Negara berdaulat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20231209)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(14 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:United_Nations_MembersUnited_Nations_(Member States and Territories).svg|jmpl|300x300px|Negara-negara anggota [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] yang merupakan negara berdaulat, meskipun tidak semua negara-negara berdaulat tentu menjadi anggotanya.]]
'''Negara berdaulat''' dalam [[hukum internasional]] adalah [[Legal personality|kesatuan yuridis]] nonfisik yang diwakili oleh satu [[Centralized government|pemerintah terpusat]] yang memiliki [[kedaulatan]] atas wilayah geografis. [[Hukum internasional]] mendefinisikan negara-negara berdaulat sebagai kesatuan yang memiliki [[penduduk]] permanen, wilayah tetap, [[pemerintah]], dan kapasitas untuk masuk ke dalam [[Hubungan internasional|hubungan dengan negara-negara berdaulat]].<ref name="See the following">See the following:</ref> Hal ini juga dipahami bahwa negara berdaulat tidak bergantung pada atau memiliki kekuatan atau [[State (polity)|negara]] lain.<ref name="See the following"/>
</ref> Hal ini juga dipahami bahwa negara berdaulat tidak bergantung pada atau memiliki kekuatan atau [[State (polity)|negara]] lain.<ref>See the following:
</ref>
 
Keberadaan atau hilangnya suatu negara adalah [[Question of fact|persoalan kenyataan]].<ref name="Lalonde2002">{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=x7qEqVpq9poC|title=Determining boundaries in a conflicted world: the role of uti possidetis|last=Lalonde|first=Suzanne|publisher=McGill-Queen's Press - MQUP|year=2002|isbn=978-0-7735-2424-8|page=181|chapter=Notes to pages}}</ref> Sedangkan menurut teori deklaratif kenegaraan, sebuah negara berdaulat dapat ada tanpa harus diakui oleh negara-negara berdaulat, meskipun jika suatu negara berdiri tanpa pengakuan negara lain akan sering menemukan kesulitan untuk bertindak penuh dalam masalah kekuatan membuat perjanjian dan terlibat dalam [[Diplomasi|hubungan diplomatik]] dengan negara-negara berdaulat.
 
== Munculnya negara ==
Negara datang ke dalam keberadaan sebagai orang yang "secara bertahap dipindahkan kesetiaan mereka dari individu penguasa (raja, adipati, pangeran) untuk tidak berwujud tapi entitas teritorial politik negara".{{attribution needed|date=May 2017}}<ref>{{Cite book|title=Political Geography|last=Glassner|first=Martin Ira|last2=Fahrer|first2=Chuck|publisher=Wiley|year=2004|isbn=0-471-35266-7|edition=3rd|location=Hoboken|page=14}}</ref> Negara ini adalah salah satu dari beberapa pesanan politik yang muncul dari feodal Eropa, lainnya menjadi [[negara kota]], [[Konfederasi|liga]], dan [[kekaisaran]] dengan klaim universalis ke otoritas.<ref>{{Cite book|title=The Sovereign State and its Competitors: An Analysis of Systems Change|url=https://archive.org/details/sovereignstateit0000spru|last=Spruyt|first=H.|publisher=Princeton University Press|year=1994|isbn=0-691-03356-0|location=Princeton, NJ}}</ref>g
 
== Kedaulatan Westfalen ==
Kedaulatan ''Westfalen'' adalah konsep kedaulatan [[negara kebangsaan]] berdasarkan teritorial dan tidak adanya peran badan-badan eksternal di struktur dalam negeri. Ini adalah sebuah sistem internasional dari negara-negara, [[perusahaan multinasional]], dan organisasi-organisasi yang dimulai dengan [[Perdamaian Westfalen]] pada tahun 1648.
 
