai penyebab ketidakharmonisan keluarganya.
Mantili menyadari niat buruk Lasmini yang mengail di air keruh dan membuat Mantili marah setelah utusannya, Kijara dan Lugina tewas di tangan Lasmini. Mantili akhirnya menyadari kekeliruannya dan kemudian meminta Brama Kumbara supaya turun tangan untuk menyelesaikan semuanya. Di akhir cerita, Raden Bentar dititipkan oleh Prabu Brama Kumbara ke dalam asuhan Biksu Kampala untuk mendalami ajaran [[Buddha]] di negeri Tibet.
 
== ''Saur Sepuh'' di Layarlayar Lebarkaca ==
* ''[[Saur Sepuh (sinetron 1993)|Saur Sepuh]]'' produksi PT Global Media Nusantara (1993-1994)
* ''[[Singgasana Brama Kumbara]]'' produksi [[Genta Buana Paramita|PT Menaragading Citraperkasa]] (1995)
* ''[[Brama Kumbara (sinetron 2005)|Brama Kumbara]]'' produksi [[Diwangkara Film]] (2005)
* ''[[Brama Kumbara]]'' produksi [[Genta Buana Paramita|PT Gentabuana Paramita]] (2013)
* ''[[Saur Sepuh the Series]]'' produksi [[SinemArt]] (2017)
 
== Galeri ==
Cerita Saur Sepuh juga pernah diangkat dalam film layar lebar yang disutradarai oleh [[Imam Tantowi]], [[sutradara]] asal [[Kota Tegal]]. Dengan pengembangan alur cerita yang begitu kompleks, Saur Sepuh diproduksi pada tahun 1987 (Saur Sepuh 1), 1988 (Saur Sepuh 2 dan 3), dan 1991 (Saur Sepuh 4)
<gallery>
Berkas:Brama_Mantili_Saur_Sepuh.jpg|Poster foto 1980 bertandatangan [[Ferry Fadly]] sebagai Brama Kumbara dan [[Elly Ermawatie]] sebagai Mantili
Berkas:Mantili_Saur_Sepuh.jpg|Poster 1980 dengan [[Elly Ermawatie]] berpose sebagai Mantili
</gallery>
 
[[Kategori:Fiksi Indonesia]]
{{fiksi-stub}}
[[Kategori:Sejarah Nusantara]]
[[Kategori:Kerajaan Majapahit]]