Kedaulatan adalah istilah yang sering disalahgunakan.<ref>{{Cite book|title=Sovereignty: Organised Hypocrisy|url=https://archive.org/details/sovereigntyorgan0000kras|last=Krasner|first=Stephen D.|publisher=Princeton University Press|year=1999|isbn=0-691-00711-X}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Núñez|first=Jorge Emilio|title=About the Impossibility of Absolute State Sovereignty|url=http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs11196-013-9333-x|journal=International Journal for the Semiotics of Law}}</ref> Sampai abad ke-19, konsep terradikal "standar-standar peradaban" secara rutin digunakan untuk menentukan bahwa beberapa bangsa di dunia "tidak beradab" dan memiliki masyarakat yang kurang terorganisir. Posisi itu tercermin dan didasari pada gagasan bahwa "kedaulatan" itu benar-benar kurang, atau setidaknya karakter inferior bila dibandingkan dengan orang-orang yang "beradab".<ref>{{Cite journal|last=Wilde|first=Ralph|year=2009|title=From Trusteeship to Self-Determination and Back Again: The Role of the Hague Regulations in the Evolution of International Trusteeship, and the Framework of Rights and Duties of Occupying Powers|journal=Loy. L.A. Int'l & Comp. L. Rev.|volume=31|pages=85–142 [p. 94]}}</ref> [[Lassa Oppenheim]] berkata, "Mungkin tidak ada konsepsi yang maknanya lebih kontroversial daripada kedaulatan. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa konsepsi ini, sejak awal diperkenalkan ke dalam ilmu politik sampai sekarang, tidak pernah memiliki makna yang disepakati secara universal."<ref>Lassa Oppenheim, International Law 66 (Sir Arnold D. McNair ed., 4th ed. 1928)</ref> Dalam pendapat [[H. V. Evatt]] dari [[High Court of Australia|Pengadilan Tinggi Australia]], "kedaulatan adalah bukan sebuah pertanyaan tentang fakta, maupun pertanyaan tentang hukum, tapi pertanyaan itu tidak muncul sama sekali."<ref>{{Cite book|title=International law and the protection of Namibia's territorial integrity|last=Akweenda|first=Sackey|publisher=Martinus Nijhoff Publishers|year=1997|isbn=90-411-0412-7|page=40|chapter=Sovereignty in cases of Mandated Territories}}</ref>
 
Kedaulatan telah diambil pada makna yang berbeda dengan pengembangan dari prinsip [[Self-determination|penentuan sendiri]] dan larangan terhadap ancaman atau penggunaan kekuatan sebagai norma-norma ''[[jus cogens]]'' [[hukum internasional]] modern. Dalam [[Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa|Piagam PBB]], [[Draft Declaration on Rights and Duties of States|Konsep Deklarasi mengenai Hak dan Kewajiban Negara]] dan piagam dari organisasi kedaerahan internasional mengungkapkan pandangan bahwa semua negara secara yuridis sama dan menikmati hak dan kewajiban yang sama berdasarkan fakta keberadaan mereka sebagai orang-orang di bawah hukum internasional.<ref>{{Cite web|url=http://www.oas.org/dil/treaties_A-41_Charter_of_the_Organization_of_American_States.htm#ch4|title=Chapter IV Fundamental Rights and Duties of States|website=Charter of the Organization of American States|publisher=Secretariat of The Organization of American States|access-date=21 November 2010}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://legal.un.org/ilc/texts/instruments/english/draft%20articles/2_1_1949.pdf|title=Draft Declaration on Rights and Duties of States|year=1949|publisher=UN Treaty Organization|access-date=21 November 2010}}</ref> Hak negara untuk menentukan status politik dan praktik kedaulatan permanen sendiri dalam batas-batas yurisdiksi teritorial mereka secara luas diakui.<ref>{{Cite web|url=http://www2.ohchr.org/english/law/resources.htm|title=General Assembly resolution 1803 (XVII) of 14 December 1962, "Permanent sovereignty over natural resources"|publisher=United Nations|access-date=21 November 2010|archive-date=2011-02-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20110218220818/http://www2.ohchr.org/english/law/resources.htm|dead-url=yes}}</ref><ref>Schwebel, Stephen M., The Story of the U.N.'s Declaration on Permanent Sovereignty over Natural Resources, 49 A.B.A. J. 463 (1963)</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.ohchr.org/EN/ProfessionalInterest/Pages/CCPR.aspx|title=International Covenant on Civil and Political Rights}}</ref>
 
Dalam ilmu politik, kedaulatan biasanya didefinisikan sebagai atribut yang paling penting dari negara dalam bentuk berdikari lengkap di dalam bingkai dari suatu wilayah tertentu, yaitu supremasi dalam kebijakan domestik dan kemerdekaan di luar negeri.<ref>Grinin L. E. Globalization and Sovereignty: Why do States Abandon their Sovereign Prerogatives? </ref>
 
Dinamakan berdasarkan Traktat Westfalen 1648, sistem kedaulatan negara Westfalen yang menurut Bryan Turner adalah "membuat pemisahan yang lebih atau kurang jelas antara agama dan negara, dan mengakui hak para pangeran 'untuk mengakui' negara, yaitu, untuk menentukan agama yang dianut kerajaan mereka dalam prinsip pragmatis [[cuius regio eius religio]]."<ref name="MariahSutt">{{Cite journal|last=Turner|first=Bryan|date=July 2007|title=Islam, Religious Revival and the Sovereign State|url=https://archive.org/details/sim_muslim-world_2007-07_97_3/page/405|journal=Muslim World|volume=97|issue=3|pages=405–418|access-date=26 October 2014}}<code style="color:inherit; border:inherit; padding:inherit;">&#x7C;accessdate=</code> requires <code style="color:inherit; border:inherit; padding:inherit;">&#x7C;url=</code> ([[Bantuan:CS1 errors#accessdate missing url|bantuan]])
Baris 59 ⟶ 57:
| last = Bell | first = Abraham | title = International Law and Gaza: The Assault on Israel's Right to Self-Defense
| work = Jerusalem Issue Brief, Vol. 7, No. 29 | publisher = Jerusalem Center for Public Affairs | date = 28 January 2008
| url = http://www.jcpa.org/brief/brief005-3.htm | accessdate = 2010-07-16}}</ref><ref>{{Cite press release|title=Address by Foreign Minister Livni to the 8th Herzliya Conference |publisher=Ministry of Foreign Affairs of Israel |date=22 January 2008 |url=http://www.mfa.gov.il/MFA/Government/Speeches+by+Israeli+leaders/2008/Address+by+FM+Livni+to+the+8th+Herzliya+Conference+22-Jan-2008.htm?DisplayMode=print |accessdate=2010-07-16 |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20111026025009/http://www.mfa.gov.il/MFA/Government/Speeches%2Bby%2BIsraeli%2Bleaders/2008/Address%2Bby%2BFM%2BLivni%2Bto%2Bthe%2B8th%2BHerzliya%2BConference%2B22-Jan-2008.htm?DisplayMode=print |archivedate=26 October 2011 |df= }}</ref><ref name="Salih">{{Cite web | last = Salih | first = Zak M. | title = Panelists Disagree Over Gaza’s Occupation Status | publisher = University of Virginia School of Law | date = 17 November 2005 | url = http://www.law.virginia.edu/html/news/2005_fall/gaza.htm | accessdate = 2010-07-16 | archive-date = 2016-03-03 | archive-url = https://web.archive.org/web/20160303200844/http://www.law.virginia.edu/html/news/2005_fall/gaza.htm | dead-url = yes }}</ref><ref name="Human Rights Watch">{{Cite web | title = Israel: 'Disengagement' Will Not End Gaza Occupation | publisher = Human Rights Watch | date = 29 October 2004 | url = https://www.hrw.org/english/docs/2004/10/29/isrlpa9577.htm | accessdate = 2010-07-16 | archive-date = 2008-11-01 | archive-url = https://web.archive.org/web/20081101210931/http://hrw.org/english/docs/2004/10/29/isrlpa9577.htm | dead-url = yes }}</ref> See also [[Israeli-occupied territories]].<br><ref name="Salih"/><ref name="Human Rights Watch"/><ref name="saeb">{{Cite news|author=Staff writers|title=Palestinians 'may declare state'|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/7254434.stm|newspaper=BBC News|publisher=British Broadcasting Corporation|date=20 February 2008|accessdate=2011-01-22}}:"Saeb Erekat, disagreed arguing that the Palestine Liberation Organisation had already declared independence in 1988. "Now we need real independence, not a declaration. We need real independence by ending the occupation. We are not Kosovo. We are under Israeli occupation and for independence we need to acquire independence".</ref><ref>{{Cite web
| date = 29 October 2004 | url = https://www.hrw.org/english/docs/2004/10/29/isrlpa9577.htm | accessdate = 2010-07-16}}</ref> See also [[Israeli-occupied territories]].<br><ref name="saeb">{{Cite news|author=Staff writers|title=Palestinians 'may declare state'|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/7254434.stm|newspaper=BBC News|publisher=British Broadcasting Corporation|date=20 February 2008|accessdate=2011-01-22}}:"Saeb Erekat, disagreed arguing that the Palestine Liberation Organisation had already declared independence in 1988. "Now we need real independence, not a declaration. We need real independence by ending the occupation. We are not Kosovo. We are under Israeli occupation and for independence we need to acquire independence".</ref><ref>{{Cite web
| last = Gold | first = Dore |author2=Institute for Contemporary Affairs | title = Legal Acrobatics: The Palestinian Claim that Gaza is Still "Occupied" Even After Israel Withdraws | work = Jerusalem Issue Brief, Vol. 5, No. 3 | publisher = Jerusalem Center for Public Affairs | date = 26 August 2005 | url = http://www.jcpa.org/brief/brief005-3.htm | accessdate = 2010-07-16}}</ref><ref>{{Cite web | last = Bell | first = Abraham | title = International Law and Gaza: The Assault on Israel's Right to Self-Defense | work = Jerusalem Issue Brief, Vol. 7, No. 29 | publisher = Jerusalem Center for Public Affairs | date = 28 January 2008 | url = http://www.jcpa.org/brief/brief005-3.htm | accessdate = 2010-07-16}}</ref><ref>{{Cite press release
|title=Address by Foreign Minister Livni to the 8th Herzliya Conference
Baris 71 ⟶ 68:
|archivedate=26 October 2011
|df=
}}</ref><ref>{{Cite web | last = Salih | first = Zak M. | title = Panelists Disagree Over Gaza’s Occupation Status | publisher = University of Virginia School of Law | date = 17 November 2005 | url = http://www.law.virginia.edu/html/news/2005_fall/gaza.htm | accessdate = 2010-07-16 | archive-date = 2016-03-03 | archive-url = https://web.archive.org/web/20160303200844/http://www.law.virginia.edu/html/news/2005_fall/gaza.htm | dead-url = yes }}</ref><ref>{{Cite web | title = Israel: 'Disengagement' Will Not End Gaza Occupation | publisher = Human Rights Watch | date = 29 October 2004 | url = https://www.hrw.org/english/docs/2004/10/29/isrlpa9577.htm | accessdate = 2010-07-16}}</ref> |name="israel"}} Kesatuan lain mungkin memiliki kontrol ''de facto'' atas suatu wilayah tetapi tidak memiliki pengakuan internasional; ini mungkin dianggap oleh [[masyarakat internasional]] untuk menjadi hanya negara ''de facto''. Mereka dianggap ''secara de jure'' negara hanya sesuai dengan hukum mereka sendiri dan oleh negara-negara yang mengenali mereka. Misalnya, [[Somaliland]] ini umumnya dianggap sebagai keadaan seperti itu.<ref>{{Cite journal|last=Arieff|first=Alexis|year=2008|title=De facto Statehood? The Strange Case of Somaliland|url=http://yalejournal.org/wp-content/uploads/2011/01/083206arieff.pdf|journal=Yale Journal of International Affairs|volume=3|pages=60–79|access-date=2010-01-04|archive-date=2011-12-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20111213214545/http://yalejournal.org/wp-content/uploads/2011/01/083206arieff.pdf|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://foreignpolicy.com/story/cms.php?story_id=3903|title=The List: Six Reasons You May Need A New Atlas Soon|date=July 2007|publisher=Foreign Policy Magazine|access-date=2010-01-04}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.unpo.org/content/view/8418/244/|title=Overview of De-facto States|date=July 2008|publisher=[[Unrepresented Nations and Peoples Organization]]|access-date=2010-01-04}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Wiren, Robert|first=Alexis|date=April 2008|year=2008|title=France recognises de facto Somaliland|url=http://www.lesnouvelles.org/P10_magazine/15_grandentretien/15055_mahamudsalahnur_eng.html|journal=Yale Journal of International Affairs|publisher=Les Nouvelles d'Addis Magazine|volume=3|pages=60–79|access-date=2010-01-04|archive-date=2018-08-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20180825054320/http://www.lesnouvelles.org/P10_magazine/15_grandentretien/15055_mahamudsalahnur_eng.html|dead-url=yes}} CS1 maint: Date and year ([[:Kategori:CS1 maint: Date and year|link]])</ref> Untuk daftar kesatuan yang ingin secara universal diakui sebagai negara berdaulat, tetapi tidak memiliki [[Diplomatic recognition|pengakuan diplomatik]] lengkap seluruh dunia, lihat [[daftar negara dengan pengakuan terbatas]].
 
== Hubungan antara negara dan pemerintah ==
Meskipun istilah "negara" dan "pemerintah" sering digunakan secara bergantian,<ref>{{Cite web|url=http://www.edwardheath.net/wp-content/uploads/2013/08/State_and_Government.pdf|title=The Distinction Between State and Government|last=Robinson|first=E. H.|date=April 2008|year=2013|publisher=Les Nouvelles d'Addis Magazine|pages=556–566|access-date=2010-01-04|archive-date=2013-11-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20131102130436/http://www.edwardheath.net/wp-content/uploads/2013/08/State_and_Government.pdf|dead-url=yes}}</ref> hukum internasional membedakan antara negara nonfisik dan pemerintahnya; dan pada kenyataannya, konsep "[[Pemerintahan dalam pengasingan|pemerintah dalam pengasingan]]" didasarkan atas perbedaan itu.<ref name="Crawford, J. 2006">{{cite book|title=The Creation of States in International Law|last=Crawford|first=J.|publisher=Clarendon Press|year=2006|isbn=0-19-826002-4|edition=2nd|location=Oxford}}</ref> Negara adalah kesatuan yuridis nonfisik, dan bukan organisasi apapun.<ref>{{Cite journal|last=Robinson|first=Edward Heath|year=2010|title=An Ontological Analysis of States: Organizations vs. Legal Persons|url=http://www.edwardheath.net/wp-content/uploads/2013/01/States_v_Legal_Persons.pdf|journal=Applied Ontology|volume=5|pages=109–125|access-date=2017-07-10|archive-date=2015-09-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20150923234006/http://www.edwardheath.net/wp-content/uploads/2013/01/States_v_Legal_Persons.pdf|dead-url=yes}}</ref> Namun, biasanya, hanya pemerintah suatu negara dapat mewajibkan atau mengikat negara, misalnya dengan perjanjian.
 
== Punahnya negara ==
Baris 80 ⟶ 77:
 
== Ontologi status negara ==
[[Ontologi]] status negara telah menjadi materi perdebatan,<ref>{{Cite journal|last=Ringmar|first=Erik|date=1996|title=On the ontological status of the state|url=https://www.cambridge.org/core/journals/international-organization/article/state-death-in-the-international-system/293E2E30C054DEE72899DAAA643B61AD|journal=European Journal of International Relations|volume=2|issue=4|pages=311–344|doi=10.1177/1354066196002004002|issn=1531-5088}}</ref> secara khusus, apakah atau tidak negara, menjadi sebuah benda yang tidak ada yang bisa lihat, rasa, sentuhan, atau jika tidak, mendeteksi<ref>A. James (1986). </ref> yang benar-benar ada.
 
=== Negara sebagai "abstrak kuasi" ===
Telah dikemukakan bahwa salah satu potensi alasan mengapa keberadaan negara telah menjadi kontroversi adalah karena negara tidak memiliki tempat dalam dualitas tradisional Platonis yang konkret maupun yang abstrak.<ref name="dl.dropboxusercontent.com">{{cite journal|last=Robinson|first=Edward H.|date=2014|title=A documentary theory of states and their existence as quasi-abstract entities|url=https://dl.dropboxusercontent.com/u/46395762/My%20Articles/Documentary%20Theory%20of%20States.pdf|journal=Geopolitics|volume=19|issue=3|pages=1–29|doi=10.1080/14650045.2014.913027|accessdate=16 September 2014|archive-date=2016-03-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20160303213829/https://dl.dropboxusercontent.com/u/46395762/My%20Articles/Documentary%20Theory%20of%20States.pdf|dead-url=yes}}</ref> Berdasarkan karakteristiknya, objek konkret adalah mereka yang memiliki posisi dalam ruang dan waktu yang menyatakan tidak memiliki (meskipun wilayah mereka memiliki posisi spasial, tapi negara-negara yang berbeda dari wilayah mereka), dan benda-benda abstrak memiliki posisi bukan dalam waktu maupun ruang yang tidak sesuai dengan karakteristiknegara seharusnya, karena negara-negara memiliki posisi temporal (mereka dapat dibuat pada waktu-waktu tertentu dan kemudian menjadi punah di masa depan). Juga, benda-benda abstrak berdasarkan karakteristiknya benar-benar nonkausal, yang juga bukan merupakan ciri khas dari negara-negara karena negara-negara dapat bertindak di dunia dan dapat menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu (meskipun hanya dengan tindakan yang diambil atas nama mereka melalui perwakilan).<ref>{{Cite journal|last=Robinson|first=Edward H.|date=2011|title=A theory of social agentivity and its integration into the descriptive ontology for linguistic and cognitive engineering|url=http://www.edwardheath.net/wp-content/uploads/2013/01/Social_Agentivity.pdf|journal=[[International Journal on Semantic Web and Information Systems]]|volume=7|issue=4|pages=62–86|doi=10.4018/jswis.2011100103|access-date=16 September 2014|archive-date=2017-08-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20170810075924/http://www.edwardheath.net/wp-content/uploads/2013/01/Social_Agentivity.pdf|dead-url=yes}}</ref> Oleh karena itu, telah ada pendapat bahwa negara-negara yang termasuk ke dalam kategori ketiga, abstrak kuasi yang baru-baru ini telah mulai mengumpulkan perhatian filosofis, terutama di daerah [[Documentality|dokumenter]], teori ontologi berusaha untuk memahami peran dari dokumen dalam memahami semua realitas sosial. Objek abstrak kuasi, seperti negara, dapat diwujudkan melalui tindakan dokumen dan juga dapat digunakan untuk menggerakkan mereka, seperti dengan mengikat mereka dengan perjanjian atau menyerahkan mereka sebagai hasil dari perang.
 
Para sarjana hubungan internasional dapat dipecah menjadi dua praktik berbeda, realis dan kaum pluralis, dari apa yang mereka percaya terhadap ontologi negara dari negara tersebut. Realis percaya bahwa dunia adalah satu-satunya negara dan hubungan antarnegara dan identitas negara didefinisikan sebelum hubungan internasional dengan negara-negara lain. Di sisi lain, kaum pluralis percaya bahwa negara bukan satu-satunya aktor dalam hubungan internasional dan interaksi antara negara dan negara bersaing melawan banyak aktor-aktor lain.<ref name="MariahSutt2">{{Cite journal|last=Ringmar|first=Erik|date=1996|title=On the Ontological Status of the State|journal=European Journal of International Relations|volume=10|issue=2}}</ref>
 
=== Negara sebagai "kesatuan spiritual" ===
Teori lain dari ontologi negara adalah bahwa negara adalah kesatuan spiritual<ref name="Fundamentals71">Fundamentals of Government, pg. 71,</ref> atau "mistik" dengan menjadi sendiri, yang berbeda dari anggota negara. Filsuf [[Idealisme|Idealis]] Jerman, [[Georg Wilhelm Friedrich Hegel|Georg Hegel]] (1770-1831) kemungkinan menjadi pendukung terbesar teori ini. Defini negara menurut Hegelian adalah "Ide Ilahi seperti yang ada di [[Bumi]]".<ref>Fundamentals of Government, pg. 71 (citing Hegel's ''Philosophy of History'', trans. </ref>
 
== Tren di sejumlah negara ==
Baris 121 ⟶ 118:
* {{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=EWgEv1Qq2TwC&pg=PA419|title=Recognition in International Law|last=Lauterpacht, Hersch|publisher=Cambridge University Press|year=2012}}
* Raič, D. ''Kenegaraan dan Hukum penentuan nasib Sendiri''. Martinus Nijhoff Publishers, 2002. {{ISBN|978-90-411-1890-5}}. p 29 (dengan referensi untuk Oppenheim dalam Hukum Internasional Vol. 1 tahun 1905 p110)
* Schmandt, Henry J., dan Paul G. Steinbicker. ''Dasar-dasar Pemerintah'', "Bagian Ketiga. Filsafat Negara" (Milwaukee: Bruce Perusahaan Penerbitan, 1954 [2 printing, 1956]). 507 pgs. 23 &nbsp;cm. LOC klasifikasi: JA66 .S35 https://lccn.loc.gov/54010666
 
== Pranala luar ==
Baris 127 ⟶ 124:
* [http://www.burneylawfirm.com/international_law_primer.htm Singkat Primer pada Hukum Internasional] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161110081904/http://www.burneylawfirm.com/international_law_primer.htm |date=2016-11-10 }} Dengan kasus dan komentar. Nathaniel Burney, 2007.
* [http://journals.cambridge.org/action/displayFulltext?type=1&fid=6305536&jid=RIS&volumeId=22&issueId=04&aid=6305528&bodyId=&membershipNumber=&societyETOCSession= Apa yang merupakan negara berdaulat?] oleh Michael Ross Fowler dan Julie Marie Bunck
* [http://www.ipoliticalrisk.com Link untuk yang terbaik risiko politik situs web, ipoliticalrisk.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120801184630/http://www.ipoliticalrisk.com/ |date=2012-08-01 }} informasi pelacakan, mengevaluasi dan mengelola risiko utang perdagangan dan investasi permanen
* [http://thepalestinepapers.com/files/1402.PDF Pendapat hukum oleh Negosiasi Dukungan Unit di Otoritas Palestina pada transisi kedaulatan]